Setelah selesai makan nasi liwet. mereka bertiga pun berkumpul di ruang tengah, sambil menikmati rok0k tembakau yang dibawa oleh Mang sarpu.
"Tumben-tumbenan amat Pu! kamu datang ke aki. Ada angin apa, sampai orang sukses seperti kamu, mau menginjakkan kaki di gubuk yang sudah reyot ini?" tanya aki sobani mengawali pembicaraan siang itu.
"Ah, Jangan begitu, Ki! saya bisa seperti sekarang, itu berkat pertolongan Aki, yang mau menolong orang-orang yang sudah menyerah dengan kehidupan. saya datang ke sini, bukan tanpa maksud dan tujuan. tapi justru saya datang ke sini membawa maksud yang sangat besar." jawab Mang sarpu sambil menghisap rok0k yang ada di tangannya.
"Maksud apa, Pu?" tanya aki sobani sambil menatap heran ke arah Mang sarpu.
"Jadi begini aki! kenalkan ini Mbah Abun sahabat saya dari Ciandam. sekarang dia datang ke sini, dia mau mengikuti jejak saya, yang mengadakan perjanjian dengan Kanjeng Prabu."
Mendapat kejelasan seperti itu, aki sobani pun menatap lekat ke arah Mbah Abun, seolah sedang mengukur sejauh mana keseriusan yang Mbah Abun, yang hendak melakukan perjanjian.
"Kenalkan saya Abun Ki! tapi orang-orang sering memanggil saya Abah Abun, Saya dari kampung Ciandam. maksud dan tujuan saya menemui aki, sudah dijelaskan oleh Mang sarpu." kenal Bah Abun sambil menyalami aki sobani, padahal harusnya mereka berkenalan pas awal tadi bertemu. namun rasa lapar dan haus, yang tidak memungkinkan mereka untuk berkenalan terlebih dahulu.
"Abuuuun! Abah Abun begitu?" tanya aki sobani memastikan.
"Iya bener, aki!"
"Apa Abah sudah tahu syarat-syaratnya ketika melakukan perjanjian dengan Kanjeng raja Prabu uwul-uwul?" tanya aki sobani yang menjelaskan bahwa Raja siluman babi itu bernama uwul-uwul.
"Sebagian saya sudah tahu dari Mang sarpu, Ki!"
"Apa saja, yang Abah ketahui?"
"Salah satunya yaitu persetujuan dari keluarga. menurut mang Sarpu, karena kita tidak bisa bekerja sendirian. jadi peranan keluarga sangat penting, dalam melakukan perjanjian ini.
"benar! Benar banget itu. antara suami istri Kalau mau meraih kesuksesan, Harus ada kerjasama. Terus apa lagi?"
"Semua sajen sudah disiapkan ki!" jawab Mang sarpu menimpali.
"Syukurlah kalau begitu, namun masih ada beberapa pertanyaan yang harus Abah jawab! agar Aki tidak ragu untuk mengantar Abah, menemui Kanjeng Prabu uwul-uwul."
"Apa saja, itu Ki?"
"Apakah yang Abah hendak di lakukan itu, adalah murni keputusan Abah sendiri?"
"Benar Ki! Saya sudah bosan hidup susah. Saya sudah bosan hidup menjadi gunjingan orang. tekad saya sudah bulat, Saya ingin merubah nasib saya, apapun caranya saya akan lakukan, yang penting kekayaan datang menghampiri."
"Bagus! aki suka sama anak muda yang punya prinsip seperti Abah. memang benar kalau kita mau sukses, kita harus berani dengan mandi darahnya."
"Kenapa aki bertanya seperti itu, apa aki ragu dengan niat saya?" sekarang giliran Mbah Abun yang balik bertanya.
"Bukan seperti itu, Bah! namun ini adalah aturan yang harus Abah ikuti. karena akan sia-sia, ketika Abah melakukan pekerjaan ini dengan Setengah Hati. Berhasil atau tidaknya pekerjaan yang akan kita jalankan, itu tergantung sekuat apa niat Abah!" jelas aki sobani.
"Oh begitu aki!"
"Iya sekarang saya tanya lagi?"
"Mau Tanya Apa itu aki, silakan!"
"Apakah Abah suka salat?"
"Hehehe!"
"Bukan ketawa, suka apa nggak?" ujar aki Sobani sambil menatap tajam ke arah Bah Abun.
"Jarang aki!"
"Kalau abah mau mengadakan perjanjian dengan Prabu uwul-uwul maka Abah tidak boleh melakukan hal itu lagi!"
"Kenapa aki?"
"Karena Prabu uwul-uwul yang akan memberikan kebahagiaan bagi Abah. nanti Kanjeng Prabu bisa marah kalau abah melakukan hal itu, karena itu sama saja abah sudah menduakan kasih sayang yang diberikan oleh Sang Prabu. makanya Kenapa tadi aki tanya Abah sudah membulatkan tekad, apa belum."
"Jadi kalau begitu, saya nggak boleh salat lagi aki?"
"Benar, abah nggak boleh salat dan nggak boleh melakukan hal-hal yang dibenci oleh Prabu uwul-uwul. Apakah Abah siap dengan aturan yang sudah ditentukan?"
"Siap aki!" jawab Mbah Abun dengan tegas. Karena merasa syarat itu bukan syarat yang berat. walaupun tidak disuruh untuk meninggalkan salat, Dia sangat sering melakukan hal itu. dia ke masjid cuma seminggu sekali, itupun karena malu, bukan karena takut dengan ancaman sang pencipta.
"Kalau Abah sudah siap dengan segala aturan yang sudah ditentukan. Baik, aki akan menjelaskan tentang tata cara bagaimana melakukan perjanjian dengan Prabu uwul-uwul." ucap aki sobani bagaikan seorang agen TKW luar negeri, yang sedang mentraining calon anggotanya.
"Siap Aki! saya akan mendengarkan, dan saya akan mengikuti Semua yang akan diperintahkan oleh aki!"
"Nanti sore sebelum matahari terbenam, kita akan naik ke atas Gunung Karang. di situ kita akan berkunjung ke kerajaan babilosia, nanti setelah bertemu dengan Prabu uwul-uwul. Abah harus mengikuti apa yang diperintahkan oleh Beliau, karena ketika sudah di sana Abah tidak bisa membatalkan niat Abah. Jadi mulai sekarang bulatkan tekad dan keyakinan agar tidak ada keraguan lagi di dalam diri Abah!"
"Apa saja ki, yang nanti akan diperintahkan oleh Kanjeng Prabu?"
"Pertanyaannya hanya sedikit! Abah mau melakukan perjanjian itu Seperti apa. nanti Abah akan ditanya, Mau sampai kapan Abah menikmati kehidupan di dunia maya ini. sebelum Abah kembali menjadi rakyat Kanjeng Prabu."
Mbah Abun melirik ke arah Mang sarpu, seolah meminta pendapat. namun mang sarpu hanya menganggukan kepala. sebagai isyarat bahwa Bah Abun harus siap dengan segala resikonya.
"Bagaimana Abah siap? kalau suatu saat Abah harus pulang ke kerajaan babilosia?"
"Kira-kira saya berapa tahun? Abah bisa menikmati kekayaan Abah?" tanya Mbah Abun.
"Itu tergantung perjanjian Abah sama Kanjeng Prabu uwul-uwul. nanti Abah akan diberikan benda pusaka pemilik kerajaan, sebagai simbol lamanya kehidupan Abah di dunia nyata."
Mendengar penjelasan seperti itu Mbah Abun terdiam sesaat, seolah berpikir dengan apa yang hendak ia ambil. namun ketika dia mengingat kembali kesusahan-kesusahan yang dialami, dia pun memberanikan diri untuk mengambil satu keputusan.
"Maaf Aki! saya mau bertanya, Kalau saya pandai mensiasati perjanjian itu, Apakah saya akan hidup lama dengan bergelimang harta?" Tanya Mbah Abun mengingat kembali perkataan mang Sarpu.
"Benar Abah! selama Abah bisa menjaga perjanjian itu, maka Abah akan hidup dengan waktu yang begitu lama, dipenuhi dengan harta yang tak terhingga."
"Kalau seperti itu, saya siap ki. tapi masih ada syarat lain nggak?"
"Nggak ada bah! setelah perjanjian itu dibuat, maka Abah bekerja seperti layaknya pada umumnya. namun ada pekerjaan tambahan ketika malam hari Abah harus bekerja di saat orang-orang lain pada tertidur."
"Kerja tambahan Seperti apa Itu Aki?
:Abah harus bekerja berkeliling, mencari benda yang ada di kampung Abah, dengan menggunakan baju jimat yang akan dipinjamkan oleh Prabu uwul-uwul."
Mbah Abun yang mengerti dengan arah tujuan pembicaraan aki sobani, dia hanya manggut-manggut seolah mengiyakan apa yang disarankan oleh Kuncen penunggu Gunung Karang.
"Jadi bagaimana bah, sudah siap dengan semua resiko yang akan Abah tanggung sendiri, soalnya aki hanya sebagai penyalur, tidak bisa dituntut ketika ada sesuatu hal yang buruk yang menimpa Abah."
"Siap! saya siap aki! Tolong antarkan saya untuk bertemu dengan Kanjeng raja uwul-uwul!" Pinta bahabun seolah tidak sabar.
"Ya sudah kalau seperti itu! Nanti sore sebelum matahari terbenam. kita akan naik ke atas Gunung Karang, sekarang Abah istirahat terlebih dahulu, untuk mengumpulkan tenaga kembali, apalagi Abah baru sampai dari perjalanan yang begitu jauh."
Interview antara calon nasabah dan agen pun berakhir, dilanjutkan dengan mengobrol ngalor ngidul. namun obrolan itu tetap kembali membahas tentang yang berhubungan dengan perjanjian Pegadaian hidup dengan siluman.
Sore hari kira-kira pukul 16.00 Mbah Abun bersama aki sobani, mereka sudah siap-siap untuk mendaki Gunung Karang. mang sarpu yang tidak mempunyai kepentingan apa-apa, dia lebih memilih beristirahat tidak ikut mendaki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments