***
Fang An hanya membuka tutup mata karena sama sekali tidak bisa tidur, sesekali dia bangun dan duduk menatap ke luar jendela dan hanya melihat cahaya lampu lampion yang berbaris di jalan.
Fang An sendiri sebenarnya sedangkan membawa harta warisan keluarga satu-satunya berbentuk kalung dengan bandul permata berwarna ungu, menurut cerita kalung tersebut adalah harta turun-temurun khusus Klan utama yang berhak memegangnya.
Maksud Klan utama adalah darah Klan Murni seperti Fang Xian dan Fang Yin, karena itu Fang An adalah keturunan darah murni Klan Fang.
Sedangkan yang tidak murni adalah darah campuran antara Klan Fang dan Klan luar, contohnya adalah Fang Zui yang menikah dengan Klan lain.
Fang An mengelus bandul kalungnya, dia seperti sedang melamun sesaat, hanya satu yang ada di benaknya saat ini, kapan dia bisa memiliki guru seperti teman-temannya di Desa.
Beberapa teman segenerasi dengannya sudah ada yang masuk ke Sekte besar, hanya beberapa anak saja yang belum masuk termasuk Fang An, hal itu dikarenakan dirinya yang baru mencapai Tahap Yu Zao Tingkat 3, andai dirinya sudah bisa mencapai Tahap Yu Zao Tingkat 6, mungkin dirinya akan sangat mudah diterima oleh salah satu Sekte yang ada Benua Daratan Hijau.
"Bocah…!"
Fang An yang masih melamun menatap lampu lampion gantung terperanjat kaget saat mendengar suara sepuh yang menggema di telinganya memanggil nama bocah, dia melihat ke kiri dan kanan serta menoleh kebelakang, namun tidak melihat siapapun selain tempat tidurnya.
"Siapa yang bicara tadi?" gumam Fang An setelah itu seluruh tubuhnya mulai merinding karena takut.
"Hehehe.. Jangan takut bocah, aku ini hanya ingin menghiburmu saja!" ucap lagi suara pria sepuh tersebut.
"Ha..hantuu..!" wajah Fang An langsung pucat seperti kehabisan darah, karena rasa takutnya dia langsung lari ke tempat tidurnya dan mengambil selimut tebal menutupi seluruh tubuhnya berharap suara sosok yang diyakini adalah hantu tidak mengganggunya lagi.
"Hah..! Iya-iya maaf aku memang salah telah menyapamu dengan cara seperti ini!" ucap lagi suara tersebut dan kemudian cahaya ungu dari bandul kalung yang dipakai oleh Fang An mengeluarkan cahaya ungu terang di dalam selimut yang digunakan oleh Fang An.
Fang An jelas terkejut, dia langsung keluar dari dalam selimutnya sekaligus memperhatikan bandul kalungnya yang bercahaya, rasa takut dan takjub bercampur aduk dalam benaknya.
Fang An berniat melepaskan kalungnya, tapi setelah itu ada kabut yang keluar dari dalam cahaya ungu itu, kabut berwarna putih samar-samar mulai membentuk seekor burung burung hitam dan kedua mata burung itu juga memancarkan cahaya ungu terang seperti mata Serigala yang menyala di malam bulan purnama.
Melihat penampakan aneh dan menakjubkan tersebut, Fang An sama sekali tidak bisa bersuara karena takut, bahkan untuk menggerakkan jari-jarinya saja terasa berat.
"Jangan takut, aku ini tidak bermaksud buruk padamu! Akhirnya setelah ratusan tahun aku dapat menemukan seseorang yang memiliki potensi untuk menggantikan ku!" kata burung tersebut.
Fang An yang masih berpikiran layaknya seperti anak-anak tentu tidak tahu pertanyaan apa yang harus dia katakan kepada burung yang sosoknya hanya setengah kabut tersebut, namun Fang An tetap berusaha memberanikan dirinya untuk bertanya walau itu bukan dari pikirannya.
"Si..siapa sebenarnya kamu, a.apakah ka.kamu yang di sebut Burung Hantu?" tanya Fang An.
"Burung Hantu? Aku bukan burung hantu nak, namaku Feng Huang si Feniks Petir, aku ini hanyalah sebuah Jiwa Spiritual berusia ribuan tahun! Emm.. bagaimana cara menjelaskannya padamu ya? Begini saja, anggap saja aku ini temanmu, nanti aku akan menceritakan sedikit demi sedikit padamu setelah pikiranmu lebih dewasa, ee maksudku setelah kamu mulai mengerti, yang jelas aku ini bukanlah hantu, melainkan makhluk hidup yang tinggal di dalam Spirit Core di bandul kalung mu itu, kamu paham kan maksud penjelasan ku tadi, Fang An?"
Fang An tertegun sesaat kemudian memperhatikan burung yang bernama Feng Huang itu lalu menatap bandul kalungnya, dia merasa semuanya tidak masuk akal, bagaimana bisa ada makhluk yang tinggal di dalam dalam bandul kalung ungu sekecil itu, terlebih lagi baru kali ini dia melihat ada burung setengah kabut yang bisa bicara walau dia sendiri tidak mengerti akan nama Feniks yang sebenarnya adalah dari ras Divine Beast yang sudah punah.
Sebenarnya Fang An juga tidak sepenuhnya memiliki pemikiran seperti anak-anak, dia yang sudah cukup lama belajar mulai memahami akan sebuah konsep seperti hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin, seperti contoh adalah Cincin penyimpanan milik ayahnya.
"I..iya, aku mengerti!" kata Fang An namun dengan sedikit gugup.
"Bagus-bagus, sepertinya keputusan Lian Xiao memberikan Spirit Core kepada Fang Lin memang tepat, dia memang memiliki firasat yang sangat akurat! Baiklah sekarang kita adalah teman, nanti aku juga akan membantumu berlatih, hanya saja aku minta padamu untuk merahasiakan pertemuan kita ini, dan jangan pernah kamu menceritakan kepada siapapun akan keberadaan ku termasuk kepada ayah dan ibumu apa kamu bisa menjaga rahasia ini?" tanya Feng Huang.
"Iya pasti!" jawab Fang An sekaligus memberikan dirinya untuk menyentuh bulu Feng Huang yang bukan berbentuk kabut.
"Ternyata bulu sayap mu sangat halus dan lembut, tadi aku sempat takut karena agak seram, tapi ternyata kamu cukup imut dan menggemaskan!" kata Fang An setelah dia bisa merasakan halusnya bulu di sayap Feng Huang.
"Imut? Kalau aku menunjukkan wujud asliku maka kata Imut itu apakah masih bisa kamu katakan?" tanya Feng Huang.
"Hah apa maksudmu?" tanya Fang An.
"Aku ini sengaja menampakkan diri dalam ukuran sekecil ini agar lebih aman, wujud ku yang sebenarnya lebih besar dari apa yang akan bayangkan, jika aku mau aku bisa mengubahnya tubuhku disini, tapi bangunan ini pasti akan langsung hancur karena tidak akan muat dengan besar tubuhku!" kata Feng Huang.
"Wah, baru dijelaskan saja pikiranku sudah membayangkan kemana-mana, tapi aku lebih suka dengan bentuk yang ini saja!" kata Fang An.
Feng Huang hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia tahu saat ini Fang An masih kecil, jadi butuh waktu dan kesabaran agar pembicaraannya bisa nyambung.
Feng Huang memperhatikan Fang An dengan mengelilinginya, sesekali dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Lima! Ah tidak sepuluh tahun lagi mungkin kamu baru bisa mencapai tahap itu, dengan dukungan bantuan dari ku mungkin akan lebih cepat, setidak kamu harus bisa sampai ke tahap Zi sebelum sepuluh tahun!" kata Feng Huang.
Kata (Zi) mengacu pada tahap kekuatan, seperti dua sebelumnya yaitu (Yu) dan (Xu), jika diurutkan menjadi (Yu, Xu, Zi), sedangkan kekuatan Fang An sendiri saat ini berada di tahap (Yu) Zao Tingkat 3.
Feng Huang sendiri juga tidak bisa terus-terusan bertahan dalam wujud Spirit Core nya, jika dirinya sudah menemukan orang yang tepat untuk menggantikan kekuatan dirinya kepada Fang An, maka dia tidak bisa menunggu waktu hingga lebih dari sepuluh tahun, andai dirinya tidak menampakkan diri sekalipun, kekuatannya secara perlahan-lahan akan diserap oleh Fang An, jika tidak segera di bimbing, bisa-bisa Fang An akan menjadi sesat, belum lagi Feng Huang masih ingat jika masih ada yang mengincar dirinya di benua lain, hal ini juga menjadi perhatiannya.
Sebelum sosok dari Benua lain itu datang, maka sebisa mungkin Fang An sudah harus menguasai seluruh kekuatannya dan menyempurnakan Spirit Root Elemen Api dan Petir, dengan demikian para anggota Sekte dari benua lain tidak akan bisa lagi merebutnya, justru saat itulah Fang An harus segera membereskan para pembunuh dirinya serta Lian Xiao dari Empat Sekte besar di Benua Bintang Terang.
"Fang An, untuk saat ini kamu tetap bersikap seperti biasa saja, nanti aku akan berbicara dengan suara saja tanpa harus menampakkan diriku, tapi kamu sendiri juga tidak perlu menjawab dengan ucapan nanti kamu akan dianggap gila, jadi jawab saja dengan pikiranmu, karena hanya aku dan kamu saja yang bisa, sedangkan yang lain tidak akan bisa mendengarnya!" kata Feng Huang.
Feng Huang berubah kembali menjadi kabut asap dan masuk ke dalam Spirit Core nya, sedangkan Fang An kembali ke tempat tidurnya dan mulai beristirahat karena hari sudah larut malam, terlebih lagi dirinya besok akan pergi pagi-pagi bersama ayahnya untuk menemui pengurus pelelangan di kota.
***
Kota Chang Lan sangatlah besar dan luas, bangunan yang padat memenuhi seluruh area di dalam kota, hanya saja tetap di tengah-tengah kota ada taman khusus agar terlihat sangat indah.
Saat matahari sudah cukup tinggi, Fang Xian dan Fang An serta Fang Zui sudah berada di depan sebuah bangunan besar, bangunan empat lantai yang semuanya terbuat dari kayu khusus serta ada papan tulis yang dengan nama Pusat Pelelangan Kerajaan Chang.
"Tuan Fang Zui, anda sudah ditunggu oleh Manager Chang Wuo Xi di dalam!" kata seorang penjaga pintu.
"Terima kasih," kata Fang Zui sekaligus memberikan beberapa keping perak yang kepada penjaga pintu tersebut.
Fang An memperhatikan akan apa yang dilakukan oleh Fang Zui kemudian dia menarik lengan baju ayahnya seraya bertanya kepada ayahnya.
"Ayah, kenapa paman memberikan uang kepada penjaga itu? Apakah paman memiliki hutang padanya?" tanya Fang An.
"Bukan begitu An'er, pamanmu memberinya uang sebagai tanda ucapan terima kasih!" jawab Fang Xian.
"Oh, jadi kalau mau bilang terima kasih harus memberikan uang! Kalau tidak memberikan uang artinya kita tidak tahu berterima kasih bukan? Ternyata uang juga bisa di buat seperti itu!" ucap Fang An dengan pikiran yang seperti memiliki pengetahuan baru.
"Eee… tidak seperti itu juga..! Ais.. intinya tergantung kita mau ngasih atau tidak, kalau tidak juga tidak apa-apa, kita cukup bilang terima kasih, begitu saja juga bisa!" kata Fang Xian.
Fang An memiringkan kepalanya mendengar penjelasan Fang Xian, sedangkan Fang Zui yang berjalan di depan mereka hanya terkekeh sendiri melihat Fang Xian yang kesulitan memberikan penjelasan kepada putranya.
Mereka bertiga kini telah berada di depan pintu ruangan yang dijaga oleh dua orang, sedangkan di sekeliling ruangan ada beberapa orang yang sedang mengobrol satu sama lain.
"Saya Fang Zui ingin menemui Manager Chang Wuo Xi!" kata Fang Zui kepada para penjaga.
Kedua penjaga segera membungkuk kemudian membukakan pintu untuk mereka, setelah mereka bertiga masuk, pintu kembali ditutup.
"Manager Chang Wuo, kami sudah datang!" kata Fang Zui kepada seorang pria paruh baya yang sedang duduk melihat daftar catatan di meja, dia adalah Chang Wuo Xi, orang yang dipercaya untuk mengelola sekaligus penyelenggara pelelangan.
"Mari Tuan Fang, silahkan duduk! Owh jadi ini yang dikatakan oleh Mu Sha, anda pasti Tuan Fang Xian? Saya Chang Wuo Xi pengelola disini!" kata Chang Wuo Xi dengan menangkupkan kedua tangannya.
"Suatu kehormatan bisa bertemu dengan Tuan Chang!" jawab Fang Xian.
Chang Wuo Xi melihat ke arah Fang An yang berdiri di samping Fang Xian, begitu Fang An melihat Chang Wuo Xi menatapnya, Fang An langsung membungkukkan badan memberi salam.
"Hahaha… anak baik, dia pasti anak terpelajar! Ayo silahkan duduk kita akan mulai membahas barang-barang yang ingin Tuan Fang Xian lelang di tempat kamu!" kata Chang Wuo Xi.
Fang Xian menoleh kepada Fang Zui dan kemudian mereka bertiga selain Fang An mulai membicarakan akan barang-barang yang akan Fang Xian lelang, sedangkan Fang An hanya diam karena semua itu adalah urusan orang tua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
BaronMhk
💪💪
2023-08-27
1
Alan Bumi
akan kau bayangkan
2023-08-15
0
Tiana
mampir lg
2023-06-29
0