Chapter 3 Steyfano Marcues

Speaker music ku masih menyala. Lagu yang tak pernah aku jeda. Menyelimuti pagi ku yang suram. Dan selimut tebal ini masih setia memeluk tubuh ku. Dengan kasur yang sangat nyaman. Mengenang masa lalu bersama dengan lagu ini.

Aku bangkit dari tidur ku yang tak nyenyak. Menyisakan pegal di sebagian tubuh akibat pertarungan tadi malam. Sekarang aku lapar. Ini bahkan sudah melewati jam makan siang. Aku berjalan menuju dapur lantas memasak mie instan. Memakannya dengan lahap. Di meja yang penuh dengan kenangan buruk.

Sebuah lirik dari lagu Scorpions itu menyelubungi langit-langit. Kini aku tak dapat lagi menyuapkan mie itu ke dalam mulut ku. Aku tertahan oleh serangan rasa sakit masa lalu. Aku menggigit bibir ku. Berusaha untuk tak menjadi seperti ini lagi. Aku harus berusaha melupakan ini dan membuat kehidupan yang baru lagi. Tapi aku masih saja tenggelam dalam tangisan.

Aku tak tahan. Aku jatuh dari atas kursi ke lantai. Memegangi dadaku yang memberiku rasa sakit yang menyeruak. Masa lalu itu menggerogoti tubuhku. Menusuk ku hingga sedalam mungkin. Pada dasarnya tetap tak akan ada orang yang peduli akan hal itu. Penyakit ini lah yang paling di takuti manusia. Dan ironisnya, semua orang selalu mengalaminya. Tapi dari sebab yang berbeda-beda.

Jika seandainya, ayah ku lebih pintar. Ayah ku tidak ceroboh. Dan seandainya aku bisa lebih dewasa lagi saat itu. Aku akan menyuruh ayah bodoh itu untuk membuat obat penawar yang bisa menghapus kenangan buruk yang paling di benci manusia. Tanpa harus menghapus kenangan indah yang bisa membuat seseorang amnesia. Tapi semuanya telah tidak bisa di rubah. Begini. Dan akan tetap berjalan disini. Ini bukan lah cerita fantasi. Atau novel romance yang mengharuskan seseorang bereinkarnasi dan memperbaiki kehidupan nya yang amatlah buruk. Hidup ku tidak seperti itu.

Aku mematikan lagu itu. Dan melihat ke handphone yang tengah ku cas. Roni. Agh... Aku teringat kemarin. Dia menelpon ku tadi malam. Hingga sebanyak ini. Aku pikir dia ingin minta maaf. Aku tak ingin mengangkat telpon darinya karena aku sedang tidak ingin di ganggu siapapun malam itu. Dan aku tak dapat melakukan panggilan balik karena suasana hati ku yang tak bisa diajak berdamai. Tapi, aku tak bisa seperti itu. Edra. Aku teringat pada Edra yang menelpon ku sebelum dia mati.

Aku bergegas menelpon nya balik. Hal yang serupa. Hanya saja setelah aku menelpon nya yang ke tujuh kali, itu terangkat dengan cepat.

" Ron,... Kenapa kau menelpon ku? Ap.."

Dan lantas telpon itu mati begitu saja. Lantas apa yang dia lakukan jika dia ingin menelpon ku tapi tak ingin mendengarkan aku? Atau kah dia marah karena aku tak mengangkat telepon nya tadi malam?

Aku rasa dugaan ku benar adanya. Dia marah. Dia marah karena aku sangat lamban dalam menerima telepon seseorang. Dia marah. Dia marah sampai menggantungkan usus nya yang melilit di lehernya itu di pagar rumah ku. Tidak. Tidak lagi. Semuanya terjadi begitu saja, apa yang sebenarnya telah di lakukan anak-anak itu?

Semuanya telah menjadi lebih buruk. Keparat mana yang bisa melakukan hal yang sampai seperti itu?

" Apalagi sekarang? Aku sudah lelah. Terlalu banyak yang harus berkorban."

Aku juga tau itu. Aku tau apa yang telah di katakan Dimas itu barusan. Aku juga sudah mulai lelah. Ini bukan pembunuhan biasa. Ini adalah teror paradoks.

" Kenapa kau hanya diam? Atau jangan-jangan apakah kau sendiri yang membunuh Edra dan Roni? Aku tak ingin menyebut ini prasangka buruk tapi lihat lah segala bukti yang ada selama ini. Selama dua hari berturut-turut mayat ada di depan rumah ku. Dan tidak ada seorang pun yang tau siapa mereka. Dan bahkan siapa yang ahli bunuh-membunuh disini." Dimas menangis dengan kencang.

Aku sedikit tak percaya. Tapi yang di katakan Dimas benar adanya. Teori yang ia katakan juga sedikit masuk akal. Tapi apakah mungkin aku melakukannya saat aku tidur? Apakah aku punya kebiasaan tidur seraya berjalan? Tentu nya aku akan tau hal itu. Nyatanya pakaian ku tetap bersih selama aku bangun.

Aku kehabisan kata-kata. Aku haus kalimat untuk bisa menutup kemungkinan itu. Aku tak ingin menambah buruk diriku. Atau mungkin saja aku akan tetap hidup sendirian. Atnan bahkan tak menjawab apapun. Atau berkomentar tentang teori yang di katakan Dimas barusan. Dia hanya terdiam menunduk. Dengan air mata yang sulit untuk di hentikan.

Ternyata bermasalah dengan dunia cukup sulit dari kenyataannya. Tania menempelkan telapak tangan nya di atas punggung tangan ku. Dan kami saling tatap. Dia juga sama dengan ku tak ingin membuat ini menjadi lebih buruk lagi.

Tapi semuanya menimbulkan pertanyaan. Rasa kecurigaan ini semakin menyeruak-ruak perasaan dan pemikiran ku. Tentang teori-teori tentang bagaimana bisa seseorang dapat membunuh dengan selihai itu.

Malam itu aku pergi melintasi waktu yang aku sia-sia kan selama ini. Aku tak dapat melakukan lebih banyak lagi kecuali harus mendatangi tempat yang paling aku benci. Lantas dengan sigap para anak-anak kampungan seperti mereka itu tak berani bergutik setelah kejadian waktu itu.

" Apa yang kalian ingin kan? Membunuh teman-teman ku untuk mengurangi jumlah kami? Apa aku takut kalah? Aku takut kalah jumlah?? Untuk apa harus melakukan itu secara sembunyi-sembunyi, mengapa tak langsung kalian melakukannya di depan ku sekarang juga??"

Kataku dengan pengetahuan yang yakin bila itu adalah mereka. Tapi, mereka hanya saling tatap seperti tak percaya bila aku mengetahui semua itu dengan baik.

" Apa yang kau maksud it.."

Aku muak. Aku tak menyukai sebuah basa-basi yang sudah jelas penjelasan nya. Pertanyaan yang tidak berguna itu terhapus saat aku menghempaskan tajam pisau itu. Menyisakan kehangatan dan kepekatan darah yang terus-terusan menguncur.

" Katakan sekarang!! Apa yang kalian ingin kan?! Tidak cukup kah kalian menghina ku sejak kejadian itu??? Aku bukan pembunuh!! Aku bukan pembunuh!! "

Aku larut dalam emosi yang tak dapat terkendali. Seperti sebuah mobil yang hilang kemudi. Aku menusuk mayat orang di depan ku ini berkali-kali. Berharap untuk menuntaskan hasrat kegilaan ku atas segala yang terjadi. Wujud wajah nya sudah tidak beraturan lagi dan membuat jiwanya itu melayang seperti sia-sia.

" Aku bukan pembunuh!! Kau percaya aku bukan?! Aku bukan pembunuh!!"

Begitu pula kataku saat aku mencengkeram kerah seorang anak yang tinggi nya setara dengan ku. Aku mengoyak dada nya dengan pisau.

Semua orang lari terbirit-birit. Seperti baru saja melihat hantu yang bergentayangan dan membunuh banyak orang. Aku telah membuat mereka muntah sampai biru sesampai nya jauh dari tempat ku berada. Air mata ini lah yang membuatku terlihat seperti psikopat gadungan yang lemah. Dengan lunglai, jatuh terduduk di antara darah-darah yang bertebaran ditanah. Ya, aku bukan pembunuh. Hanya aku yang bisa mengerti itu.

Pada kenyataan nya aku masih saja belum merasa cukup dengan apa yang terjadi. Malam ini cerah. Bulan purnama menjalankan tugasnya dengan baik. Dan aku melangkah menyusuri jalan setapak yang telah sepi. Mencoba untuk bernyanyi demi kesehatan jiwa yang aku miliki.

Aku melihat darah mengalir perlahan seperti siput yang berjalan. Kepekatan itu dan bau nya yang amis. Aku mengikutinya dan itu berasal dari rumah ku. Seperti yang aku lihat saat aku pulang dari sekolah waktu itu. Entah aku yang tengah di hantui masa lalu atau memang mayat-mayat itu sungguhan ada di depan mataku.

Dan aku sungguhan melihat Tania, berdiri menatap halaman rumah ku yang telah penuh oleh cairan hitam yang keluar dari mayat. Tidak. Itu adalah kawan-kawan Leo yang di bawanya untuk menjadi sekutu kami. 1,2,3,... Itu ada 12 orang lebih. Semuanya menggupal di halaman rumah ku membentuk gundukan mayat yang sudah seperti sebuah tenda. Lantas di lem dengan menggunakan sebuah lem kayu yang amat sangatlah kuat, hingga siapa pun harus mengoyak kulit mereka satu persatu.

Tania menatapku dengan pertanyaan yang bingung. Mungkin dia bingung. Mungkin juga takut. Dia berjalan mundur ke belakang. Dengan mata yang ingin menangis ketakutan. Mungkin saja dalam hitungan detik dia akan lari dan langsung muntah sampai di rumah. Dan aku pun sama. Aku akan lari, dan menghindari kenyataan yang aku lihat. Ini sudah seperti masa lalu. Itu tidak mungkin jika aku bereinkarnasi dan di kembalikan ke masa lalu. Tapi, mayat-mayat itu telah membuatku kehilangan akal untuk berpikir jernih. Tak dapat memikirkan siapakah dalang di balik semua ini.

Yang aku pikirkan hanya, sudah hari ke berapa sekarang sejak kejadian waktu itu...

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

hadiah bunga bunga🌷 utk thor.

2022-12-03

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 Steyfano Marcues
3 Chapter 2 Steyfano Marcues
4 Chapter 3 Steyfano Marcues
5 Chapter 4 Steyfano Marcues
6 Chapter 5 Steyfano Marcues
7 Chapter 6 Steyfano Marcues
8 Chapter 7 Steyfano Marcues
9 Chapter 8 Steyfano Marcues
10 Chapter 9 Steyfano Marcues
11 Chapter 10 Steyfano Marcues
12 Chapter 11 Maria Aggy
13 Chapter 12 Maria Aggy
14 Chapter 13 Steyfano Marcues
15 Chapter 14 Maria Aggy
16 Chapter 15 Steyfano Marcues
17 Chapter 16 Maria Aggy
18 Chapter 17 Steyfano Marcues
19 Chapter 18 Maria Aggy
20 Chapter 19 Steyfano Marcues
21 Chapter 20 Maria Aggy
22 Chapter 21 Steyfano Marcues
23 Chapter 22 Maria Aggy
24 Chapter 23 Steyfano Marcues
25 Chapter 24 Maria Aggy
26 Chapter 25 Steyfano Marcues
27 Chapter 26 Maria Aggy
28 Chapter 27 Steyfano Marcues
29 Chapter 28 Maria Aggy
30 Chapter 29 Steyfano Marcues
31 Chapter 30 Maria Aggy
32 Chapter 31 Steyfano Marcues
33 Chapter 32 Maria Aggy
34 Chapter 33 Steyfano Marcues
35 Chapter 34 Maria Aggy
36 Chapter 35 Steyfano Marcues
37 Chapter 36 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
38 Chapter 37 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
39 Chapter 38 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
40 Chapter 39 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
41 Chapter 40 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
42 Chapter 41 Maria Aggy
43 Chapter 42 Steyfano Marcues
44 Chapter 43 Maria Aggy
45 Chapter 44 Steyfano Marcues
46 Chapter 45 Maria Aggy.
47 Chapter 46 Steyfano Marcues
48 Chapter 47 Maria Aggy
49 Chapter 48 Steyfano Marcues
50 Chapter 49 Maria Aggy
51 Chapter 50 Steyfano Marcues
52 Chapter 51 Maria Aggy
53 Chapter 52 Steyfano Marcues
54 Chapter 53 Maria Aggy
55 Chapter 54 Steyfano Marcues
56 Chapter 55 Maria Aggy
57 Chapter 56 Steyfano Marcues
58 Chapter 57 Maria Aggy
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 Steyfano Marcues
3
Chapter 2 Steyfano Marcues
4
Chapter 3 Steyfano Marcues
5
Chapter 4 Steyfano Marcues
6
Chapter 5 Steyfano Marcues
7
Chapter 6 Steyfano Marcues
8
Chapter 7 Steyfano Marcues
9
Chapter 8 Steyfano Marcues
10
Chapter 9 Steyfano Marcues
11
Chapter 10 Steyfano Marcues
12
Chapter 11 Maria Aggy
13
Chapter 12 Maria Aggy
14
Chapter 13 Steyfano Marcues
15
Chapter 14 Maria Aggy
16
Chapter 15 Steyfano Marcues
17
Chapter 16 Maria Aggy
18
Chapter 17 Steyfano Marcues
19
Chapter 18 Maria Aggy
20
Chapter 19 Steyfano Marcues
21
Chapter 20 Maria Aggy
22
Chapter 21 Steyfano Marcues
23
Chapter 22 Maria Aggy
24
Chapter 23 Steyfano Marcues
25
Chapter 24 Maria Aggy
26
Chapter 25 Steyfano Marcues
27
Chapter 26 Maria Aggy
28
Chapter 27 Steyfano Marcues
29
Chapter 28 Maria Aggy
30
Chapter 29 Steyfano Marcues
31
Chapter 30 Maria Aggy
32
Chapter 31 Steyfano Marcues
33
Chapter 32 Maria Aggy
34
Chapter 33 Steyfano Marcues
35
Chapter 34 Maria Aggy
36
Chapter 35 Steyfano Marcues
37
Chapter 36 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
38
Chapter 37 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
39
Chapter 38 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
40
Chapter 39 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
41
Chapter 40 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
42
Chapter 41 Maria Aggy
43
Chapter 42 Steyfano Marcues
44
Chapter 43 Maria Aggy
45
Chapter 44 Steyfano Marcues
46
Chapter 45 Maria Aggy.
47
Chapter 46 Steyfano Marcues
48
Chapter 47 Maria Aggy
49
Chapter 48 Steyfano Marcues
50
Chapter 49 Maria Aggy
51
Chapter 50 Steyfano Marcues
52
Chapter 51 Maria Aggy
53
Chapter 52 Steyfano Marcues
54
Chapter 53 Maria Aggy
55
Chapter 54 Steyfano Marcues
56
Chapter 55 Maria Aggy
57
Chapter 56 Steyfano Marcues
58
Chapter 57 Maria Aggy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!