MENCARI JEJAK AYAH

Paginya Jaka dan Nikky ke korem 072 pamungkas menanyakan tentang jejak ayah Nikky. Mereka diterima oleh humas korem 072. Setelah menjelaskan panjang lebar, petugas membuka file tentang penugasan anggotanya ke Kalimantan tengah duapuluh tahun silam.

"Ada seorang yang ditugaskan di Kalimantan tengah, sertu Hairun."

"Bukan Harun pak?"

"Bukan, Hairun. Kemudian dipindah tugaskan ke Semarang hingga pensiun disana. Coba saja cari tau di semarang."

"Akan kami coba kesana. Terimakasih atas informasi nya pak."

Mereka sengaja jalan kaki kearah Utara menusuri pertokoan sepanjang Malioboro.

"Kalau Hairun nama bapak. Ia dulu juga militer. Tapi aku tidak tau bapak ditugaskan kemana aja. Bapak meninggal setelah pensiun juga," kata Jaka sambil jalan.

Nikky tidak konsentrasi pada apa yang tengah dibicarakan Jaka karena perhatiannya fokus pada berbagai macam dagangan yang digelar dikaki lima sepanjang Malioboro.

"Gimana, kita langsung ke Semarang atau pulang aja nanya ibu dulu bapak pernah ditugaskan kemana saja,"

"Kamu curiga yang dimaksud adalah bapakmu?"

"Siapa tau.Soalnya namanya hampir sama."

"Nggak mungkin bapak yang dimaksud nenek, karena aku masih bisa berubah setelah kita intim. Tapi aku bertanya tanya dari mana bapak dapat Mandau dan telawang yang dipajang di ruang tamu rumahmu. Kemarin aku mau nanya sungkan. Mungkin dari situ kita dapat petunjuk."

"Kita pulang aja ke Purwokerto,

setelah dapat keterangan dari ibu baru kita ke Semarang."

Mereka berdua kembali ke Purwokerto. Ibunya Jaka dan adiknya heran, kenapa baru satu hari sudah pulang. Jaka menceritakan kunjungannya ke korem, mestinya mereka ke Semarang untuk menanyakan keberadaan ayah Nikky sesuai informasi dari humas korem 072 Jogya, namun Nikky ingin mengetahui dulu dari mana ayahnya Jaka dapat Mandau dan telawang itu.

"Mandau dan Telawang itu sebenarnya punya rekan bapakmu, namanya Abdul. Mungkin yang dimaksud humas korem 072 itu. Kalau bapak dulu sepulang tugas dari Kalimantan ia ditugaskan di kodim 0703 Semarang bersama Abdul, Mungkin sekarang sudah pensiun."

Hari itu juga Nikky dan Jaka ke Semarang, karena sampai di Semarang sudah pukul lima lewat, menginap di Nooz hotel. Selain murah letaknya tidak jauh dari kodim.

Keesokan harinya mereka baru ke kodim. Mereka diterima oleh humas kodim. Setelah Nikky menceritakan panjang lebar petugas mencari file di laptop dan ditemukan nama Abdul Harun.

"Betul pak Harun. Apakah masih dinas?" tanya Jaka bersemangat.

"Pak Harun sudah pensiun. Kalau adik ingin menemuinya ini alamat rumahnya."

"Terimakasih pak," ujar Jaka dan Nikky setelah menerima alamat Abdul Harun.

Sepanjang perjalanan menuju alamat rumah Harun dengan taxi on line, Nikky membayangkan bagaimana wajah ayahnya. Apakah ia ganteng, berkulit kuning langsat seperti dirinya, hidung mancung. Taxi hanya bisa sampai di muara gang, karena roda empat dilarang masuk gang.

Mereka dengan harap harap cemas bertanya pada warga setempat. Rupanya nama Harun cukup dikenal dikampung tersebut. Hampir semua orang tau. Namun setelah sampai dirumah Harun mereka harus kecewa karena dirumah hanya ada Satria dan Kunti, anak dan menantu Harun.

"Bapak sekarang tinggal di Ungaran. Mbak dari mana ya?" tanya Satria.

"Dari Kalimantan mas."

"Begini aja, besuk mas Jaka dan mbak Nikky kemari lagi. Saya antar ke Ungaran."

Mereka tidak bisa datang lagi besuk karena waktu cuti Jaka tinggal empat hari dan besuk pukul tujuh pagi ada pesawat ke Pangkalan Bun. Hari Senin baru ada lagi. Jaka tidak berani mengambil resiko naik kapal karena kapal juga tidak selalu tepat jadwalnya.

"Bagaimana kalau mas Jaka pulang duluan, saya pulang hari Senin. Kapan lagi saya bisa kemari mas?"

Benar juga, Jaka bingung mengambil keputusan. Bertahun tahun Nikky menunggu kesempatan mencari ayahnya, sekarang kesempatan itu datang dan tinggal selangkah lagi ketemu ayahnya harus digagalkan karena waktu cuti Jaka tinggal empat hari lagi.

"Apa kata nenek nanti kalau aku pulang sendirian?"

"Bilang aja terus terang. Kalau saya ditahan ayah untuk beberapa hari tinggal dirumahnya."

"Kamu yakin berani pulang sendirian?"

"Kan ada mas Satria dan mbak Kunti."

Jaka akhirnya mengalah. Besuk pagi ia pulang duluan ke Pangkalan Bun. Malam ini Nikky bermalam dihotel sendirian.

Sekitar pukul tujuh malam, Satria datang dihotel tempat Nikky menginap, ia disuruh Kunti istrinya menjemput Nikky agar bermalam dirumahnya saja.

Nikky membukakan pintu kamar dan mempersilahkan Satria masuk. Entah kenapa tiba tiba terlintas pikiran buruk dikepala Nikky. Ia ingin membuktikan ucapan nenek dan leluhurnya bahwa ia hanya bisa berhubungan intim dengan lelaki sedarah. Kalau memang Satria benar benar anak Harun, ia tidak berubah bila berhubungan intim dengannya.

"Mas Satria, sebelum saya menemui bapak besuk, sebaiknya mas Satria mendengar certa saya. Siapa saya ini dan bagaimana saya."

Satria penasaran. Ia pun siap mendengarkan cerita Nikky.

"Saya ini anak bapak mas."

"Maksud kamu anak pak Harun!?"

"Ya."

Selanjutnya Nikky cerita bagaimana dulu Harun ditugaskan ke Kalimantan kemudian menjalin cinta dengan Farida ibunya Nikky dan akhirnya lahir dirinya setelah Harun kembali ke Jawa.

Satria termenung. Kenapa ia tidak pernah mendengar cerita ini. Apakah ibu sengaja menyembunyikan masalah ini atau bahkan tidak tau sama sekali.

"Bagaimana saya bisa percaya kalau ceritamu itu benar?" tanya Satria.

"Gampang mas. Tapi pembuktian ini cukup ekstrem Dimata mas Satria."

"Maksudnya?"

"Saya adalah pewaris ilmu turun temurun macan kumbang. Begitu juga ibu. Pak Harun bahkan belum tau soal ini."

Satria kembali berpikir. Ia belum pernah mendengar soal itu dari Kalimantan, selain kuyang.

"Itu kita bicarakan nanti setelah ketemu bapak. Sekarang aku ingin tau bagaimana kamu membuktikan bahwa kamu anak bapak."

Nikky menjelaskan bahwa pewaris ilmu macan kumbang itu semacam dikutuk, ia hanya bisa berhubungan intim dengan lelaki sedarah.

"Apa!?" Satria terperanjat.

"Karena kalau berhubungan intim dengan orang lain akan berubah wujud jadi macan kumbang."

"Yang benar aja, masa jaman begini masih ada yang begituan."

"Dari pada mas Satria menyangkal, sebaiknya kita buktikan saja."

Pikiran Satria koplak seketika.

"Baik. Aku bersedia. Kapan?"

"Sabar mas. Sebelumnya, mas Satria harus liat dulu bagaimana reaksinya bila saya dengan orang lain."

"Kamu serius?"

"Agar pembuktian ini sempurna."

"Lalu siapa. Dimana?"

"Soal siapa gampang tapi tidak disini beresiko."

"Terus dimana?"

"Tempat yang jauh dari keramaian."

Satria dan Nikky meninggalkan hotel keluar kearah pinggiran kota. Sebelumnya Nikky minta Satria beli kelinci hidup diikat keempat kakinya.

"Tinggalkan saya disini, mas Satria mengawasi dari jauh. Jangan takut bila saya nanti sudah berubah jadi macan kumbang, saya akan segera berubah kembali jadi manusia setelah memangsa kelinci ini."

Satria mengangguk. Kemudian berlalu meninggalkan Nikky seorang diri berdiri ditepi jalan sepi menanti lelaki yang melintas dijalan tersebut.

Terpopuler

Comments

°KOPRAL•JONO:ID

°KOPRAL•JONO:ID

lumayan serem

2021-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!