Aku berjalan lunglai. Dengan susah payah menjaga keseimbangan tubuhku yang sudah hancur. Tulang rusuk ku yang patah membuat aku tak dapat berdiri dengan benar. Alat kelamin ku yang sakit ini menusuk-nusuk perutku. Mataku masih perih, merah dan panas. Muka ku penuh dengan lebam. Begitu lah tubuhku sekarang ini.
Samar-samar aku melihat rumah Tania yang begitu bersinar. Dan aku tak sabar melihat wajahnya yang melihat ku dengan keadaan yang seperti ini. Dia tentunya akan terkejut dengan mukanya yang manis.
Hanya saja ketika aku masuk, saat itu ia tengah menyiapkan 2 gelas di atas meja. Aku terlalu percaya menganggap bahwa itu untuk ku. Barangkali dia menungguku. Tidak. Itu salah. Dia sedang bersama anak laki-laki lain ketika aku tidak ada disana. Ku lihat lelaki itu yang memiliki tinggi badan setara dengan ku, berambut dan berkulit coklat. Duduk di samping Tania. Dan...
" Steyf, apa yang terjadi padamu? Kau berkelahi?" Begitu sambutan dari Tania untuk ku.
Dan mereka berdua memandangi aku seperti memandangi seorang zombie. Aku hanya terdiam. Aku tak berselera untuk menjawab. Aku memandangi lelaki itu yang sepertinya aku mengenalnya.
" Steyf, mengapa kau diam saja? Kau duduk saja dulu, aku akan mengambilkan obat untuk mu." Katanya segera berjalan menuju ke kamar nya dan mengambil kotak obat itu lagi.
Kini hanya ada aku dan dia. Bertengkar dalam keheningan. Aku tak ingin mengeluarkan suara ku sedikit saja untuk nya, dan dia pun tak ingin sekali berbicara sedikit atau sekedar menyapa kepadaku.
Aku duduk agak jauh dari nya. Aku sudah lelah dan aku mengantuk. Tania datang kembali dengan membawa kotak obat itu. Dia menoleh ke arah anak itu sebentar.
" Putra, maaf. Bisakah kau menunggu sebentar?" Begitu ujar Tania kepadanya. Dia hanya menggangguk dan tersenyum kepada wanita ku ini.
Tania pun segera mengobati luka-luka ku itu satu persatu. Ingin sekali aku katakan kepadanya. Tidak ada gunanya kau mengobati aku dengan obat ringan itu, ini adalah luka yang amat dalam, dan membutuhkan waktu lama untuk sembuh.
" Sebenarnya kau darimana? Kau bahkan tak menjawab pertanyaan ku dari tadi. Bahkan siang tadi saja kau langsung pergi tanpa memberitahu ku terlebih dahulu. Kau sudah gila?"
Iya, Tania. Aku merasa kalau aku sungguhan sudah gila. Entah mengapa. Kau bukan pacar ku. Kau hanya sahabat yang selalu menemani aku. Dan aku cemburu. Seharusnya aku tengah mengutarakan perasaan ku saat ini, tapi kau tengah berada disini bersama dengan lelaki lain. Disaat aku terpontang-panting membebaskan diri dan membunuh mereka yang menonton dirimu yang tengah mandi, kau bahkan bersenang-senang dengan lelaki lain. Dan siapa yang tidak menjadi gila hanya karena itu?
" Ah, bolehkah aku meminjam kamar mandi sebentar?'' Barulah suara yang sedikit berat itu terdengar.
" Oh, tentu saja boleh. Di sana. Lurus saja ke belakang, kau akan menemukannya nanti. " Begitu Tania langsung menimpali.
Dia pun langsung saja beranjak pergi meninggalkan sofa yang didudukinya dari tadi. Maka aku langsung menatap Tania dengan lekat.
" Kau bahkan bersama anak lelaki lain ketika aku tidak ada." Ujar ku padanya membuka suaraku yang ku umpat sejak tadi. Mata itu menyorot kepadaku dengan amat jelas.
" Steyf.. dia hanya adik kelas yang sedang tanya tentang pendaftaran menjadi OSIS. Kau cemburu?"
" Hanya tidak menyukainya."
" Maaf, dia datang secara tiba-tiba. "
" Kau sudah mandi?"
" Sudah. Mengapa?"
Haruskah aku mencurigai orang lagi? Bagaimana jika itu tak pasti? Belum tentu jika itu dia bukan? Akan tetapi jika itu Leo aku pasti tau karena dia pasti akan membicarakannya di villa yang telah ku pasangi cctv. Bagaimana ini? Aku ingin memergoki seseorang di kamar mandi, tapi aku tidak ingin menakuti gadis manis ini.
" Kenapa, steyf?" Dia membuyarkan lamunan ku.
" Setelah dia pergi dari sini, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. "
" Mau kemana? Mengapa tiba-tiba?"
" Aku ingin mengatakan sesuatu. Tapi nanti. Tidak sekarang. Jadi cepat usir dia pulang." Aku mengatakannya dengan brutal dan agak sedikit memaksa kepadanya. Dia tersenyum kepadaku dengan sangat manis.
" Aku tidak bisa jika harus mengusirnya seperti itu. "
" Kau mau membiarkan dia tetap tinggal disini? Kau bahkan melupakan aku."
" Aku tidak melupakan mu, Steyf. Aku mengkhawatirkan mu dari tadi. Ini sudah malam dan kau tak kunjung pulang. Aku risau. Lalu tiba-tiba dia datang menginginkan bantuan ku untuk membina nya menjadi osis. "
" Bagaimana aku bisa mempercayaimu?"
Anak lelaki itu muncul kembali dari balik tembok. Dengan pandangan nya yang tertunduk dan kemudian mengatakan sesuatu.
" Aku akan segera pulang. Kak Tania, terimakasih untuk binaannya. Maaf jika itu mengganggu. "
" Sama-sama, Put. Hati-hati dijalan."
Cih. Tania bahkan sangat lembut dengannya. Dia menatap aku yang tengah memandang dirinya.
" Kau mau mengajak ku ke suatu tempat dengan keadaan yang hancur seperti itu?" Begitu tanyanya.
" Nggak jadi. "
Aku mengurungkan seleraku dan berjalan menuju kamar mandi. Aku mencari dengan pasti dimana letak cctv itu. Aku menemukan nya di pojokan kamar mandi yang saat itu tertutup oleh pintu. Aku mengambilnya dengan keras. Menginjak-injak dan menghancurkannya dengan kasar. Aku berusaha untuk waspada. Aku lihat lagi sekeliling. Di setiap sudut, sampai di setiap celah. Aku menemukan satu lagi. Itu di toilet. Dan pas sekali itu tertancap pada closed. Siapa lagi? Dia lah orang lain yang menggunakan toilet terakhir kali.
Aku sudah selesai dengan pakaian ku. Aku berjalan menghampiri Tania yang saat itu tengah membaca buku di sofa.
" Aku memperingat kan mu untuk selalu mengecek kamar mandi sebelum kau menggunakannya. "
" Kenapa tiba-tiba?"
" Ada banyak tikus."
" Tikus?"
" Aku takut jika kau terkejut dan kau bisa saja terjatuh. Kau harus hati-hati."
" Haha.. makasih. Tapi aku tidak akan sampai terjatuh. Mungkin saja hanya menjerit."
" Ya, tapi kau harus lebih waspada. Aku tak ingin jika itu melukaimu."
" Okey."
Aku duduk di sampingnya. Merebahkan tubuh ku yang amat pegal. Sakit dan perih. Itu menyerubungi raga ku ini. Hancur.
" Sudah sangat lama kau tidak kembali ke sekolah. Kau tidak ingin melanjutkan sekolahmu?" Tania membuyarkan lamunan ku.
" Malas."
" Aku kesepian setiap pergi ke sekolah. Aku tidak punya teman. "
" Baiklah. Aku akan pergi ke sekolah besok?"
" Sungguhan? Dengan tubuh yang seperti itu?"
" Ini tidak terasa apa-apa, Tania. Berhentilah khawatir."
Dia hanya menggangguk mengerti dan kemudian beralih kembali pada bacaan nya. Aku teringat lagi pada buku itu. Maka aku pun beralih tempat ke kamar dan membacanya dengan seksama di atas kasur.
'15 JULI 2000, LEONARDHO MARCUES
AKU AMAT SANGAT BERSYUKUR KARENA BAYI PERTAMA KU LAHIR DENGAN SELAMAT. TIDAK ADA KELAINAN, DAN PROSESNYA PUN LANCAR. TAK NAMPAK EFEK DARI CAIRAN ITU.'
' 25 MARET 2001, LEONARDHO MARCUES.
DI SEPANJANG DIA TUMBUH BESAR, AKU BARU MENYADARI SATU HAL. CAIRAN ITU MENIMBULKAN EFEK LUAR BIASA PADA OTAK. DAN AKU BARU MENYADARINYA SAAT AKU MENGAJARI LEO YANG BARU BERUMUR SETENGAH TAHUN ITU MEMBACA. DIA BAHKAN BISA MENANGKAPNYA DENGAN MUDAH. TANPA TERBATA-BATA DIA MENGIKUTI DAN MENGULANG-ULANG APA YANG AKU KATAKAN. DAN BAHKAN SEKARANG DIA SUDAH BISA MEMBACA BUKU DONGENG SENDIRI. AKU KEMBALI KE LAB, MENELITI LAGI KANDUNGAN DAN MANFAAT APA SAJA YANG ADA DI CAIRAN YANG TAK SENGAJA KU BUAT KARENA AKU SEDANG BOSAN.'
' 29 MARET 2001, EDWARD MARCUES
AKU PUAS SEKALI DENGAN PERCOBAAN PERTAMA KU ITU. AKU SENANG DAN AKU SANGAT MENSYUKURINYA. ANAK KU ITU TUMBUH DENGAN KEPINTARAN LUAR BIASA. AKU DI SANJUNG SEBAGAI ORANG TUA YANG BERHASIL MENDIDIK ANAK, PADAHAL ITU ADALAH HASIL DARI SEBUAH KETIDAK SENGAJAAN. AKAN TETAPI AKU MENYUKAINYA. DAN KALI INI AKU BERPIKIR BAHWA AKU INGIN MEMBUAT PERCOBAAN YANG LAIN LAGI. MENGUJI SENDIRI SEBERAPA HEBATNYA PENGETAHUAN KU INI.'
' 30 AGUSTUS 2001, EDWARD MARCUES
AKU TELAH MENYELESAIKAN PERCOBAAN KU YANG SATU INI. AKU SEBUT INI SEBAGAI CAIRAN ANTI BAKTERI DAN KEKEBALAN IMUN YANG LUAR BIASA. AKU BUAT PEMILIK CAIRAN INI MEMILIKI TUBUH YANG KUAT SEPERTI KUDA. BAHKAN JIKA JANTUNGNYA DI TUSUK SEKALIPUN DIA TETAP MASIH HIDUP. '
Jadi, aku menyimpulkan satu hal. Leo adalah benda untuk menguji percobaan pertama kali nya. Itu lah mengapa, anak itu begitu pintar melebihi seorang profesor. Kepintarannya seperti menantang Tuhan. Lalu. Apakah aku juga hasil uji coba? Kalimat terakhir yang aku baca itu terlalu jelas untuk dapat di bingungkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments