Aku hanya bersembunyi di dalam rumah wangi Tania. Bersih dan begitu amat rapi yang memang sangat menggambarkan tentang sosoknya. Aku duduk di sebuah kasur yang empuk di antara bantal-bantal dan boneka yang tertumpuk rapi. Tersusun bagus dari yang besar sampai yang kecil. Aku sungguhan takjub.
Gadis itu pun masuk kedalam kamar tempat keberadaan aku saat ini. Dengan membawa sekotak obat-obatan untuk menyembuhkan luka di tangan ku yang infeksi karna rantai yang berkarat itu. Perlahan tangan nya yang halus dan mungil itu mengambil obat merah dan perban dari tempatnya. Dan mulai mengobati luka yang timbul dari gejolak kebodohan manusia.
" Apa kau selalu tinggal sendirian di rumah?"
Tania mulai bertanya berusaha memadamkan rasa penasaran nya tentang hidupku. Aku tidak menjawabnya karena aku bimbang tentang keseharusan aku untuk bercerita. Karena aku yang terus-terusan diam tak menjawab dia membanjiri aku dengan pertanyaan lagi.
" Kau sungguhan tidak punya keluarga? Apa kau selalu di perlakukan seperti itu sejak kau masih kecil? Maaf jika aku menguping pembicaraan kalian di hari itu. Aku diancam oleh Leo. Aku takut. Aku tidak dapat melakukan apapun. Aku melihatnya dengan jelas. Bagaimana dia begitu nafsu membunuh mereka saat memergoki nya akan masuk ke dalam rumah mu dengan mengendap-endap. Maaf jika aku terlambat, Steyf. "
" Wajar jika kau takut. Kami bukan lah keluarga dari manusia yang biasa hidup normal. Kami tumbuh di keluarga yang penuh hawa nafsu dan dendam. Tak ada yang namanya kasih sayang. Tak ada yang dapat di sebut dengan cinta. Kami sangat memprioritaskan kepintaran dan derajat. Kami bukanlah orang yang punya rasa takut hanya dengan membunuh seseorang. Dan bisa-bisa nya aku tidak tau akan hal itu. "
Tania menatapku dengan raut wajah yang tak mengerti. Dia melihatku seperti seorang yang penuh dengan misteri. Aku pula dapat melihat kepalanya yang seakan-akan masih di kelilingi tanda tanya. Dan tatapan itu lah yang membuat aku merasa bahwa dia akan dengan setia mendengarkan tentang perasaan ku yang selama ini tak pernah aku utarakan kepada siapapun.
" Saat itu umurku 10 tahun. Adik ku berusia 7 bulan. Dia masih tidur di ranjang bayi. Aku berjalan pulang dari sekolah dengan membawa sebuah piala kemenangan ku di lomba memainkan alat musik klasik biola itu. Niat ku yang tak sabar ingin menunjukkan nya kepada ayahku. Dengan perasaan yang begitu bangga untuk diriku sendiri tentang pencapaian itu. Dan membayangkan dengan penuh rasa bahagia tentang apa saja bentuk kata-kata pujian indah dari mulutnya. Aku begitu senang hingga aku terkejut aku menginjak dengan keras jalan itu dan darah menyiprat ke seragam ku. Aku membeku. Aku ketakutan. Dan berpikir aku berjalan di area pembunuhan. Tapi aku melihat darah itu yang berasal dari gerbang rumah ku. Dan aku berlari memasuki rumah itu. Itu adalah pertama kalinya aku melihat mayat-mayat dalam sosok nyata dengan mata kepala ku sendiri. Keringat dingin dan panas mengalir begitu deras. Aku hanya terdiam. Aku memberanikan diri masuk ke dalam rumah. Rumah ku sangat berantakan waktu itu. Dan aku merasa semakin takut dan khawatir. Tempat pertama yang aku tuju adalah kamar ayah dan ibu dan aku mendapati ibuku bersama adik ku menangis di bawah kasur. Dan aku masih tetap terdiam menggambarkan tanda tanya. Ibuku menyeret aku untuk masuk ke dalam lobi dengan tangisan yang tidak mau berhenti. Aku masuk ke dalam kamar lobi dan ibu ku masih di ambang pintu. Bersama dengan adik ku. Tapi tanaman maut itu bergerak cepat menghisap mereka seperti asap rokok. Memakan otak mereka berdua seperti zombie. Dan aku segera menutup pintu. Dan saat itu lah aku tau. Ibuku memang berencana menunggu ku sampai aku pulang dari sekolah dan kembali ke rumah. Dia bahkan sudah menyiapkan terlebih dahulu berbagai persediaan makanan dan alat masak sampai alat tidur untuk bisa ku pakai. Dia menyuruh aku untuk tetap diam disana walau aku sebenarnya tidak mengerti. Dan aku tetap diam disana hingga 5 tahun lamanya. Menghemat persediaan makanan ku sedikit demi sedikit. Hingga bantuan datang kepadaku. Saat itu aku sakit. Karena begitu banyak nya makanan kadaluwarsa yang aku makan. Aku di larikan ke rumah sakit oleh petugas keamanan yang datang. Tapi aku tak suka dengan pertanyaan mereka. Segala puji dan penyalahan mereka kepada keluargaku. Dan aku kabur tanpa sepengetahuan mereka. Mereka datang ke rumah ku namun aku bersembunyi. Aku tak menyukai manusia sejak saat itu."
Tania menatapku lamat-lamat. Dia mendengarkan ceritaku dengan cermat. Dia tersentak mendengar berbagai kata dari mulutku.
" Jadi begitu. Dulunya, nama Marcues amat terkenal. Tapi suatu hari dia di kabarkan meninggal. Jadi itu hanyalah sebuah kebohongan?"
" Berita itu bohong. Marcues tidak mati. Dia hanya bersembunyi dibalik hutan. Dia tengah merencanakan suatu hal untuk mengembalikan derajat nya sebagai seorang tersohor."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments