Keesokan paginya setelah sarapan. Mbah Abun dengan cepat bergegas ke rumah Jang Zuhri, takut kalau kesiangan dia sudah pergi ke sawah, atau ke kebun. maklum kalau para petani, Biasanya pagi sampai Zuhur waktu mereka akan dihabiskan di tempat ladang mereka.
Sesampainya di rumah Zuhri, benar saja yang ditakutkan bisa saja terjadi, kalau Mbah Abun telat berapa menit lagi. karena terlihat yang punya rumah, sudah bersiap dengan membawa tote bag yang terbuat dari karung bekas, lengkap dengan cangkul di pundaknya.
"Assalamualaikum, Jang!"
"Waalaikumsalam! Ehhh Abah, nggak ke kota Mbah? Saya kira nanti siang baru bertemu dengan Mang Juju." Jawab Zuhri yang terlihat sedikit kaget.
"Enggak, Jang! soalnya nggak ada hewan ternak yang hendak dijual, mungkin di sini sudah habis."
"Iyalah pasti habis! soalnya setiap hari Abah selalu bawa terus ke kota." Timpal Zuhri.
"Hehehe. iya sih, mungkin mulai minggu depan mau cari ke Kecamatan tetangga." jawab Mbah Abun yang mengakui kesalahannya, karena sudah menghabiskan hewan ternak di kampungnya.
"Eh! malah ngobrol, abah mau ke rumah Mang Juju kan? Ya sudah! ayo, nanti dia ke buru berangkat mencari rumput, atau pergi ke sawah." ujar Zuhri yang tidak keterusan mengobrol.
Akhirnya mereka berdua pun berangkat, menuju ke rumah Mang Juju, untuk memastikan kebenaran ucapan Zuhri tadi malam.
"Assalamualaikum! assalamualaikum!" Ujar Zuhri ketika sudah berdiri di depan pintu rumah Mang Juju, namun tak ada jawaban dari rumah.
"Wah, Kayaknya udah berangkat ke kantornya Jang? kita telat datang ke sini."
"Sebentar!" Jawab Zuhri sambil berjalan ke arah samping rumah, kemudian terdengar dia mengucapkan salam dari arah pintu dapur.
terdengar orang yang mengobrol, Kemudian dari dalam rumah Mang Juju terdengar papan kayu yang diinjak.
Ceklek!
Pintu rumah Mang Juju pun terbuka, kemudian yang punya rumah tersenyum menyambut Mbah Abun sambil mengajaknya bersalaman.
"Maaf, Abah ganggu nih! Mang Juju?" ujar Bah Abun.
"Nggak apa-apa! bah. justru, saya senang kalau abah datang ke sini." jawab Mang jujur sambil mempersilahkan Mbah Abun untuk masuk ke dalam rumahnya, namun Bah Abun menolak, karena kedatangannya ke sini hanya untuk melihat kerbau yang diceritakan oleh Zuhri, bukan untuk mengobrol.
"Ya sudah! ayo kita lihat kerbaunya ke kandang. kalau nggak mau diajak masuk dulu ke dalam rumah terlebih dahulu." ujar Mang Juju yang tak jadi masuk ke dalam rumahnya. dia turun dari rumahnya, kemudian mengajak Mbah Abun menuju ke area belakang rumahnya. terlihat di sana, Zuhri sudah menunggu sambil memperhatikan kerbau yang sedang sarapan.
"Kerbaunya cuma tinggal satu aja, mang?" tanya Mbah Abun setelah sampai di kandang. Dia merasa heran setelah melihat kerbau milik Mang Juju yang hanya tinggal satu, karena menurut pengetahuan Mbah Abun, Mang Juju memiliki beberapa kerbau. Bahkan di kampung sini hanya mang jujulah orang yang paling banyak kerbaunya.
"Iya bah! tinggal satu, soalnya habis saya jual. namun sayang saya ketipu terus. bukan ketipu sih, tapi sayanya yang bod0h, saya terlalu percaya sama orang yang baru dikenal." jelas Mang Juju membuat Bah Abun mengerutkan dahi.
"Iya bah! kerbau Mang Juju, dibawa sama Bandar dari kampung Cisuren. Namun sayang sisa pembayarannya sampai sekarang belum dilunasi. pernah beberapa kali, Mang Juju menagih ke Bandar itu, namun Bandar itu hanya marah-marah, karena menurutnya dia rugi, tidak mendapatkan untung dari hasil penjualan kerbaunya. makanya Kemarin saya memberikan saran, kalau sama-sama di hutang mendingan di jual ke tetangga, hitung-hitung saling membantu." timbal Zuhri, melengkapi cerita Mang Juju.
"Ya Allah! kok bisa, Mang Juju sampai tertipu seperti itu?"
"Biasa, Bah! kalau hidup lagi di bawah, akan selalu ada yang menjadikan kita semakin terpuruk." jawab Mang juju sambil menarik nafas, menyembunyikan kesedihannya.
"Sabar Mang! Abah juga pernah ngalamin bagaimana sedihnya ketika kita hidup berada di bawah. Eh! malah curhat. Jadi bagaimana, Apa benar yang dikatakan oleh Jang Zuhri bahwa Mang Juju mau menjual kerbaunya.
"Benar, bah! Saya butuh uang buat bayar hutang! kalau nggak mendesak. Saya sangat sayang menjual kerbau yang tinggal satu-satunya." jawab Mang Juju.
"Berapa mau dijual?"
"Rp1.500.000." Jawab Mang Juju, sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Zuhri.
"Tapi Abah, belum ada uang kalau harganya segitu. dan kalau bisa Harganya turun lagi!" pinta Mbah Abun.
"Abah boleh bayar sebagian dulu, nanti besok atau lusa setelah kerbau ini laku terjual! baru Abah lunasi ke saya. tapi jangan kayak Bandar Cisuren yang pura-pura rugi!"
"Enggak lah! Abah bukan orang seperti itu, Lagian kita kan bertetangga. kalau kita buruk sama tetangga, kita mau hidup sama siapa lagi?" sanggah Mbah Abun, memang benar dia memiliki sikap yang jujur, makanya usahanya terus maju.
"Saya percaya sama Abah! Saya yakin Abah orangnya bukan seperti itu. Tapi itu hanya perumpamaan saja bah."
"Jadi, bisa nggak harganya turun?" tanya Mbah Abun kembali ke pokok permasalahan.
"Boleh! tapi jangan besar-besar bah, kan di hutang."
Mbah Abun pun memperhatikan kembali kerbau yang hendak ia beli. memang benar kerbau Mang Juju, badannya gemuk serta bersih terawat. karena di kampung itu hanya Mang Jujulah yang pandai merawat kerbau. setelah puas memperhatikan, dia pun kembali menatap ke arah Mang Juju, sebagai pemilik kerbau itu.
"Begini aja, Mang! Abah bayar kerbau Mang Juju rp1.450.000. kalau bukan sama tetangga, Abah sebenarnya nggak berani membeli kerbau. karena apa belum pernah menjual kerbau ke kota. tapi ini demi saling menolong, Abah bayar dengan harga segitu.namun yang seperti kita bicarakan tadi, uangnya Abah bayar sebagian dulu." Mbah Abun mengambil keputusan.
Sekarang bagian Mang Juju yang berpikir, dia terdiam belum memberi kesimpulan.
"Itu! terserah Mang Juju, jangan melirik ke arah saya! saya tidak tahu apa-apa!" ujar Zuhri setelah mendapat tatapan dari Mang juju.
"Ya sudah, Mbah. nggak apa-apa!" akhirnya Mang Juju pun mengambil keputusan, dia menjual kerbaunya dengan harga yang ditawarkan oleh Mbah abun. setelah semuanya sepakat, Mbah Abun pun mengeluarkan uang pembayaran sesuai uang yang dia miliki. kemudian mereka berijab qobul, saling serah terima, antara pembeli dan penjual.
Dan Mbah Abun berjanji. dia akan segera melunasi sisa pembayarannya. setelah kerbau itu laku terjual ke kota. setelah selesai acara jual beli, Akhirnya Mbah Abun berpamitan kepada mereka berdua. dia mau bersiap-siap terlebih dahulu. karena dia berencana hari itu juga, kerbau yang baru dapat dibeli dari Mang Juju, Mbah Abun ingin cepat membawanya ke kota, agar segera cepat menjadi uang. selain itu, dia juga bukan orang yang suka berhutang.
Setelah berdandan dengan memakai baju kebanggaannya. Mbah Abun pun kembali ke rumah Mang Juju, untuk mengambil barang jualannya.
Sesampainya di rumah Bang Juju dia langsung berjalan ke arah belakang, untuk mendandani kerbau yang hendak ia bawa. Mbah Abun mulai memasangkan tambang agar mudah membawa kerbau itu.
Setelah semuanya dirasa selesai, mbah Abun pun keluar dari kandang, sambil menuntun kerbau itu keluar. Tak lupa dia berpamitan terlebih dahulu ke orang yang menjual kerbau itu.
Lama di perjalanan Mbah Abun menuju ke kota, tidak diceritakan. karena tidak ada gangguan sama sekali, karena Mbah Abun berhasil menuntun kerbau besar itu, selamat sampai ke kota.
*****
Sesampainya di kota, Bah Abun pun menuntun kerbaunya ke jagal.
"Mau dijual berapa bah?" tanya Jagal itu sambil mentaksir kerbau yang dituntun oleh Mbah Abun.
"Dua juta lima ratus ribu!" jawab Bah Abun, seperti biasa dia menaikkan harga terlebih dahulu.
"Wah! kalau harga segitu, Siapa yang mau beli bah." ujar jagal menimpali.
"Emang berani berapa?" Tanya Mbah Abun sambil tersenyum untuk mencairkan suasana.
"Kalau dilepas lempeng, saya bayar bah!"
"Ya jangan segitu lah! kalau segitu Abah rugi dong."
"Ya sudah! 21, saya bayar!"
"Nggak bisa naik lagi?" Tanya Bah Abun sama seperti penjual pada umumnya. dia ingin untung semaksimal mungkin, dengan modal seminimal mungkin.
"Nggak bisa, bah! soalnya sekarang kerbau lagi turun harga." jawab jagal tidak mau kalah.
"lebihkan Rp10.000 lagi! buat ongkos pulang." pinta Bah Abun.
Jagal pun berpikir sejenak, kemudian dia memperhatikan kembali kerbau yang dibawa oleh bah abun. Setelah lama berpikir, akhirnya jagal itu mengeluarkan sejumlah uang, untuk membayar kerbau bahabun.
"Terima kasih!" ujar Bah Abun, setelah mendapat uang pembayarannya, dengan raut wajah yang sumringah. karena selama ia menjadi bandar, Baru kali ini dia mendapatkan untung sampai Rp660.000.
"Sama-sama, bah!" ujar jagal sambil menyalami Bah Abun, sebagai bentuk ijab qobul dalam jual beli.
*****
Dari saat itu, Mbah Abun, kehidupannya semakin meningkat. Sekarang dia sudah menjadi bandar hewan ternak apa saja. Mulai dari bebek, ayam, entok, kambing, kerbau, sapi. semuanya Mbah Abun beli untuk dijual lagi ke kota. kegiatannya sehari-hari Mbah Abun, ya, kalau tidak ke kota, dia akan masuk ke kampung-kampung, untuk mencari orang-orang yang mau menjual hewan ternak.
Namun sayang, kehidupan, tidak selamanya sesuai dengan kemauan. kehidupan Mbah Abun yang sedang menanjak harus turun kembali. karena begitulah kehidupan, ketika ada tanjakan, maka pasti akan ada turunan.
Diceritakan dalam satu hari. Bah Abun yang sedang masuk ke salah satu kampung yang bernama kampung Kebon Jati. seperti biasa dia sedang mencari hewan ternak, yang akan dijual oleh para warga.
Setelah bertanya kepada salah satu warga yang ada di Kampung Kebon Jati, Mbah Abun pun mendapat keterangan, bahwa di kampung itu ada seorang warga, yang hendak menjual kerbaunya. tanpa pikir panjang, Mbah Abun pun menuju Rumah orang yang mau menjual hewan peliharaannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments