Malam itu aku berdiam diri di kamar mandi dengan keadaan yang bingung setengah mati. Bagaimana mungkin aku bisa melakukannya dengan benar. Aku tak bisa tidur. Aku tidak boleh tidur di keadaan yang seperti ini. Marcues itu pintar. Penemuan mereka yang baru itu bisa saja selesai dengan waktu yang amat cepat. Dan aku pun juga harus berpikir keras untuk menghambat atau bahkan menghancurkan percobaan itu segera.
Hanya saja terpikirkan oleh ku satu hal. Ada berapa banyak uang di rumah ku? Terakhir kali aku hanya menggunakannya untuk berbelanja kebutuhan. Yang mungkin bisa saja belum pernah ku gunakan. Uang-uang itu masih bertumpuk seperti daun yang berguguran di musim semi. Aku hanya perlu memanfaatkan itu untuk suatu hal yang lebih berguna. Ah, mama. Terimakasih untuk semua yang telah kau persiapkan untuk ku.
Aku berjalan keluar dari kamar mandi. Cepat-cepat aku membuka pintu itu dan aku terhenti di ambang nya. Menatap Tania yang membereskan kasur ku agar aku bisa tidur nyenyak. Dia menatap ke arah ku juga dan tersenyum manis menghiasi wajah nya yang cantik.
" Ini sudah malam. Istirahat lah. " Katanya seraya menata kembali bantal-bantal yang menurutnya masih berantakan.
" Tidak, Tania. Aku merasa harus menengok rumah sebentar. Ada yang harus aku kerjakan. Dan ini mendadak." Kataku dalam keadaan terburu-buru.
" Mau aku temani?" Tawarnya dengan senyum nya yang manis.
" Lebih baik kau tidur saja Tania. Aku bisa sendiri. " Kataku menolaknya secara halus.
Dia menyerahkan sebuah jaket hitam kepadaku. Persis dan sama dengan ukuran badan ku. Dari mana dia mendapatkan itu, aku tak tau.
" Jangan sampai kau kedinginan. Kau tau sendiri kalau ini sudah malam. " Katanya masih dengan parasnya yang manis.
Aku tak bisa jika menolaknya lagi. Aku takut jika harus menyakiti perasaan nya jika aku harus menolaknya dua kali.
Aku berjalan melintasi jalanan yang sepi. Berhiasi lampu-lampu jalan yang menerangi kegelapan. Waktu itu bulan hanya terlihat setengahnya. Langit bersih tanpa bintang. Hanya saja itu terasa amat tenang. Satu hal yang membuatku senang hanyalah malam. Indah meskipun gelap. Akan tetapi dia dapat menghibur dengan caranya sendiri. Bahkan jika aku menangis sendirian di saat ini pun tidak akan ada yang tahu. Disini lah hari paling sejuk di hari ini.
Aku memasuki gerbang rumah ku dan masih ku dapati manusia-manusia yang masih tergeletak. Darah mereka sudah basi. Mayat-mayat itu sudah berbau busuk. Lalat-lalat itu menyerubungi mereka. Menjilat dengan sedap cairan busuk yang keluar dari tubuh mereka yang telah mati. Ini sudah malam. Aku malas membereskan kekacauan ini di malam yang indah ini dan lagi pula masih ada sesuatu yang harus ku urus.
Aku memasuki kamar mama. Aku ambil setumpuk uang yang akan aku gunakan untuk rencanaku. Aku berpikir seperti tak punya banyak waktu. Aku berbalik. Aku menatap sekeliling kamar mama. Aku berhenti sejenak untuk kembali melangkah. Aku menemukan speeker musik itu. Aku tertunduk. Merasa ingin sekali aku mendengarkan lagu-lagu kesukaan mama dulu. Aku menekan sebuah tombol di sana. Lagu yang sering mama putar berkali-kali. Bahkan tak pernah sekalipun dia bosan mendengarkan nya. Dan itu menular kepadaku. Itu menurun kepadaku. Setelah aku dewasa dan mengerti tentang kehidupan, baru aku tau lagu itu memiliki makna yang besar.
Aku menoleh ke arah foto mama yang berbingkai kayu mewah. Itu foto mama bersama aku ketika dirinya tengah mengandung adik ku. Saat itu usia kandungan nya yang berusia 7 bulan. Dan aku yang saat itu berpose dengan mengenakan baju astronot. Aku menyukai dunia luar angkasa sejak aku masih kecil. Tapi semenjak mama pergi rasa suka itu pun ikut pergi. Tidak seperti papa, mama menyuruh aku untuk menekuni apa saja yang menurut ku sangat ku suka. Entah itu musik atau bahkan dunia luar angkasa. Berbeda dengan papa yang sangat menekan kan aku pada ilmu-ilmu kimia. Dia menginginkan aku untuk meneruskan kepintaran Marcues dalam bidang ilmu kimia seperti itu. Hanya saja aku tak menyukainya. Bergulat berjam-jam di ruang laboratorium, bersama dengan barang-barang kimia. Menciptakan segala macam apa saja. Aku tak suka. Sangat tak menyukainya.
Ma.. harusnya aku menarikmu ikut masuk ke dalam lobi. Berpelukan bersama. Aku merindukan itu dan aku merindukan segala hal tentang dirimu. Bahkan hingga aku menangis, menjerit, bahkan terguling-guling di atas duri, itu tak akan mengembalikan segala nya tentangmu. Aku sungguhan ingin mengulang waktu, ma. Seperti katamu yang selalu bercerita padaku kalau kau ingin sekali mengulang waktu dan kembali ke masa lalu yang ingin kau ubah.
Apa kau masih bisa melihat aku? Ketika aku menangis sendirian di bawah kekuasaan Tuhan. Di bawah segala keburukan manusia. Di bawah gelapnya dunia. Apa kau bisa mendengarkan aku? Apa kau masih bisa mendengar jeritan ku? Aku tak menyukai keadaan ini ma. Aku terjatuh dan lagi-lagi aku merasakan sakit di dadaku yang menyeruak keluar. Ingin sekali jiwa ini keluar dari raga yang tidak berguna ini. Seakan-akan mengatakan bahwa semua ini begitu sulit.
Aku tak dapat terus-terusan menangis. Aku harus mengakhiri ini secepat yang aku bisa. Aku memasuki sebuah toko elektronik. Membeli segala macam yang aku butuhkan sekarang. Aku meminta cctv. Aku meminta nya lebih dari lima buah. Itu bukan cctv yang mencolok. Cctv keluaran terbaru zaman ini yang bahkan ukuran nya amatlah kecil. Itu bahkan hampir tidak terlihat ketika di taruh di sudut. Dan segala perlengkapan nya pula.
Lantas aku kembali memasuki hutan itu. Kembali ke rumah tua itu. Rumah tua. Hanya saja itu terlihat seperti villa. Aku mengatakan rumah itu mempunyai kayu yang sudah tua. Dari mana aku harus masuk ke dalam? Dari mana lagi itu pasti melalui lubang kecil di dinding yang di buat Tania. Aku masuk ke dalam sana. Tempat itu berantakan. Seperti nya mereka marah ketika mendapati aku sudah tidak ada di sana.
Aku masuk ke dalam ruangan itu. Memasang cctv 1 untuk berjaga. Aku masuk kembali ke sebuah ruangan yang lebih terlihat seperti ruang santai dan aku memasang nya satu lagi. Aku masuk ke dalam sebuah dapur dan aku pasang satu buah lagi. Bahkan hingga teras rumah nya pun aku memasanginya pula. Aku menatap jam dinding. Pantas saja, ini sudah pukul 1.00 malam. Semua telah terlarut dalam mimpi. Aku memasang pula di beberapa kamar yang tidak di kunci. Dan memasang ke beberapa sudut di setiap kamar mandi. Dan satu lagi. Memasang satu di belakang rumah. Cctv mungil itu telah ku tempeli sebuah perekat yang memudahkan ku untuk menempelkannya ke dinding. Secara otomatis, cctv itu akan terhubung dengan satelit dan akan masuk dengan mudah di komputer yang baru saja ku beli.
Untuk berjaga-jaga dari intaian, aku pun memilih untuk tetap tinggal di rumah Tania. Tidak. Aku merasa nyaman disini. Aku merasa mempunyai teman lagi. Aku merasa aku sudah tidak kesepian lagi. Aku menyukai bau harum di ruangan ini. Dan aku menyukai gadis cantik penghuni rumah ini. Ah, alangkah indah ketika tiba-tiba aku memasuki rumah sederhana ini.
" Steyf, kau sudah pulang? Sepertinya tadi kau sudah pulang...??" Tanyanya di ambang pintu kamar dengan baju hitam dan celana pendek.
" Masih ada sesuatu yang harus aku kerjakan dan aku melupakan nya jadi aku kembali lagi. " Kataku padanya seraya tersenyum. Dia hanya mengangguk paham.
" Kau baru saja membeli komputer? Aku melihatnya di kamar mu. Itu kelihatan masih baru."
" Aku memasang cctv di tempat aku disekap kemarin. Aku sudah menyusun banyak rencana."
Dia agak sedikit tersentak.
" Apa yang akan kau lakukan?? Kau kesana sendirian? Kau melakukannya sendiri? Bagaimana bisa?"
" Semuanya bisa di lakukan dengan perasaan, Tania. Aku berusaha agar ayahku tak jadi menyelesaikan proyeknya. Dan mungkin aku juga akan membutuhkan bantuan mu." Kataku padanya.
" Lalu apa rencana mu? Aku ingin membantumu. Untuk saat ini aku ingin membantumu, Steyf.." katanya berjalan mendekat ke arah ku.
Dan malam itu aku duduk di kursi. Aku tak bisa tidur. Atau mungkin aku akan ketiduran di kursi ini hingga besok pagi. Komputer sudah siap. Cctv pun sudah siap. Gambar sudah berjejeran di depan mataku. Dan sudah waktunya menatap gerak - gerik setiap manusia yang ada di sana.
Aku tertidur. Bunyi sebuah sirene dari komputer ku berbunyi amat nyaring. Aku sudah mengaturnya. Siapapun di rumah itu yang membicarakan soal proyek mereka itu akan berbunyi sesuai dengan yang aku ingin kan. Cctv itu merekam dengan jelas. Bukan sembarang kamera cctv biasa, itu merekam dengan jelas. Bahkan bisa di perbesar. Bahkan suara itu juga sama jelasnya. Bahkan bisa di percepat atau di perlambat sesuai yang diminta. Dan yang aku tau. Cctv ini juga buatan dari ayah ku. Ah. Sebenarnya aku tak dapat memungkiri. Ini sangat membantu.
" Steyf yang begitu malang. Mengapa dia memilih kabur dan tidak tinggal disini saja menyaksikan dendamnya yang terbalaskan?" Leo membuka pembicaraan itu dan aku mendengarkan nya dengan baik.
" Biar kan saja dia. Fokus kan saja pada proyek kita. Kita harus mengambil dunia ini. Buat semua orang menjadi tertunduk kepada kita. Anak itu terlalu bodoh. Dia tak akan bisa menghentikan kita. Harusnya kau tau itu, Leo." Begitu pula kata ayah menimpali.
Bodoh. Apakah aku sebodoh yang ayah katakan?
" Harusnya dia itu ikut termakan oleh tanaman maut itu saja. Dia tidak berguna. Dia hanya lah kadal pengganggu di dunia ini. " Begitu kata Leo.
Baik. Nama Kadal Pengganggu itu telah ter- cap di jiwa ku sekarang. Aku akan membuktikan itu bahwa aku memang lah Kadal Pengganggu yang berbahaya.
" Bagaimana menurutmu tentang proyek itu? Harus kita gunakan apa untuk percobaan?" Kata Ayah.
" Apakah kita harus menggunakan hewan seperti elang dan mengubahnya menjadi zombie?"
" Bisakah kita menggunakan yang sedikit simpel dan tidak sulit untuk di dapat?"
" Eceng gondok? "
" Bagaimana menurut mu?"
" Itu mudah. Butuh beberapa cairan yang membuat dia dapat bergerak di dalam air dan meracuni setiap manusia. Atau bahkan tak segan untuk memakannya apabila dia sungguhan lapar. "
Marcues berdeham sebentar.
" Kita bisa mencobanya. Siapkan semua bahan-bahan dan buat cairan penghidup, pemakan yang ganas, dan tambah kan cairan pembesar. Ayah yang akan menilai sendiri apakah proyekmu itu berhasil atau tidak. Jika itu berhasil kau lah pewaris keluarga kita yang sesungguhnya. "
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
anggita
kadal pengganggu🦎
2022-12-03
0