Chapter 4 Steyfano Marcues

Dan lantas aku bingung. Aku panik. Entah mengapa aku harus panik. Mungkin karena aku takut jika Tania menjauh dari ku. Harus kemana jalan cerita hidup yang bertele-tele ini harus ku bawa. Menuju sebuah penyelesaian kasus yang rinci.

Aku tak dapat melakukan apapun. Bahkan ketika aku berhadapan dengan gundukan mayat yang ada di depan mataku. Kini, aku tak bisa berprasangka buruk lagi. Itu bukan mereka. Bukan anak-anak kampung keparat itu. Bukan. Sejak kapan mereka melakukannya jika mereka tadi ada bersamaku. Tidak mungkin jika sampai seperti halilintar mereka membunuh bocah-bocah ingusan yang di bawa Leo, ini.

Tapi, Leo. Dia harus baik-baik saja sekarang. Aku menelpon nya langsung setelah aku teringat namanya beberapa kali.

" Hei, kenapa kau menelpon ku?? Kau mengganggu proyek kimia ku. " Katanya dari balik telepon

" Maaf, aku khawatir. Aku khawatir kalau kau juga mati. Jangan sampai kau ikutan mati. Tetaplah disana. Telpon aku jika kau dalam bahaya. "

Apa yang telah aku katakan? 'Telpon aku jika kau dalam bahaya.' Bahkan aku saja tak mengangkat telepon dari Roni dan Edra sebelum mereka mati. Dan lantas aku pun terbebani dengan kata-kata ku sendiri. Aku bisa melakukannya, tapi aku tidak yakin.

" Hei, Steyf, apa yang terjadi padamu.. atur yang benar nafasmu."

" Leo ... Bagaimana bisa kawan-kawan mu yang kau bawa sebagai sekutu kami yang baru itu semuanya mati bagai gundukan tanaman layu yang berdarah di halaman rumah ku?"

" Apa maksudmu keparat?!! "

Dia langsung menutup telponnya saat itu juga. Dia pikir aku bercanda? Jelas sudah bila kata-kata ku itu sangat meyakinkan.

Tapi ternyata dia mendatangiku setelah beberapa saat kemudian. Masih dengan rambut yang acak-acakan dan penuh bau kimia. Emosi nya telah membawanya kesini tanpa memakai alas kaki nya terlebih dahulu. Mungkin aku sudah membuatnya kecewa karena bergabung dengan kelompok kami yang cengeng. Bugil dan pendek akal.

" Bisakah kau menjelaskan?Tidak mungkin mereka bisa dibunuh tanpa sepengetahuan ku.."

" Aku baru pulang. Aku sudah melihat ini."

Leo mungkin tertekan dengan segala hal yang terjadi saat ini. Bertambah lagi lah beban pikiran nya. Hingga membuatnya menangis teraung-raung dan lantas memeluk satu persatu mereka. Dan mengatakan...

" Maaf kan aku, maaf kan aku kawan. Mungkin saja aku yang tak pernah bisa waspada dan selalu saja mengulang kesalahan yang sama. Aku berjanji. Aku bersumpah akan menyelesaikan masalah ini. Menuntaskan proyek kimia yang tidak pernah jadi itu. Sungguh.. ini sebuah keburukan. Padahal tadi malam kita tengah minum sebotol bir dengan seputung rokok dan bercanda bersama. Maaf kan aku.."

Awalnya aku pikir aku bukan lah seorang pembunuh. Aku pikir ayah ku lah yang pembunuh. Tapi aku tak bisa berpikir bahwasannya darah pembunuh yang di miliki ayahku itu mengalir deras di dalam jantung ini. Menyisakan sakit berjuta pedih, yang tak dapat di katakan dengan sebuah kalimat. Lisan maupun tertulis.

Aku melihat Tania yang berdiri bersender di sebuah rumah kosong berselimut tembok tua yang sudah lama tak di tinggali. Memang sudah pasti setelah kejadian itu membuat ku tak punya satupun tetangga. Mereka mati. Dan sisanya melarikan diri dari kampung ini dan pergi ke kampung sebelah. Dengan alasan yang sudah pasti untuk menyelamatkan diri.

Aku menghampiri gadis yang bermuka pucat itu. Rona bibir nya bahkan memudar. Dia terlihat sama seperti mayat sekarang. Dia ketakutan. Tubuhnya berkeringat. Tangannya bergetar. Sudah pasti itu lah yang akan di alami banyak orang sekarang. Kalian juga pasti sama halnya.

" Tania... Maaf membuatmu takut. Apa kau tadi melihat siapa pelaku yang membunuh mereka disini?" Tanyaku pelan-pelan agar tak terlalu menyakiti gadis kurus seksi ini.

Dia hanya menunduk dan menggeleng begitu saja.

" Aku rasa ini pasti saling mengait antara kematian Edra dan Roni, Steyf.." katanya dengan nada yang bergetar.

" Iya Tania, mereka membunuh musuhnya dengan cara yang sama. Seperti yang di lakukan para psikopat pada umum nya. Begitulah cara mereka membuat sebuah teror. "

Tak lama setelah itu, Leo berteriak. Meneriaki seseorang yang orang itu telah pergi ke negeri bawah nalar.

" Dimas... Atnan... Kemana otak kalian bodoh... Kalian baru saja melawan para polisi itu dengan sigap kemarin kenapa kalian bisa begitu saja mati? Apa yang kalian lakukan?....."

Tidak Leo. Raungan mu itu. Teriakan mu itu. Dan air matamu itu, menimbulkan sebuah kegudahan di hatiku. Mengoyak-oyak otak ku untuk berpikir dengan keras tentang apa yang terjadi. Berusaha untuk menyusun sebuah kepingan puzzle yang sudah lama hilang. Dan berusaha kembali menemukan petunjuk yang tak pernah aku sadari sebelumnya. Dan tangan mu yang kotor itu sudah jelas akan ketidak wajaran tentang segala hal. Dan kaus berwarna merah yang kau selimuti dengan jaket itu pula lah yang membuat aku merasa paling benar.

Mungkin aku berjalan perlahan menuju ke arahnya. Dengan segala kerendahan diri yang aku punya. Aku akan segera mencambiknya. Kini adalah pertengkaran kita yang menyelimuti tangisan mu itu.

Aku berdiri di belakangnya dengan sebilah pisau yang masih aku genggam dengan erat. Aku berharap dia untuk mati sekarang. Aku merobek jaket yang di gunakannya itu. Iya. Aku pembunuh. Aku pembunuh sekarang. Aku membunuh seorang pembunuh. Aku akan mengayunkan pisau ku segera. Tapi dia menahannya dengan sebongkah kayu yang tiba-tiba saja sudah ada di tangannya.

" Hei.. Steyf.. apa yang kau lakukan?? Sadarlah.. jangan terbawa dengan emosi itu bisa membuatmu ketakutan sendiri dengan dirimu. " Katanya berusaha untuk mengelak.

" Kau pembunuh yang sangat handal. Sejak kapan kau tau ada sebongkah kayu diantara mayat-mayat itu jika kau baru tau ada banyak mayat disini? Kau pikir kau bisa membodohiku? Kaus mu amis. Kaus yang berwarna putih itu telah dinodai oleh darah. Dan kau tak punya cukup waktu untuk mengganti atau bahkan mencucinya segera. Kau menutupi sebuah petunjuk dengan penutup yang sangat menggoda selera banyak orang. "

Dia terdiam sejenak dan lantas tersenyum kecut menatap ku. Dia menurunkan kayunya secara perlahan.

" Kau memang pintar Steyf. Semua keluarga Marcues adalah orang pintar. Keluarga kita pintar dan kita di junjung tinggi. Sejak zaman purba, kita adalah raja yang paling berkuasa dan tak bisa di taklukkan oleh siapapun. Kau benar. Mungkin saja pemikiran mu itu benar Steyf. Kita adalah saudara. Lebih jelasnya aku adalah kakak mu. Hanya saja kita lahir dari beda ibu. Harusnya kau mengerti ini sejak lama. Harusnya ini lah yang harus kau gali sejak kejadian itu. Ayah menikahi ibuku dan ibumu secara langsung dan bersamaan. Dalam waktu yang sama pula. Mungkin itu sesuatu yang mengejutkan untuk mu. Sudah sejak kejadian itu semenjak 10 tahun yang lalu kau bahkan tak menjenguk ayah sesekali. Ataupun sekedar bertanya kabar dengan nya. Ayah ingin cairan itu. Cairan yang di buat untuk membunuh saingannya sendiri yang tinggal di samping rumahmu. Dia ingin cairan itu kembali ke tangannya. Dia harus menguasai dunia dengan segala harta nya. Harusnya itu sudah berlangsung sekarang. Tapi dimana kau menyembunyikan cairan itu? Aku berusaha mencarinya. Mengalihkan perhatian mu dengan berbagai cara. Agar aku dapat masuk ke dalam rumah mu dan mencarinya dengan nyaman. Tapi setiap orang selalu saja menggangu. Bahkan teman-teman ingusan mu itu juga sama. Hingga aku merasa harus membunuh mereka untuk menyembunyikan sebuah jejak yang aku buat dalam kekacauan. "

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 Steyfano Marcues
3 Chapter 2 Steyfano Marcues
4 Chapter 3 Steyfano Marcues
5 Chapter 4 Steyfano Marcues
6 Chapter 5 Steyfano Marcues
7 Chapter 6 Steyfano Marcues
8 Chapter 7 Steyfano Marcues
9 Chapter 8 Steyfano Marcues
10 Chapter 9 Steyfano Marcues
11 Chapter 10 Steyfano Marcues
12 Chapter 11 Maria Aggy
13 Chapter 12 Maria Aggy
14 Chapter 13 Steyfano Marcues
15 Chapter 14 Maria Aggy
16 Chapter 15 Steyfano Marcues
17 Chapter 16 Maria Aggy
18 Chapter 17 Steyfano Marcues
19 Chapter 18 Maria Aggy
20 Chapter 19 Steyfano Marcues
21 Chapter 20 Maria Aggy
22 Chapter 21 Steyfano Marcues
23 Chapter 22 Maria Aggy
24 Chapter 23 Steyfano Marcues
25 Chapter 24 Maria Aggy
26 Chapter 25 Steyfano Marcues
27 Chapter 26 Maria Aggy
28 Chapter 27 Steyfano Marcues
29 Chapter 28 Maria Aggy
30 Chapter 29 Steyfano Marcues
31 Chapter 30 Maria Aggy
32 Chapter 31 Steyfano Marcues
33 Chapter 32 Maria Aggy
34 Chapter 33 Steyfano Marcues
35 Chapter 34 Maria Aggy
36 Chapter 35 Steyfano Marcues
37 Chapter 36 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
38 Chapter 37 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
39 Chapter 38 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
40 Chapter 39 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
41 Chapter 40 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
42 Chapter 41 Maria Aggy
43 Chapter 42 Steyfano Marcues
44 Chapter 43 Maria Aggy
45 Chapter 44 Steyfano Marcues
46 Chapter 45 Maria Aggy.
47 Chapter 46 Steyfano Marcues
48 Chapter 47 Maria Aggy
49 Chapter 48 Steyfano Marcues
50 Chapter 49 Maria Aggy
51 Chapter 50 Steyfano Marcues
52 Chapter 51 Maria Aggy
53 Chapter 52 Steyfano Marcues
54 Chapter 53 Maria Aggy
55 Chapter 54 Steyfano Marcues
56 Chapter 55 Maria Aggy
57 Chapter 56 Steyfano Marcues
58 Chapter 57 Maria Aggy
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 Steyfano Marcues
3
Chapter 2 Steyfano Marcues
4
Chapter 3 Steyfano Marcues
5
Chapter 4 Steyfano Marcues
6
Chapter 5 Steyfano Marcues
7
Chapter 6 Steyfano Marcues
8
Chapter 7 Steyfano Marcues
9
Chapter 8 Steyfano Marcues
10
Chapter 9 Steyfano Marcues
11
Chapter 10 Steyfano Marcues
12
Chapter 11 Maria Aggy
13
Chapter 12 Maria Aggy
14
Chapter 13 Steyfano Marcues
15
Chapter 14 Maria Aggy
16
Chapter 15 Steyfano Marcues
17
Chapter 16 Maria Aggy
18
Chapter 17 Steyfano Marcues
19
Chapter 18 Maria Aggy
20
Chapter 19 Steyfano Marcues
21
Chapter 20 Maria Aggy
22
Chapter 21 Steyfano Marcues
23
Chapter 22 Maria Aggy
24
Chapter 23 Steyfano Marcues
25
Chapter 24 Maria Aggy
26
Chapter 25 Steyfano Marcues
27
Chapter 26 Maria Aggy
28
Chapter 27 Steyfano Marcues
29
Chapter 28 Maria Aggy
30
Chapter 29 Steyfano Marcues
31
Chapter 30 Maria Aggy
32
Chapter 31 Steyfano Marcues
33
Chapter 32 Maria Aggy
34
Chapter 33 Steyfano Marcues
35
Chapter 34 Maria Aggy
36
Chapter 35 Steyfano Marcues
37
Chapter 36 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
38
Chapter 37 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
39
Chapter 38 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
40
Chapter 39 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
41
Chapter 40 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
42
Chapter 41 Maria Aggy
43
Chapter 42 Steyfano Marcues
44
Chapter 43 Maria Aggy
45
Chapter 44 Steyfano Marcues
46
Chapter 45 Maria Aggy.
47
Chapter 46 Steyfano Marcues
48
Chapter 47 Maria Aggy
49
Chapter 48 Steyfano Marcues
50
Chapter 49 Maria Aggy
51
Chapter 50 Steyfano Marcues
52
Chapter 51 Maria Aggy
53
Chapter 52 Steyfano Marcues
54
Chapter 53 Maria Aggy
55
Chapter 54 Steyfano Marcues
56
Chapter 55 Maria Aggy
57
Chapter 56 Steyfano Marcues
58
Chapter 57 Maria Aggy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!