PESAN LELUHUR

"Tenang mas. Mereka bukan macan beneran, tapi ibu dan kakek," ujar Nikky.

Meski pun sudah diberitahu seperti itu Jaka masih gemetar. Apalagi kemudian kedua macan kumbang itu melangkah menghampiri mereka. Jaka memegang erat lengan Nikky.

Pada jarak dua meter dari sepeda motor, kedua macan kumbang itu berhenti dan salah seekor diantaranya berbicara layaknya manusia.

"Nikky, ibu hanya mengingatkan kalian berdua. Jaga anak dalam kandunganku itu baik baik karena dialah yang akan membebaskan kita dari kutukan ini."

"Ya Bu." kata Nikky sambil menunduk ta'jim pada ibu dan kakeknya.

"ingat baik baik pesan ibu, Jaka."

"I....ya... Bu..," kata Jaka terbata bata. Dalam hati ia terus berdoa.

Kedua sosok macan kumbang yang tak lain adalah Farida dan ayahnya kemudian menghilang.

"Slamet......Slamet......" gumam Jaka sambil menurut urut dada. Nikky tertawa kecil.

Mereka melanjutkan perjalanan pulang ke SP.4. Pandangan Jaka tidak bisa fokus kedepan, matanya jelalatan melihat sekeliling kalau kalau muncul lagi macan kumbang beneran.

Sampai dirumah dinas, Jaka langsung mengamankan ayam yang ia beli dari SP.9. Nikky mengurut urut perut yang belum lagi tampak besar apalagi gerakan si bayi.

"Dengar pesan ibu. Jangan pecicilan. Angkat angkat berat. Bilang sama nenek, nyadap karetnya diupahkan Nusui aja."

"Ya mas. Mas bisa nggak meriksa bayi kita laki atau perempuan?"

"Ya nggak bisa. Kalau itu pakai ultra sonografi atau USG, harus ke Pangkalan Bun sana."

"Kirain pake alat itu bisa." Nikky menunjuk stetoskop. Jaka tersenyum.

"Kalau stetoskop ini hanya mengetahui detak jantung dan kelaianan dari organ lain."

"Besuk saya di USG ya mas ?"

Jaka hanya mengangguk sekedar menyenangkan hati Nikky. Padahal USG itu tidak mutlak, cukup periksa rutin ke puskesmas atau puskesmas pembantu. Kalau harus ke Pangkalan Bun atau Ketapang sekedar USG, cukup riskan menempuh perjalanan cukup jauh dengan kondisi jalan yang kurang bagus.

Setelah bertarung cukup ketat akhirnya Dani memenangkan pemilihan kepala desa difinitif dari status sebelumnya desa binaan UPT SP.4. Air Durian.

Kubu Dani mengadakan pesta syukuran dengan memotong dua ekor kambing atas kemenangannya.Jaka dan Nikky diundang dalam pesta tersebut.

Setelah basa basi ngobrol kesana kemari, mereka berdua disuguhi sate kambing. Nikky sudah ngiler melihat sate kambing yang masih mengepulkan asap dengan aroma khas bumbu kecap.

"Tunggu," kata Jaka begitu Nikky siap menyantap.

"Kenapa pak. Emang nggak boleh perempuan hamil makan sate kambing?" tanya Dani.

"Boleh, tapi ini belum matang betul. Dagingnya masih tampak merah gini.Ini akan menimbulkan tokmoplasmosis, membahayakan janin," ujar Jaka.

Dani minta Alek membakar ulang sate untuk Nikky sampai matang betul. Nikky manyun, susah punya suami seorang mantri kesehatan. Terlalu berhati hati pada berbagai macam makanan. Apalagi setelah ia hamil. Banyak larangannya.

"Pak Jaka, masih ingat nggak waktu kita pulang ke Jawa sama sama?"

"Masih, kenapa pak Dani?"

"Saya ketemu Titin," bisik Dani.

"Lho, kabarnya pulang ke Cirebon?"

"Nggak pak.Titin di Kalimati."

"Pak Dani salah liat kali."

"Salah liat gimana....." Dani kemudian berbisik ditelinga Jaka dan mereka tertawa entak apa yang dibisikkan Dani.

Dirumah dinas, saat menjelang tidur, Jaka teringat lagi pesan ibunya Nikky malam kemarin. Apa maksudnya bayi dalam kandungan Nikky yang akan membebaskan mereka dari kutukan tersebut.

"Saya sudah berkali kali tanya sama nenek soal itu.Nenek selalu bilang, nanti bila anakmu sudah lahir kamu akan tau sendiri." ujar Nikky.

Jaka jadi penasaran. Ia kemudian berpikir macam macam tentang berbagai kemungkinan. Kecemasan pun menghantui perasaannya. Jangan jangan anaknya kelak berwujud seekor macan kumbang, dan itu sebagai penebus kutukan.

Begitu usia kandungan Nikky menginjak tiga bulan, terpaksa Jaka membawa Nikky ke Pangkalan Bun untuk USG di rumah sakit daerah Sultan Imanuddin. Selama proses USG, Jaka harap harap cemas. Bagaimana bentuk janinnya. Apakah berwujud manusia atau macan kumbang.

Jaka berdiri tiba tiba begitu Nikky keluar dari ruang USG. Melihat Nikky senyum senyum, hari Jaka agak tenang.

"Bagaimana Nik?" tanya Jaka tak sabar.

"Bayinya sehat mas. Kata dokter laki laki."

Jaka bernafas lega sambil mengurut dada.

Mereka kemudian ke pool bus Yessoe pesan tiket untuk besuk pagi.Malamnya menginap di hotel Arsela sekalian jalan jalan di mall.

Saat jalan jalan di city mall tiba tiba Jaka ingat Titin. Andai saja Jaka tidak bersama Nikky mungkin ia nekat mendatangi Titin di daerah Kalimati sekedar mengingatkannya agar segera insaf sebelum terlambat.

Menurut data dari dinas kesehatan setempat, di Kalimati sudah ada beberapa kasus HIV. Mungkin karena wilayah tersebut dekat dengan pelabuhan laut dimana kapal penumpang maupun kapal cargo sering singgah sandar di pelabuhan Kumai.

"Mas, kok melamun," kata Nikky melihat Jaka melamun. Nikky tidak tau kalau Jaka tengah memikirkan Titin.

"Nggak apa apa kok."

"Mikirin anak kita ya!?" tanya Nikky sambil mengusap usap perutnya. Jaka mengangguk sambil tersenyum.

Pukul tujuh pagi, bus Yessoe Pangkalan Bun Ketapang berangkat lewat jalan provinsi. Mereka berdua turun di simpang air hitam kemudian dilanjutkan naik ojek ke SP.4.

"Pelan pelan aja ya mas istri saya sedang hamil," kata Jaka.

Nikky ngedumel dalam hati. Naik ojek aja pake diultimatum tukang ojeknya.

"Saya mengerti pak, istri saya kebetulan juga sedang hamil."

Ojek jalan beriringan sangat hati hati.

"Istrinya hamil berapa bulan mas?" tanya Nikky.

"Enam bulan mbak."

"Sudah di USG belum?"

"Belum mbak. Nggak usah USG segala, kalau sudah waktunya lahir ya lahir aja.Saya percaya Tuhan sudah atur semua. Sapi aja beranak di kebonan lahir selamat tanpa di USG."

"Aneh aneh aja mas ini, masa sapi disamakan manusia."

Sampai di SP.4 Nikky cerita dengan tetangga sebelah kalau ia baru saja di USG. Bayinya laki laki dan sehat.

"Kamu beruntung Nik, anak pertama laki laki. Aku sampai anak ketiga cewek melulu. Minta laki laki belum dikasih juga," ujar wakil KUPT yang rumahnya persis disamping rumah dinas Jaka.

"Mbak Nuril, kalau desa difinitif sudah disahkan, kita dipindah kemana mbak?"

"Tergantung kepala dinas. Kalau pak Jaka mungkin tidak ditarik karena disini masih membutuhkan tenaga medis. Kalau KUPT dan bapaknya pasti ditarik."

Nikky tidak paham bagaimana regulasi dari desa binaan menjadi desa difinitif. Apa pun keputusan kepala dinas nanti ia dan nenek akan selalu mengikuti Jaka.

Sore saat Nikky kerumah nenek, ia dengan gembira mengabarkan hasil USG di Pangkalanbun. Nikky bingung, mestinya nenek ikut bahagia mendengar kabar ini, tapi ia sedih. Ditanya pun bukannya menjawab, nenek malah menitikkan air mata. Nenek tidak kuasa membayangkan bagaimana nanti bila cucu pertamanya lahir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!