Chapter 15 Steyfano Marcues

Aku berjalan lunglai. Dengan susah payah menjaga keseimbangan tubuhku yang sudah hancur. Tulang rusuk ku yang patah membuat aku tak dapat berdiri dengan benar. Alat kelamin ku yang sakit ini menusuk-nusuk perutku. Mataku masih perih, merah dan panas. Muka ku penuh dengan lebam. Begitu lah tubuhku sekarang ini.

Samar-samar aku melihat rumah Tania yang begitu bersinar. Dan aku tak sabar melihat wajahnya yang melihat ku dengan keadaan yang seperti ini. Dia tentunya akan terkejut dengan mukanya yang manis.

Hanya saja ketika aku masuk, saat itu ia tengah menyiapkan 2 gelas di atas meja. Aku terlalu percaya menganggap bahwa itu untuk ku. Barangkali dia menungguku. Tidak. Itu salah. Dia sedang bersama anak laki-laki lain ketika aku tidak ada disana. Ku lihat lelaki itu yang memiliki tinggi badan setara dengan ku, berambut dan berkulit coklat. Duduk di samping Tania. Dan...

" Steyf, apa yang terjadi padamu? Kau berkelahi?" Begitu sambutan dari Tania untuk ku.

Dan mereka berdua memandangi aku seperti memandangi seorang zombie. Aku hanya terdiam. Aku tak berselera untuk menjawab. Aku memandangi lelaki itu yang sepertinya aku mengenalnya.

" Steyf, mengapa kau diam saja? Kau duduk saja dulu, aku akan mengambilkan obat untuk mu." Katanya segera berjalan menuju ke kamar nya dan mengambil kotak obat itu lagi.

Kini hanya ada aku dan dia. Bertengkar dalam keheningan. Aku tak ingin mengeluarkan suara ku sedikit saja untuk nya, dan dia pun tak ingin sekali berbicara sedikit atau sekedar menyapa kepadaku.

Aku duduk agak jauh dari nya. Aku sudah lelah dan aku mengantuk. Tania datang kembali dengan membawa kotak obat itu. Dia menoleh ke arah anak itu sebentar.

" Putra, maaf. Bisakah kau menunggu sebentar?" Begitu ujar Tania kepadanya. Dia hanya menggangguk dan tersenyum kepada wanita ku ini.

Tania pun segera mengobati luka-luka ku itu satu persatu. Ingin sekali aku katakan kepadanya. Tidak ada gunanya kau mengobati aku dengan obat ringan itu, ini adalah luka yang amat dalam, dan membutuhkan waktu lama untuk sembuh.

" Sebenarnya kau darimana? Kau bahkan tak menjawab pertanyaan ku dari tadi. Bahkan siang tadi saja kau langsung pergi tanpa memberitahu ku terlebih dahulu. Kau sudah gila?"

Iya, Tania. Aku merasa kalau aku sungguhan sudah gila. Entah mengapa. Kau bukan pacar ku. Kau hanya sahabat yang selalu menemani aku. Dan aku cemburu. Seharusnya aku tengah mengutarakan perasaan ku saat ini, tapi kau tengah berada disini bersama dengan lelaki lain. Disaat aku terpontang-panting membebaskan diri dan membunuh mereka yang menonton dirimu yang tengah mandi, kau bahkan bersenang-senang dengan lelaki lain. Dan siapa yang tidak menjadi gila hanya karena itu?

" Ah, bolehkah aku meminjam kamar mandi sebentar?'' Barulah suara yang sedikit berat itu terdengar.

" Oh, tentu saja boleh. Di sana. Lurus saja ke belakang, kau akan menemukannya nanti. " Begitu Tania langsung menimpali.

Dia pun langsung saja beranjak pergi meninggalkan sofa yang didudukinya dari tadi. Maka aku langsung menatap Tania dengan lekat.

" Kau bahkan bersama anak lelaki lain ketika aku tidak ada." Ujar ku padanya membuka suaraku yang ku umpat sejak tadi. Mata itu menyorot kepadaku dengan amat jelas.

" Steyf.. dia hanya adik kelas yang sedang tanya tentang pendaftaran menjadi OSIS. Kau cemburu?"

" Hanya tidak menyukainya."

" Maaf, dia datang secara tiba-tiba. "

" Kau sudah mandi?"

" Sudah. Mengapa?"

Haruskah aku mencurigai orang lagi? Bagaimana jika itu tak pasti? Belum tentu jika itu dia bukan? Akan tetapi jika itu Leo aku pasti tau karena dia pasti akan membicarakannya di villa yang telah ku pasangi cctv. Bagaimana ini? Aku ingin memergoki seseorang di kamar mandi, tapi aku tidak ingin menakuti gadis manis ini.

" Kenapa, steyf?" Dia membuyarkan lamunan ku.

" Setelah dia pergi dari sini, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. "

" Mau kemana? Mengapa tiba-tiba?"

" Aku ingin mengatakan sesuatu. Tapi nanti. Tidak sekarang. Jadi cepat usir dia pulang." Aku mengatakannya dengan brutal dan agak sedikit memaksa kepadanya. Dia tersenyum kepadaku dengan sangat manis.

" Aku tidak bisa jika harus mengusirnya seperti itu. "

" Kau mau membiarkan dia tetap tinggal disini? Kau bahkan melupakan aku."

" Aku tidak melupakan mu, Steyf. Aku mengkhawatirkan mu dari tadi. Ini sudah malam dan kau tak kunjung pulang. Aku risau. Lalu tiba-tiba dia datang menginginkan bantuan ku untuk membina nya menjadi osis. "

" Bagaimana aku bisa mempercayaimu?"

Anak lelaki itu muncul kembali dari balik tembok. Dengan pandangan nya yang tertunduk dan kemudian mengatakan sesuatu.

" Aku akan segera pulang. Kak Tania, terimakasih untuk binaannya. Maaf jika itu mengganggu. "

" Sama-sama, Put. Hati-hati dijalan."

Cih. Tania bahkan sangat lembut dengannya. Dia menatap aku yang tengah memandang dirinya.

" Kau mau mengajak ku ke suatu tempat dengan keadaan yang hancur seperti itu?" Begitu tanyanya.

" Nggak jadi. "

Aku mengurungkan seleraku dan berjalan menuju kamar mandi. Aku mencari dengan pasti dimana letak cctv itu. Aku menemukan nya di pojokan kamar mandi yang saat itu tertutup oleh pintu. Aku mengambilnya dengan keras. Menginjak-injak dan menghancurkannya dengan kasar. Aku berusaha untuk waspada. Aku lihat lagi sekeliling. Di setiap sudut, sampai di setiap celah. Aku menemukan satu lagi. Itu di toilet. Dan pas sekali itu tertancap pada closed. Siapa lagi? Dia lah orang lain yang menggunakan toilet terakhir kali.

Aku sudah selesai dengan pakaian ku. Aku berjalan menghampiri Tania yang saat itu tengah membaca buku di sofa.

" Aku memperingat kan mu untuk selalu mengecek kamar mandi sebelum kau menggunakannya. "

" Kenapa tiba-tiba?"

" Ada banyak tikus."

" Tikus?"

" Aku takut jika kau terkejut dan kau bisa saja terjatuh. Kau harus hati-hati."

" Haha.. makasih. Tapi aku tidak akan sampai terjatuh. Mungkin saja hanya menjerit."

" Ya, tapi kau harus lebih waspada. Aku tak ingin jika itu melukaimu."

" Okey."

Aku duduk di sampingnya. Merebahkan tubuh ku yang amat pegal. Sakit dan perih. Itu menyerubungi raga ku ini. Hancur.

" Sudah sangat lama kau tidak kembali ke sekolah. Kau tidak ingin melanjutkan sekolahmu?" Tania membuyarkan lamunan ku.

" Malas."

" Aku kesepian setiap pergi ke sekolah. Aku tidak punya teman. "

" Baiklah. Aku akan pergi ke sekolah besok?"

" Sungguhan? Dengan tubuh yang seperti itu?"

" Ini tidak terasa apa-apa, Tania. Berhentilah khawatir."

Dia hanya menggangguk mengerti dan kemudian beralih kembali pada bacaan nya. Aku teringat lagi pada buku itu. Maka aku pun beralih tempat ke kamar dan membacanya dengan seksama di atas kasur.

'15 JULI 2000, LEONARDHO MARCUES

AKU AMAT SANGAT BERSYUKUR KARENA BAYI PERTAMA KU LAHIR DENGAN SELAMAT. TIDAK ADA KELAINAN, DAN PROSESNYA PUN LANCAR. TAK NAMPAK EFEK DARI CAIRAN ITU.'

' 25 MARET 2001, LEONARDHO MARCUES.

DI SEPANJANG DIA TUMBUH BESAR, AKU BARU MENYADARI SATU HAL. CAIRAN ITU MENIMBULKAN EFEK LUAR BIASA PADA OTAK. DAN AKU BARU MENYADARINYA SAAT AKU MENGAJARI LEO YANG BARU BERUMUR SETENGAH TAHUN ITU MEMBACA. DIA BAHKAN BISA MENANGKAPNYA DENGAN MUDAH. TANPA TERBATA-BATA DIA MENGIKUTI DAN MENGULANG-ULANG APA YANG AKU KATAKAN. DAN BAHKAN SEKARANG DIA SUDAH BISA MEMBACA BUKU DONGENG SENDIRI. AKU KEMBALI KE LAB, MENELITI LAGI KANDUNGAN DAN MANFAAT APA SAJA YANG ADA DI CAIRAN YANG TAK SENGAJA KU BUAT KARENA AKU SEDANG BOSAN.'

' 29 MARET 2001, EDWARD MARCUES

AKU PUAS SEKALI DENGAN PERCOBAAN PERTAMA KU ITU. AKU SENANG DAN AKU SANGAT MENSYUKURINYA. ANAK KU ITU TUMBUH DENGAN KEPINTARAN LUAR BIASA. AKU DI SANJUNG SEBAGAI ORANG TUA YANG BERHASIL MENDIDIK ANAK, PADAHAL ITU ADALAH HASIL DARI SEBUAH KETIDAK SENGAJAAN. AKAN TETAPI AKU MENYUKAINYA. DAN KALI INI AKU BERPIKIR BAHWA AKU INGIN MEMBUAT PERCOBAAN YANG LAIN LAGI. MENGUJI SENDIRI SEBERAPA HEBATNYA PENGETAHUAN KU INI.'

' 30 AGUSTUS 2001, EDWARD MARCUES

AKU TELAH MENYELESAIKAN PERCOBAAN KU YANG SATU INI. AKU SEBUT INI SEBAGAI CAIRAN ANTI BAKTERI DAN KEKEBALAN IMUN YANG LUAR BIASA. AKU BUAT PEMILIK CAIRAN INI MEMILIKI TUBUH YANG KUAT SEPERTI KUDA. BAHKAN JIKA JANTUNGNYA DI TUSUK SEKALIPUN DIA TETAP MASIH HIDUP. '

Jadi, aku menyimpulkan satu hal. Leo adalah benda untuk menguji percobaan pertama kali nya. Itu lah mengapa, anak itu begitu pintar melebihi seorang profesor. Kepintarannya seperti menantang Tuhan. Lalu. Apakah aku juga hasil uji coba? Kalimat terakhir yang aku baca itu terlalu jelas untuk dapat di bingungkan.

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 Steyfano Marcues
3 Chapter 2 Steyfano Marcues
4 Chapter 3 Steyfano Marcues
5 Chapter 4 Steyfano Marcues
6 Chapter 5 Steyfano Marcues
7 Chapter 6 Steyfano Marcues
8 Chapter 7 Steyfano Marcues
9 Chapter 8 Steyfano Marcues
10 Chapter 9 Steyfano Marcues
11 Chapter 10 Steyfano Marcues
12 Chapter 11 Maria Aggy
13 Chapter 12 Maria Aggy
14 Chapter 13 Steyfano Marcues
15 Chapter 14 Maria Aggy
16 Chapter 15 Steyfano Marcues
17 Chapter 16 Maria Aggy
18 Chapter 17 Steyfano Marcues
19 Chapter 18 Maria Aggy
20 Chapter 19 Steyfano Marcues
21 Chapter 20 Maria Aggy
22 Chapter 21 Steyfano Marcues
23 Chapter 22 Maria Aggy
24 Chapter 23 Steyfano Marcues
25 Chapter 24 Maria Aggy
26 Chapter 25 Steyfano Marcues
27 Chapter 26 Maria Aggy
28 Chapter 27 Steyfano Marcues
29 Chapter 28 Maria Aggy
30 Chapter 29 Steyfano Marcues
31 Chapter 30 Maria Aggy
32 Chapter 31 Steyfano Marcues
33 Chapter 32 Maria Aggy
34 Chapter 33 Steyfano Marcues
35 Chapter 34 Maria Aggy
36 Chapter 35 Steyfano Marcues
37 Chapter 36 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
38 Chapter 37 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
39 Chapter 38 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
40 Chapter 39 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
41 Chapter 40 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
42 Chapter 41 Maria Aggy
43 Chapter 42 Steyfano Marcues
44 Chapter 43 Maria Aggy
45 Chapter 44 Steyfano Marcues
46 Chapter 45 Maria Aggy.
47 Chapter 46 Steyfano Marcues
48 Chapter 47 Maria Aggy
49 Chapter 48 Steyfano Marcues
50 Chapter 49 Maria Aggy
51 Chapter 50 Steyfano Marcues
52 Chapter 51 Maria Aggy
53 Chapter 52 Steyfano Marcues
54 Chapter 53 Maria Aggy
55 Chapter 54 Steyfano Marcues
56 Chapter 55 Maria Aggy
57 Chapter 56 Steyfano Marcues
58 Chapter 57 Maria Aggy
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 Steyfano Marcues
3
Chapter 2 Steyfano Marcues
4
Chapter 3 Steyfano Marcues
5
Chapter 4 Steyfano Marcues
6
Chapter 5 Steyfano Marcues
7
Chapter 6 Steyfano Marcues
8
Chapter 7 Steyfano Marcues
9
Chapter 8 Steyfano Marcues
10
Chapter 9 Steyfano Marcues
11
Chapter 10 Steyfano Marcues
12
Chapter 11 Maria Aggy
13
Chapter 12 Maria Aggy
14
Chapter 13 Steyfano Marcues
15
Chapter 14 Maria Aggy
16
Chapter 15 Steyfano Marcues
17
Chapter 16 Maria Aggy
18
Chapter 17 Steyfano Marcues
19
Chapter 18 Maria Aggy
20
Chapter 19 Steyfano Marcues
21
Chapter 20 Maria Aggy
22
Chapter 21 Steyfano Marcues
23
Chapter 22 Maria Aggy
24
Chapter 23 Steyfano Marcues
25
Chapter 24 Maria Aggy
26
Chapter 25 Steyfano Marcues
27
Chapter 26 Maria Aggy
28
Chapter 27 Steyfano Marcues
29
Chapter 28 Maria Aggy
30
Chapter 29 Steyfano Marcues
31
Chapter 30 Maria Aggy
32
Chapter 31 Steyfano Marcues
33
Chapter 32 Maria Aggy
34
Chapter 33 Steyfano Marcues
35
Chapter 34 Maria Aggy
36
Chapter 35 Steyfano Marcues
37
Chapter 36 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
38
Chapter 37 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
39
Chapter 38 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
40
Chapter 39 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
41
Chapter 40 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
42
Chapter 41 Maria Aggy
43
Chapter 42 Steyfano Marcues
44
Chapter 43 Maria Aggy
45
Chapter 44 Steyfano Marcues
46
Chapter 45 Maria Aggy.
47
Chapter 46 Steyfano Marcues
48
Chapter 47 Maria Aggy
49
Chapter 48 Steyfano Marcues
50
Chapter 49 Maria Aggy
51
Chapter 50 Steyfano Marcues
52
Chapter 51 Maria Aggy
53
Chapter 52 Steyfano Marcues
54
Chapter 53 Maria Aggy
55
Chapter 54 Steyfano Marcues
56
Chapter 55 Maria Aggy
57
Chapter 56 Steyfano Marcues
58
Chapter 57 Maria Aggy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!