Steven Psychopath

"Ibu dan Ayah, bolehkan tinggal di rumahmu?" tanya Ibu nya Valen penuh harap.

"Boleh saja," jawab Steven sambil tersenyum menyeringai.

Ke dua orang tua Deren ingin membuka mulutnya kalau mereka ingin mengatakan ke Steven untuk tidak mengijinkan mereka tinggal namun Steven memberikan kode ke arah mereka hal itu membuat ke dua orang tuanya tidak jadi mengatakannya.

"Terima kasih nak Steven, nak Steven memang baik," puji Ibunya Valen.

"Tentu saja, aku sangat lelah ingin tidur di hotel ini," ucap Steven sambil berjalan ke arah pintu lift diikuti oleh ke dua orang tuanya, istrinya yang bernama Valen dan ke dua orang tuanya Valen.

"Ibu dan Ayah, lebih baik pulang ke rumah dan ambil semua barang karena besok pagi sopirku akan datang menjemput Ibu dan Ayah," ucap Steven dengan nada lembut namun dalam hatinya ingin memaki ke dua orang tua yang tidak tahu malu.

"Baiklah, kami akan pulang dulu untuk mengambil barang kami," ucap Ibunya Valen sambil tersenyum bahagia.

"Ayo Ayah kita pulang karena besok kita tinggal di rumah yang besar dan tidak sempit lagi," ucap istrinya sambil menarik tangan suaminya.

"Ayo Bu, Ayah juga tidak sabar," jawab suaminya.

Tanpa berpamitan mereka langsung pergi meninggalkan tempat tersebut sedangkan Steven menatap ke arah ke dua mertuanya dengan tatapan kebencian.

("Gara - gara kalian Debora menikah dengan pria miskin itu dengan cara menjebakku memberikan obat perang sang," ucap Deren dalam hati sambil menahan amarahnya).

("Akan aku buat kalian menderita dan menyesal karena menikah dengan ku," ucap Steven dalam hati).

("Debora, bagaimana caranya kamu harus menjadi milikku dan aku akan menyiksamu karena telah berani mengkhianatiku," ucap Steven dalam hati).

Tanpa di sadari oleh keluarga Valen dan Debora kalau Steven adalah seorang psychopath yang sangat suka menyiksa orang terlebih orang yang telah menyakiti hatinya mengikuti sifat ke dua orang tuanya yang juga sama-sama psychopath).

Steven menekan tombol lift dan tidak berapa lama pintu lift terbuka lalu mereka masuk ke dalam kotak persegi empat.

Di dalam lift, Valen tidak berhenti tersenyum karena dirinya kini menjadi Nyonya Steven. Keluarga yang sangat kaya raya dan disegani di kota tersebut. Valen mengkhayal dirinya dan Ibunya berfoya - foya menghabiskan uang Steven.

("Tersenyum lah terus karena setelah kamu berada di kamar maka penderitaan mu akan di mulai," ucap Steven dalam hati sambil tersenyum jahat).

("Sepertinya putra ku sudah mempunyai rencana untuk wanita yang tidak tahu diri, Syukurlah jadi aku tidak perlu menasihati nya," ucap Ibu nya Steven).

("Sifat Steven sama seperti diriku, semua wanita yang mencoba mengkhianati maka hukuman nya adalah siksaan dan berakhir dengan ke ma ti an," ucap Ayahnya Steven dalam hati).

Ting

Pintu lift terbuka mereka keluar dari ruangan persegi empat tersebut dan berjalan ke arah kamar mereka masing-masing. Steven mengambil kartu akses dari saku jasnya kemudian menempelkan di pintu.

Klik

Terdengar suara pintu terbuka membuat Steven mendorong pintu tersebut dan masuk ke dalam kamar dengan diikuti Valen. Mata Valen membulat dengan sempurna karena biasanya kamar pengantin semuanya bernuansa putih namun yang dilihatnya sekarang semuanya bernuansa hitam.

Grep

"Kak Steven, kenapa semua serba hitam?" tanya Valen sambil memeluk suaminya dari arah belakang.

Bruk

"Akhhhhhhh..." teriak Valen

Steven yang sangat membenci Valen mendorong Valen dengan kasar membuat Valen terkejut dan terjatuh di lantai bersamaan Valen berteriak.

Steven berjalan ke arah Valen kemudian berlutut sambil mengarahkan tangannya ke arah rahang Valen.

"Aku sangat suka dengan warna hitam jadi jangan pernah protes." ucap Steven kemudian menarik tangannya.

Steven kembali berdiri kemudian mengambil tisu yang berada di meja dan men lap nya. Setelah selesai Steven melempar bekas tisu tersebut ke arah wajah Valen.

"Satu lagi, jangan pernah menyentuh tubuhku ataupun menyentuh semua barang - barang kesayangan ku jika tidak aku tidak akan segan - segan menghukum dirimu,'' ucap Steven dengan nada dingin dan tegas.

"Bukankah kita sudah menikah? Kenapa aku tidak boleh menyentuh kak Steven?" tanya Valen dengan nada protes.

"Aku terpaksa menikah denganmu untuk membalas dendam atas apa yang kalian lakukan pada Debora selama ini," ucap Steven.

"Perempuan mu ra han itu lagi, kenapa sih kal Steven membela wanita yang tidak punya rasa malu itu?" tanya Valen dengan nada setengah oktaf sambil berdiri.

Plak

"Jangan pernah menghina Debora, cukup aku yang boleh menghina nya," ucap Steven sambil menampar pipi mulus Valen.

Tamparan Steven yang keras membuat wajah Valen berpaling ke arah samping hingga terlihat dengan jelas gambar tangan Steven di wajah Valen selain itu sudut bibir Valen menjadi pecah dan mengeluarkan darah segar.

"Debora ... Debora ... Aku sangat membenci DEBORA!!!" teriak Valen sambil menahan rasa perih pada pipinya.

Plak

"Jangan pernah memaki Debora di depanku, jangan berteriak di depan ku dan jangan pernah memanggil ku dengan sebutan kak Steven tapi panggil aku dengan sebutan tuan muda karena kamu adalah pelayan ku yang mengurus semua kebutuhan ku kecuali hubungan suami istri karena aku tidak sudi melakukannya," ucap Steven sambil menatap Valen dengan tatapan mem bu nuh kemudian menampar Valen kembali.

Valen hanya bisa menggenggam ke dua tangannya dengan erat menahan amarahnya terhadap Debora.

("*Sia*an kenapa setelah kami menikah kak Steven masih saja memikirkan wanita yang tidak punya malu itu," ucap Valen dalam hati*).

Steven kembali mengambil tissue dan men lap tangan kanannya karena tadi habis menampar Valen kemudian membuang tisu tersebut ke arah wajah Valen membuat Valen memejamkan matanya.

"Aku sangat alergi bersentuhan dengan wanita mu ra han termasuk kamu jadi jangan pernah sekali-kali menyentuh ku apalagi menyentuh barang berharga ku kecuali aku yang menyuruhmu," ucap Steven

"Bekas tisu, langsung di buang tong sampah, cepat!!!" teriak Steven.

Tanpa menjawab Valen mengambil bekas tissue dengan wajah jijik membuat Steven menampar Valen kembali.

"Aku paling benci, orang kerja sepertimu jadi cepat buang tisunya!!" Perintah Steven.

"Oh ya satu lagi setiap aku menyuruhmu jawab baik tuan jika tidak aku akan menghukum dirimu baik berupa tamparan dan bisa juga siksaan lainnya," sambung Steven sambil kembali mengambil tissue untuk men lap tangannya.

Setelah selesai tissue tersebut di buang ke wajah Valen membuat Valen kembali memejamkan matanya sambil menahan amarahnya.

"Baik tuan muda," jawab Valen sambil tersenyum walau dalam hatinya ingin mem bu nuh nya.

("Kalau seandainya aku tahu akan begini jadinya, aku tidak akan mau menikah dengan pria gi*a ini," ucap Valen dalam hati sambil mengambil tissue kotor dan membuangnya ke arah sampah).

Terpopuler

Comments

Susila Wati

Susila Wati

tu blm apa2 Valen nikmati selnjutny🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-10-28

0

Sumawita

Sumawita

ternyata Steven sama org tuanya psikopat

2022-10-01

1

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

iiihhh srem banget trnyata syiven seorang pisicopat..debora sm derren hr waspada sm stiven krn dia trobsesi sm debora...pokoky jangan smpe dia ktmu sm debora sendirian ya thoor

2022-09-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!