Chapter 10 Steyfano Marcues

" Baiklah. Aku ikut dengan mu."

Begitu kata Marcues tak mempedulikan sama sekali para pekerja nya yang mati termakan oleh ikan raksasa itu. Sungguh. Aku melihatnya seperti bukan manusia. Dia sungguhan tidak punya kebaikan di dalam hatinya. Atau mungkin saja pun dia hanyalah seonggok tanaman pisang. Mereka punya jantung. Namun tidak dengan hati.

Mereka pun segera beranjak pergi meninggalkan sofa ruang santai. Membiarkan mereka mengurus sendiri pekerja yang mati termakan itu.

Setidaknya aku mengerti. Ini lah keluarga ku yang tidak aku ketahui sebelumnya. Mereka sungguhan tidak punya hati. Dan selalu melakukan hal senonoh yang bahkan tak masuk akal sama sekali. Membuat percobaan itu untuk menaklukan dunia? Hm? Memangnya siapa yang akan menyembah mereka disaat semua penghuni bumi telah mati di makan percobaan nya itu? Atau kah mungkin saja, dia membuat percobaan itu dan membiarkan percobaan nya mengobrak-abrik bumi dan segala isinya. Lantas dia datang dengan membawa sebuah penawar percobaan itu hanya untuk di sembah sebagai pahlawan kesiangan?

Marcues bodoh.

Aku berjalan melewati ambang pintu.

" Kau mau kemana, Steyf?" Tania bertanya padaku yang aku sama sekali tak memedulikan nya.

Aku berjalan menuju helikopter itu. Aku mengambil peti yang aku letak kan disana dan aku berjalan menuju ke hutan itu lagi. Hah... Ini melelahkan dan asal kan kalian tau ini untuk kalian, manusia. Meskipun begitu entah kalian akan berterimakasih padaku atau tidak. Atau mungkin bahkan kalian tak menyadari itu sama sekali. Dan aneh nya aku tetap saja melangkah. Bukan karena aku takut mati akibat dari percobaan nya itu. Bukan karena aku sangat menghargai manusia-manusia disini. Bukan karena aku amat sangat mencintai bumi. Akan tetapi aku punya alasan dan dendam tersendiri.

Aku berjalan menyusuri jalan yang sepi dan gelap. Hari itu sudah mulai malam dan aku berjalan sendirian. Dan untuk saat itu pula aku masuk ke dalam sana. Seraya menjinjing peti, aku mengendap-endap masuk ke dalam sana.

Ini kacau. Aku tak tau dimana ruang laboratorium nya. Dan aku bahkan tak bisa lebih waspada lagi. Aku tertangkap basah saat mengendap. Aku mulai berkeringat dan membeku tak tau harus apa kah aku saat ini. Aku menyembunyikan peti itu. Ku selipkan ke dalam sabuk yang mengikat pinggang ku. Tidak ada yang tau sebab saat itu ku tutup dengan jaket hitam pemberian Tania.

" Sebenarnya aku curiga, Steyf. Tidak mungkin apabila tiba-tiba ikan piranha bisa datang sendiri kemari tanpa adanya udang di balik batu. Kau pasti mengira aku bodoh seperti dirimu. Sudah ku bilang aku ini kakakmu. Aku jauh lebih pintar dari padamu. Jangan berharap kalau kau bisa menang." Leo keparat itu duduk di sofa panjang di balik dinding.

Dan setelah beberapa detik ia menjeda kalimatnya, kini ia muncul dari balik tembok dan menatap aku bagaikan singa.

" Pintar sekali kau memasang cctv semacam itu di villa ini. Ketepatan dan kepintaran mu boleh juga, akan tetapi itu kan juga buatan ayah. Ayah ada disini dan bagaimana mungkin dia tidak tau akan hal itu? "

Dia tertawa terpingkal-pingkal di depan ku. Kini pun dia juga mulai menertawakan aku setelah aku yang terus-terusan menertawakannya sejak tadi.

" Astaga, adik. Itu cctv bukan sembarang cctv. Itu cctv khusus. Itu adalah cctv yang di buat untuk para lelaki bejat. Mengapa kau memakainya? Itu adalah cctv khusus yang di rancang untuk mengintip wanita, dan ini ada laporan rekaman tersendiri bagi kami karena itu semua terhubung dengan si pencipta cctv itu sendiri. Karena ini terhubung dengan satelit, itu bisa menyebar kapan saja dan di manapun. Dan itu tentu saja masuk ke kami sebagai bentuk data dari pasokan penggunaan. Kau bahkan tidak tau itu, bukan? "

Dia kembali menertawakan aku.

" Dasar Kadal Pengganggu yang bodoh. Kau lebih bodoh dari dora."

Dia terus saja menertawakan aku.

Mengapa aku tidak tau akan hal itu? Mengapa aku tak tau apa-apa soal masalah itu? Ya. Aku Kadal Pengganggu yang amat bodoh. Lebih bodoh dari dora. Aku malu. Bahkan kepada kakak tiriku sendiri.

Dia. Ayah menguping pembicaraan kami di balik tembok. Dan sekarang dia ikutan tertawa.

" Jangan tertawakan adikmu seperti itu, Leo. Dia bukan bodoh, tapi amat sangat bodoh. Dan aku menyesal telah membesarkan dia seperti itu. Tidak ada untungnya sama sekali buatku. Bahkan menghormati orang tua nya saja pun dia tak mau. "

Kini dia menampakkan diri di hadapan ku.

Haruskah aku merobek mulutnya? Kata-kata yang paling aku benci itu pada akhirnya keluar lagi di mulutnya. Sudah sekian lama, sejak kejadian itu. Aku... Tak tahan.

" Kau pintar tapi kau bedebah. Kau ingin aku menghormatimu yang kau sendiri tak bisa menghargaiku? Serendah itu kah? "

Seandainya aku meledak sekarang, apakah mungkin aku bisa menang?

" Apakah seorang anak bodoh seperti mu patut untuk dihargai? Anak yang selalu saja membantah keinginan orang tuanya, anak yang selalu menentang pembicaraan orang tuanya, keras kepala sekali apabila mengutarakan pendapat di depan orang tuamu sendiri, dan kau pun bahkan meminta untuk di hargai?"

" Dan apakah aku pernah meminta untuk di lahirkan ke dunia ini? Dan apakah aku salah apabila aku mempunyai 'hak' untuk mengutarakan pendapatku? Dan apakah mungkin kau ini sungguhan punya derajat yang tinggi di bumi karena ilmu pengetahuan mu yang begitu luas hingga menewaskan banyak orang? Dan apakah kau sudah yakin derajatmu naik, setelah kau menewaskan banyak orang yang menyelamatkan mu dari tanaman maut itu? Dan alangkah tak tahu diri lari begitu saja sebagai seorang pecundang tanpa ada rasa terimakasih!"

Dia hanya terdiam. Semuanya hening tanpa ada jawaban.

" Kau bahkan lebih bejat dari apa yang dipikirkan orang-orang. Pada kenyataan nya kau bukanlah manusia yang patut mempunyai derajat yang tinggi. Kau orang tua berengsek. Kau ayah paling bejat yang pernah aku temui. Bahkan mama pun kau biarkan mati. Dan apakah kau mengenangnya? Tentu saja tidak. Kau bahkan tak mengingatnya sama sekali. Karena kau hanya menikahi dia tanpa cinta. Kau hanya ingin nafsumu. Atau bahkan sebagai percobaan mu. Kau lah satu-satunya orang paling kotor di bumi ini. Dan semua orang tau akan hal itu." Kataku berusaha menentangnya sekarang.

" Dan apakah setelah aku mengatakan ini kau akan berubah seketika? Tentu saja tidak, ayah. Kau hanyalah manusia berhati batu. Atau mungkin memang tidak ada hati di dalam dadamu. Hidupmu begitu amat membosankan, ayah. Pasti kau sangat bosan terus-terusan di laboratorium membuat segala hal penemuan, hingga kau bahkan tak punya teman atau bahkan kasih sayang. Itu lah yang membuatmu ingin sekali menghancurkan dunia dalam sekali serang. Aku tahu, ayah. Aku lebih dari tahu. "

Begitu kataku yang berusaha menahan tangisku. Aku tak ingin di bilang cengeng. Ruangan menjadi hening. Leo menarik nafasnya keras-keras.

" Pekerja!!!" Dia berteriak hingga menggema.

Dan sekejap pun para pekerja di villa itu segera datang demi tuannya.

" Tangkap dan sekap saja dia. Terserah kalian mau kalian apakan. Bunuh jika perlu."

Dan mereka pun segera saja berbondong-bondong mengikat aku dengan sebuah tali. Mereka mengikat nya amat kencang, hingga aku sangat sulit untuk bernafas. Atau mungkin aku tidak bisa bernafas. Mereka mendorong aku dengan paksa. Dan aku pun tak dapat melawan dengan tubuh yang terikat amat kencang seperti ini.

Aku masuk ke ruangan yang berbeda dari sebelumnya. Itu lebih ke ruang penyiksaan bawah tanah. Aku di dorong amat kuat hingga aku terjatuh. Pekerja-pekerja itu lebih dari 50 orang, dan aku di injak-injak oleh mereka hingga tulang rusuk ku patah.

Salah satu dari mereka menarik ubun-ubun ku dan membentur-benturkan kepalaku ke dinding dengan amat kuat. Darah segar itu pun secara deras mengalir.

Belum selesai pekerja satu membenturkan kepalaku ke tembok, rambutku yang pendek itu segera di tarik pekerja lain dan mereka memukul-mukul kepalaku dengan sebuah palu dan sebatang besi.

Bahkan belum sempat aku bernafas sedikit, pekerja lainnya menarik ku dan menarik celanaku hingga robek. Mereka memukul alat kelamin ku berkali-kali.

Aku bahkan tak punya kesempatan untuk menjerit. Seorang pekerja menarik ubun-ubun ku lagi, dan menyiram kedua mataku dengan air cabai.

Aku meraung-raung. Dan aku berusaha meminta ampun tapi sia-sia. Mama. Aku ingin mama kembali. Setidaknya aku harus bertemu ibuku. Ma, aku ingin mati sekarang. Aku begitu amat merindukan sebuah pelukan yang sudah lama tak aku rasakan. Bahkan hingga saat ini. Aku masih saja mengingat segala kenangan indah itu. Sampai saat ini. Di keadaan yang seperti ini.

Hingga pintu di buka. Leo datang dengan senyuman nya yang merekah. Aku menatapnya samar-samar dengan mata yang perih. Tubuhku sudah tidak bisa di gerakkan. Maka aku hanya berusaha mengambil oksigen dengan tubuh yang telah hancur. Aku terkapar lunglai. Lelah dan aku begitu amat kesakitan. Dan anehnya, mengapa aku tak mati saja?

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 Steyfano Marcues
3 Chapter 2 Steyfano Marcues
4 Chapter 3 Steyfano Marcues
5 Chapter 4 Steyfano Marcues
6 Chapter 5 Steyfano Marcues
7 Chapter 6 Steyfano Marcues
8 Chapter 7 Steyfano Marcues
9 Chapter 8 Steyfano Marcues
10 Chapter 9 Steyfano Marcues
11 Chapter 10 Steyfano Marcues
12 Chapter 11 Maria Aggy
13 Chapter 12 Maria Aggy
14 Chapter 13 Steyfano Marcues
15 Chapter 14 Maria Aggy
16 Chapter 15 Steyfano Marcues
17 Chapter 16 Maria Aggy
18 Chapter 17 Steyfano Marcues
19 Chapter 18 Maria Aggy
20 Chapter 19 Steyfano Marcues
21 Chapter 20 Maria Aggy
22 Chapter 21 Steyfano Marcues
23 Chapter 22 Maria Aggy
24 Chapter 23 Steyfano Marcues
25 Chapter 24 Maria Aggy
26 Chapter 25 Steyfano Marcues
27 Chapter 26 Maria Aggy
28 Chapter 27 Steyfano Marcues
29 Chapter 28 Maria Aggy
30 Chapter 29 Steyfano Marcues
31 Chapter 30 Maria Aggy
32 Chapter 31 Steyfano Marcues
33 Chapter 32 Maria Aggy
34 Chapter 33 Steyfano Marcues
35 Chapter 34 Maria Aggy
36 Chapter 35 Steyfano Marcues
37 Chapter 36 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
38 Chapter 37 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
39 Chapter 38 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
40 Chapter 39 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
41 Chapter 40 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
42 Chapter 41 Maria Aggy
43 Chapter 42 Steyfano Marcues
44 Chapter 43 Maria Aggy
45 Chapter 44 Steyfano Marcues
46 Chapter 45 Maria Aggy.
47 Chapter 46 Steyfano Marcues
48 Chapter 47 Maria Aggy
49 Chapter 48 Steyfano Marcues
50 Chapter 49 Maria Aggy
51 Chapter 50 Steyfano Marcues
52 Chapter 51 Maria Aggy
53 Chapter 52 Steyfano Marcues
54 Chapter 53 Maria Aggy
55 Chapter 54 Steyfano Marcues
56 Chapter 55 Maria Aggy
57 Chapter 56 Steyfano Marcues
58 Chapter 57 Maria Aggy
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 Steyfano Marcues
3
Chapter 2 Steyfano Marcues
4
Chapter 3 Steyfano Marcues
5
Chapter 4 Steyfano Marcues
6
Chapter 5 Steyfano Marcues
7
Chapter 6 Steyfano Marcues
8
Chapter 7 Steyfano Marcues
9
Chapter 8 Steyfano Marcues
10
Chapter 9 Steyfano Marcues
11
Chapter 10 Steyfano Marcues
12
Chapter 11 Maria Aggy
13
Chapter 12 Maria Aggy
14
Chapter 13 Steyfano Marcues
15
Chapter 14 Maria Aggy
16
Chapter 15 Steyfano Marcues
17
Chapter 16 Maria Aggy
18
Chapter 17 Steyfano Marcues
19
Chapter 18 Maria Aggy
20
Chapter 19 Steyfano Marcues
21
Chapter 20 Maria Aggy
22
Chapter 21 Steyfano Marcues
23
Chapter 22 Maria Aggy
24
Chapter 23 Steyfano Marcues
25
Chapter 24 Maria Aggy
26
Chapter 25 Steyfano Marcues
27
Chapter 26 Maria Aggy
28
Chapter 27 Steyfano Marcues
29
Chapter 28 Maria Aggy
30
Chapter 29 Steyfano Marcues
31
Chapter 30 Maria Aggy
32
Chapter 31 Steyfano Marcues
33
Chapter 32 Maria Aggy
34
Chapter 33 Steyfano Marcues
35
Chapter 34 Maria Aggy
36
Chapter 35 Steyfano Marcues
37
Chapter 36 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
38
Chapter 37 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
39
Chapter 38 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
40
Chapter 39 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
41
Chapter 40 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
42
Chapter 41 Maria Aggy
43
Chapter 42 Steyfano Marcues
44
Chapter 43 Maria Aggy
45
Chapter 44 Steyfano Marcues
46
Chapter 45 Maria Aggy.
47
Chapter 46 Steyfano Marcues
48
Chapter 47 Maria Aggy
49
Chapter 48 Steyfano Marcues
50
Chapter 49 Maria Aggy
51
Chapter 50 Steyfano Marcues
52
Chapter 51 Maria Aggy
53
Chapter 52 Steyfano Marcues
54
Chapter 53 Maria Aggy
55
Chapter 54 Steyfano Marcues
56
Chapter 55 Maria Aggy
57
Chapter 56 Steyfano Marcues
58
Chapter 57 Maria Aggy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!