"Yah dasar anak bandel! masa ada tamu dilempar sama Damar. sekarang kita yang repot harus mencari Kemana perginya tamu itu." ujar Marni
"Emang tamunya siapa Bi?"
"Mbah Abun! sahabatnya Mang sarpu, dia datang ke rumah pas waktu maghrib, namun gara-gara keteledoran anak bandel ini. dia kabur dari rumah," jelas Marni yang mengulang kembali ceritanya, Mungkin dia masih kesal dengan kelakuan anaknya.
"Mbah Abun, Mbah Abun yang jualan penanak nasi dari anyaman itu kan?" tanya Jana memastikan.
"Iya! kok kalian tahu?" tanya Marni.
"Tadi ketika kita pergi ke kampung situ, kita bareng sama orang yang bernama Bah Abun, untuk menonton pertunjukan adu babi. Kalau benar itu orangnya, kasihan banget dia, soalnya tadi juga di pertunjukan babi, nyawanya hampir melayang karena diserang babi hutan." ungkap Jana.
"Ya ampun! Kok bisa seperti itu, kasihan banget ya hidupnya hari ini. Mbah Abun ketiban sial yang begitu banyak. Kira kira ke mana ya perginya, apa jangan-jangan dia lari ke pos ronda. Soalnya kalau pulang, itu sangat tidak mungkin, karena jarak Kampung kita ke kampung yang lain, sangat jauh, dia harus melewati hutan," ungkap Marni dia yang bertanya dia juga yang menjawab sendiri.
"Iya Mungkin, kalau nggak ke pos ronda paling ke mushola." jawab Dadun membenarkan pendapat Marni.
Dengan cepat Marni pun melangkahkan kaki, mengajak anaknya untuk pergi ke pos ronda, berniat menyusul Mbah Abun untuk mengajak kembali ke rumahnya. namun Jana dan Dadun yang merasa kasihan sama Mbah Abun, dengan cepat menahan Marni.
"Biarkan kita saja Bi! yang menjemput! nanti saya suruh Mbah abun ke rumah bibi." ungkap Dadun. rasa kasihan, mengalahkan rasa capek yang ia rasakan setelah perjalanan yang jauh.
"Terima kasih! Iya benar, bibi di rumah masih ada urusan. Mang sarpu dia baru datang dari kota setelah dua hari tidak pulang." ujar Marni yang merasa terbantu dengan kesiapan kedua remaja tanggung itu.
"Mang sarpu hilang juga?" Tanya Jana yang tidak menyimak.
"Bukan hilang, Jang! tapi baru pulang, mungkin Urusannya di kota sangat banyak sampai mengharuskannya dia menginap." jawab Marni menjelaskan.
"Oh ya sudah, kalau begitu! Bibi pulang aja, Biarkan saya yang mencari keberadaan Mbah Abun."
"Sekali lagi, terima kasih! nanti kalau ketemu dengan Mbah Abun, Tolong bilang sama dia! mang sarpunya sudah datang." Pinta Marni.
Akhirnya mereka pun berpisah, Marni diikuti oleh anaknya pulang kembali ke rumah. Sedangkan Janna dan dadun Dia menuju ke arah pos ronda, untuk mencari keberadaan Mbah Abun.
"Mbaaaaaah! Mbah Abun, mbah Abun ada di mana?" teriak Jana mengantisipasi jikalau Bah Abun tidak ada di tempat yang ia tuju.
"Mbah Abuuuuuun! Mbaaaaaah Abun! Mbah Abun!" dadun pun sama mengikuti apa yang dilakukan oleh temannya. Mereka terus berteriak Memanggil nama Mbah Abun. mereka tidak takut mengganggu orang lain, karena mereka sedang menolong orang.
Mbah Abun yang sedang terdiam di dalam pos ronda, sambil menepuk-nepuk nyamuk yang tidak terlihat. ketika mendengar namanya ada yang memanggil, Ia pun terdiam seketika, memperhatikan dengan teliti suara yang memanggilnya.
"Mbah Abun! Abah ada di mana? ini Jana." terdengar suara orang yang memanggil namanya kembali.
"Abah di sini, Jang!" jawab mbah Abun dengan suara bergetar, dia masih belum bisa menguasai dirinya. Setelah menjawab panggilan suara Jana dan Dadun, kemudian dengan cepat mengusap cairan bening yang membasahi pipinya.
"Di mana Mbah?"
"Di pos Jang!"
Terdengar suara langkah kaki yang mendekati arah pos ronda, kemudian terlihat ada dua sosok bayangan yang tersinari oleh sinar rembulan.
"Ini Abah!" tanya Jana memastikan, karena di dalam pos itu tidak tersinari oleh cahaya Rembulan, sehingga Hanya bayangan hitam saja yang terlihat.
Mbah Abun pun bangkit dari tempat duduknya, kemudian dia keluar dari dalam pos. agar orang yang bertanya itu merasa yakin bahwa orang yang dicari adalah benar dirinya.
"Iya ini Abah, Jang! Kenapa?" tanya Mbah Abun sambil menatap ke arah dua orang yang berada di hadapannya.
"Abah dicari oleh Bi Marni! Abah harus kembali ke rumahnya. karena Mang sarpu sudah datang dari kota." Cerocos Jana menjelaskan.
"Yang benar, Jang?"
"Benar Mbah! Barusan saya bertemu dengan Bi Marni." jawab Dadun menimpali.
"Tapi Abah malu?"
"Nggak usah malu! ayo saya antar." saran Jana.
Bah Abun pun terdiam sesaat, dia berpikir, kalau dia tidur di pos ronda, yang nyamuknya sangat banyak. Dia mungkin bisa bergadang semalaman. Mbah Abun tidak kuat menahan serangan nyamuk-nyamuk itu. hingga akhirnya dia mengambil keputusan. "nggak apa-apa! Kalau Abah nginep di rumah Mang sarpu?" tanya Mbah Abun memastikan, seolah belum yakin dengan apa yang ia dengar.
"Nggak Bah! justru Bi Marni, dari tadi mencari Abah. Semenjak Abah kabur dari rumahnya." jelas Jana meyakinkan.
Akhirnya Bah Abun pun masuk kembali ke dalam pos, untuk mengambil barang jualannya. setelah yakin tidak ada barang yang tertinggal, dia pun berjalan diikuti oleh jana dan Dadun menuju ke rumah Bi Marni.
"Bi Marni! Biiiiii!" Panggil Janna setelah berada di depan rumah terbesar di kampung itu, sekarang di dalam terlihat ada cahaya yang menyembur lewat celah-celah papan yang tidak rapat. tidak seperti tadi ketika Mbah Abun datang, Rumah itu sangat gelap.
Tak lama memanggil, pintu rumah Mang sarpu pun terbuka. kemudian keluarlah Bi Marni yang diikuti oleh Mang Sarpu.
"Maafkan anak saya Abah! Anak saya memang bandel. sampai-sampai Abah dilempar dengan lampu Damar." ucap Marni yang masih merasa bersalah kepada tamunya.
"Iya nggak apa-apa! Bi! namanya juga orang kaget." jawab Bah Abun dengan suara pelan tidak bisa menyembunyikan kesedihan yang menimpa dirinya.
"Ya sudah! ya Bah! Saya mau pulang dulu, soalnya saya belum mandi. saya juga baru pulang dari acara nonton pertunjukan adu babi." jelas Janna meminta izin, karena dia merasa tugasnya sudah selesai.
"Masuk saja dulu Jan! makan dulu di sini." tawar Mang sarpu menimpali.
"Nggak ah! Mang. Saya capek banget! saya mau pulang, mau istirahat. Tapi terima kasih atas tawarannya." jawab Jana.
"Ya sudah! kalau nggak mau di aku, sekali lagi Bibir ucapkan terima kasih ya!" Jawab Marni yang terlihat mengalah dengan keputusan kedua remaja itu.
Setelah berpamitan, kedua remaja tanggung itu pergi meninggalkan Mbah Abun, dan keluarga Mang sarpu.
"Ayo masuk Bah!" Ajak Mang sarpu.
Mbah Abun mengangguk, kemudian dia membawa barang jualannya, ikut masuk ke dalam rumah Mang sarpu. terlihat di ruang tamu, sudah tersaji berbagai makanan, lengkap dengan kopi panas yang masih mengepul.
Setelah Mbah abun masuk ke dalam rumah, Marni pun mempersilahkan Mbah Abun, untuk mengganjal perutnya terlebih dahulu, dengan makanan ringan. kemudian dia meminta izin untuk melanjutkan pekerjaannya di dapur, menurut pengakuannya dia sedang memasak ayam, untuk makan malam mereka.
"Kopi bah!" tawar Mang sarpu sambil menggeserkan gelas ke dekat Mbah Abun.
"Terima kasih Mang!" ujar Mbah Abun sambil mengambil gelas yang di sodorkan oleh Mang sarpu. kemudian dia menyeruput kopi itu dengan perlahan, membuat perutnya terasa sedikit hangat.
"Rok0knya!" tawar Mang sarpu yang mendekatkan bungkusan rok0k Kretek miliknya.
"Mang sarpu, Sekarang hebat sekali! rok0knya saja sudah enggak pakai daun Aren! sekarang rok0k Mang sarpu sudah rok0k putih, sudah gitu, rok0knya yang termahal lagi!" Puji Mbah Abun sambil mengambil bungkusan rok0k. Kemudian dia mengeluarkan sebatang lalu membakarnya dengan korek api yang tadi membuat Kipli ketakutan. Mengikuti tuan rumah yang sudah dari tadi menyalakan rok0knya, bahkan sudah habis setengah batang.
"Nggak hebat bah! cuman kuncinya kerja keras! pantang menyerah." jelas Mang sarpu sambil memukulkan rok0k yang dihisapnya ke asbak.
Akhirnya mereka pun mulai mengobrol ngalor ngidul, membahas kembali masa lalu yang pernah mereka lalui. sehingga membuat Mbah Abun bisa melupakan kesedihan yang baru ia alami. penyambutan tuan rumah yang begitu hangat, dan begitu baik. membuatnya semakin melupakan kejadian sial yang menimpanya.
Obrolan itu terhenti, sesaat setelah Marni membawa bakul nasi yang masih mengepul, lengkap dengan panci berisi opor ayam yang baru ia masak. akhirnya mereka bertiga pun makan malam bersama, sedangkan Kipli anaknya Mang Sarpu, dia sudah tertidur, karena kelamaan menunggu masakan ibunya yang tak kelar-kelar.
Selesai makan malam, Marni pun merapikan kembali bekas makan itu, membawanya ke dapur, besok pagi dia baru mencucinya. sedangkan Mang sarpu dan Mbah Abun, mereka melanjutkan kembali obrolannya yang semakin seru.
"Mang sarpu belum menjawab dari tadi, kenapa kehidupan Mang sarpu bisa berubah seperti sekarang. beda kayak Abah yang kehidupannya selalu dipenuhi kesengsaraan, seperti yang tadi Abah ceritakan. abah mau Diseruduk oleh babi hutan." tanya Mbah Abun yang masih penasaran dengan apa yang dikerjakan oleh sahabatnya, sehingga kehidupannya berubah seperti sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments