" Tuan sekarang harus sarapan." Viona membuka baki berisi makanan yang masih tertutup dengan plastik wrab.
Enzio tetap diam wajah nya yang angkuh tidak mau melihat makanan itu. Enzio memang belum bisa bergerak luas mengangkat anggota tubuh nya sedikit saja masih sangat terasa sakit di sekujur tubuh nya belum bisa bergerak bebas.
Viona kemudian men setel ranjang itu agar sedikit terangkat kepala pasien itu.
Enzio hanya menatap lurus. Ia sangat benci rumah sakit mencium bau rumah sakit saja sudah kesal, apalagi makanannya sudah membuat nya muak dan mual.
Viona sudah memegang piring dan sendok dan akan menyuapi pada mulut pasien itu.
" Tuan mari saya bantu, anda harus makan biar anda bertenaga." ucap Viona lembut.
" Letakkan makanan itu, saya tidak mau makan." ucap nya dingin.
" Tapi Tuan, perut anda kosong belum terisi ap-"
" Saya bilang letakkan."
" Mari Tuan saya ban-"
" SAYA BILANG LETAK KAN." bentak Enzio.
Viona kaget dengan suara bentakan kencang dari pasien itu, Tangan nya memegang piring dan sendok sudah berisi soup itu di mundurkan.
Viona mengangguk kecil tidak mengeluarkan kata, ia terdiam rupanya ia harus menunda dulu tapi pastikan dia harus memberi makan pasien sombong ini.
Viona meletakan kembali piring dan mangkok itu di Baki. Lalu mengatur ranjang itu semula, mata nya melihat botol infus yang sudah hampir habis dan di ganti dengan yang berisi penuh. Lalu mengatur selang infus agar dapat mengalir lancar.
Perawat dan pasien masih terdiam, tak berselang lama pasien itu tertidur kembali, Viona menyelimuti sampai pinggang. Setelah aman ia pun keluar. Ia akan datang kembali satu jam kemudian untuk memeriksa pasien Enzio George.
Satu jam kemudian Viona kembali memeriksa keadaan pasien itu, mengecek infusan yang tinggal setengah, Enzio masi tertidur ia mengecek kantong selang kateter yang sudah penuh dan mengganti dengan kantong yang baru. Setelah nya ia kembali ke ruang perawat.
Jam 12.30 Enzio terbangun, mata nya kembali mengedar ruangan kamar ia hanya sendirian, matanya melirik pada makanan yang tertutup plastik wrab makanan yang sudah berganti makan siang.
" Huh." ia mendengus kesal tak berselera dengan makanan itu. Tangan nya digerakkan melihat jarum infusan nya. Hati nya tidak tenang karena ia memikirkan kejadian 3 hari lalu yang sangat menyakitkan hatinya. Ia mencoba menggerakkan kedua kaki nya sangat terasa sakit. Hatinya bertanya apa yang membuat sakit pada kedua kaki nya.
Lalu pintu kamar terbuka ia menoleh pada perawat itu, Viona.
Viona menatap pada Enzio yang terlihat sangat dingin. Sebagai perawat ia harus bersikap profesional saja tidak memperdulikan tatapan dingin pasien itu.
" Selamat siang Tuan, Enzio..Tuan sudah bangun? bagaimana kalau Tuan makan dulu biar pulih kesehatan anda, Tuan." ucapnya dengan senyum pada Enzio.
Enzio tetap diam.
" Tuan harus makan."
Entah kenapa suara lembut perawat itu terbantu dirinya untuk mau makan walau ia sangat tidak berselera maklum saja makanan rumah sakit. Enzio mengangguk satu kali.
Viona tersenyum, pasien itu mau mendengarkannya tangan nya langsung membuka plastik wrab penutup makanan itu. Sebelum nya ia mengatur ranjang agar sedikit terangkat kepala Enzio.
Viona mulai menyuapi sendok soup itu kemulut Enzio, Enzio membuka mulut setengah. lalu mengecap dan mengunyah makanan itu dan di telan nya. Viona tersenyum hatinya lega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments