10 Mang Sarpu

"Babinya sudah kabur, bah! Abah nggak apa-apa, kan?" tanya Jana yang memberitahu keberadaan babi hutan yang tadi menyerang Mbah Abun.

"Abah nggak apa-apa! cuman Abah tadi syok, ketakutan sama babi yang begitu besar."  jawab Bah Abun brigidik ngeri, mengingat kembali kejadian yang baru menimpanya.

"Coba saya lihat perut Abah! Siapa tahu saja ada yang luka." saran Jana yang merasa khawatir dengan keselamatan orang tua itu.

Mbah Abun menurut, dia membuka kancing bajunya, terlihat ada goresan-goresan kecil berwarna merah. namun setelah diperhatikan dengan teliti, itu bukan goresan yang ditimbulkan oleh taring babi hutan tadi, melainkan itu goresan didapat, ketika Mbah Abun jatuh dari pohon kelapa.

Setelah memperhatikan tubuhnya, dan tidak terjadi luka berat. Mbah Abun pun perlahan mencoba berdiri.

"Mau ke mana, bah?" tanya Jana yang merasa heran.

"Pulang Jang! nanti kalau di sini lama-lama, Abah diseruduk Babi lagi." jawab Mbah Abun. Dia terus berjalan pergi membelah kerumunan orang-orang yang mengelilinginya. menontonnya

Melihat kepergian Mbah Abun yang selamat dari serangan babi tadi, para warga yang menolongnya mulai bubar  untuk kembali ke rumah masing-masing! namun ada beberapa warga yang masih penasaran, dengan perkembangan babi yang melarikan diri. mereka pun mengikuti para pemburu yang tadi mengejar ke dalam hutan. sedangkan Bah Abun dia kembali ke penjaga karcis, untuk mengambil barang jualannya. setelah mendapat permintaan maaf dari pihak panitia, Mbah abun pun meneruskan perjalanan pulang  Kembali menuju arah kampung Sukaraja, sambil terus menawarkan barang jualannya.

Matahari sore yang sudah mulai meredup, teriknya tidak sepanas tadi siang, membuat siapa saja akan Betah bermain di luar rumah, untuk Menikmati keindahan sang pencipta. namun berbeda dengan seorang pria tua yang sedang berjalan di Jalan Setapak, sambil memikul penanak nasi yang terbuat dari bambu. Dia berjalan sambil terus memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya, karena dia sangat merasa heran, kenapa babi itu tidak melukainya. lama berpikir namun pria tua itu tidak kunjung mendapat jawaban, hingga akhirnya dia sampai di warung yang ada di pertigaan jalan.

"Sudah pulang lagi aja, bah! nonton adu babinya?" Tanya Salamah yang melihat kedatangan mbah Abun.

"Iya Bi! hampir-hampir Abah celaka!" jawab Bah Abun sambil menyimpan barang jualannya, kemudian dia duduk di bangku yang sudah disediakan.

"Celaka bagaimana, bah? terus Jana dan Dadun ke mana, kok mereka tidak pulang bareng sama abah?" tanya Salamah menatap lekat ke arah pria yang ada di luar warungnya.

Sebelum bercerita, Mbah Abun mengambil air minum terlebih dahulu, untuk menghilangkan rasa haus setelah perjalanan jauh. setelah tubuhnya kembali segar, Mbah abun menarik nafas dalam, kemudian dia mulai menceritakan semua kejadian yang menimpanya, ketika tadi menonton pertunjukan adu babi.

"Ya Allah! kok bisa seperti itu, tapi beneran Abah nggak luka sedikitpun?" ujar Salamah setelah mendengar cerita Mbah Abun yang sangat menyedihkan. Dia bertanya seperti itu, mungkin merasa khawatir dengan keadaan orang yang bercerita.

"Nggak Bi! Tapi begitulah! namanya juga lagi nahas, mau bagaimana lagi. Oh iya! ngomong-ngomong di sini jualan nasi nggak Bi! Soalnya Abah lapar." tanya Mbah Abun, perutnya yang baru diisi tadi pagi sebelum berangkat dari rumahnya, sekarang bersuara seolah meminta sajen.

"Saya cuma jual gorengan Mbah! Saya nggak jual nasi, tadi juga ada nasi sedikit sudah habis dimakan saya! kalau mau Abah nunggu, nanti ikut pulang ke rumah saya, karena di sini saya tidak memasak nasi." jawab Salamah, memang benar dia hanya menjual gorengan, dia Jarang memasak nasi di warungnya. biasanya juga dia kalau mau makan, suka dianterin oleh anaknya yang perempuan.

"Nggak usah, Bi! kalau begitu Saya makan gorengan aja!" ujar Mbah Abun, mengambil goreng pisang yang sudah dingin.

"Ya sudah! Abah makan gorengan sepuasnya! Abah nggak perlu bayar. Lagian sebentar lagi saya mau tutup! Sayang kalau ada sisa." Jawab Salamah yang merasa kasihan.

Mbah Abun pun mengangguk, namun kalau untuk mendapat gratisan, rasanya Dia tidak mungkin menerima. karena dia juga tahu Kalau jualan itu pakai modal.

"Oh iya, Abah rumahnya di mana?" tanya Salamah untuk memecahkan heningnya suasana.

"Kampung Ciandam!"

"Ya Allah! itu kan jauh Bah? menurut kabar yang Saya dengar, dari sini ke Ciandam Butuh Waktu tiga sampai empat jam. kalau abah dari sini jam segini, mungkin baru Isya kali ya? Nyampe ke sana." ujar Salamah yang terlihat kaget, setelah mengetahui alamat pelanggannya.

"Nggak! Abah nggak mau pulang ke rumah, tadinya Abah ke sini mau menemui sahabat Abah, di kampung Sukaraja. Bibi kenal dengan orang yang namanya sarpu! nama panjangnya Syarifudin." jelas Bah Abun.

"Mau ngapain, Abah bertemu orang seperti itu?"

"Maksudnya bagaimana, Bi!"

"Nggak! nggak! Maaf saya salah berbicara." ucap Salamah yang memalingkan pandangan, seperti menyembunyikan sesuatu.

Mbah Abun yang mendapat keterangan seperti itu, dia tidak terlalu tertarik. dia fokus mengisi perutnya dengan gorengan. setelah mengganjal perutnya, Dia meminum air kembali, sebagai penutup dari makan sorenya.

"Totalnya jadi berapa bi?" Tanya Bah Abun yang sudah siap-siap kembali melanjutkan perjalanan.

"Sudah Abah nggak usah bayar, kalau mau ke kampung Sukaraja mending Abah sekarang berangkat, takut kesorean. Nanti yang punya rumah tidak ada." saran Salamah.

"Nggak boleh begitu! Bibi kan jualan pake modal." tolak Mbah Abun yang sama-sama penjual.

"Sudah! enggak usah bayar Mbah. saya mau tutup warung terlebih dahulu." ujar salamah sambil mulai merapikan sisa jualannya.

"Beneran, ini?" tanya Mbah Abun memastikan.

"Bener Abah!" jawab Salamah sambil melirik sebentar, kemudian meneruskan pekerjaannya tanpa mempedulikan Mbah Abun lagi.

"Ya sudah kalau begitu! terima kasih. Saya mau bertanya satu lagi Bi!  rumah Mang sarfu masih di situ kan?" tanya Mbah Abun sebelum berangkat.

"Iya bah! rumah yang paling besar, dan paling mewah di kampung Sukaraja." jelas Salamah membuat Bah Abun mengerutkan dahi, karena sepengetahuannya rumah Mang sarfu, adalah rumah yang paling terjelek dan terkecil di kampung Sukaraja.

"Bukannya dulu rumahnya itu paling kecil?"

"Iya dulu, sebelum dia tersesat, sudah! sekarang Abah buruan pergi, Nanti kemalaman. Karena kalau malam dia bekerja." usir Salamah dengan intonasi suara yang terdengar tegas.

Mendapat orang yang diajak bicara seolah menghindar, dan memojokkan sahabatnya. Mbah Abun pun sekali lagi berpamitan, kemudian dia memikul kembali dagangannya, dengan cepat-cepat dia berjalan menuju ke arah bawah, menuruni bukit. karena letaknya Kampung Sukaraja itu, berada di bawah warung Salamah.

Benar saja apa yang dikhawatirkan Salamah, karena ketika Mbah Abun sampai di kampung Sukaraja, terdengar suara bedug magrib dari arah masjid yang dipukul, menandakan semua orang harus menghentikan aktivitasnya, untuk menyembah Tuhan sang pencipta.

Mbah Abun terus berjalan menyusuri jalan besar, menuju ke arah barat Sampai akhirnya dia berhenti di salah satu rumah yang sesuai dengan apa yang dikatakan oleh penjaga warung. rumah yang dulunya kecil dan bobrok bahkan sampai ditopang oleh pohon bambu, karena sudah miring, sekarang berbeda jauh. rumah itu terlihat megah, walaupun hanya terbuat dari kayu. dan kalau dibandingkan rumah itu adalah rumah terbesar yang ada di kampung Sukaraja. namun yang membuat Bah Abun merasa heran, rumah itu masih terlihat gelap, tidak ada pencahayaan yang keluar dari dalam rumah. Padahal rumah-rumah lain sudah menyalakan lampu Damar mereka.

Dengan ragu-ragu, Mbah Abun mulai mendekati rumah megah itu. kemudian dia mengucapkan salam, tak lama setelah mengucapkan salam, keluarlah seorang wanita yang seumuran dengan Mbah Abun. Mungkin bedanya hanya beberapa tahun.

"Maaf mau mencari siapa?" tanya wanita itu.

"Mang Sarpunya ada, Bi! saya Mbah Abun, masak Marni lupa, sama saya?" ujar Bah Abun memperkenalkan diri.

"Ya ampun Ini beneran Abah, maaf Marni tidak mengenali Abah, soalnya sudah gelap, jadi Marni nggak jelas melihat Abah  terus dandanan Abah sekarang berbeda dengan yang dulu." ucap wanita yang bernama Marni yang merasa tidak enak dengan kurang penyambutannya. Tapi itu bukan sepenuhnya kesalahan Marni, karena Mbah Abun memang seperti itulah kenyataannya, sekarang yang jauh berbeda saat sering main ke rumah Mang Sarpu.

"Nggak apa-apa! Mang Sarpunya ada? abah mau nginap di sini. Boleh kan kalau abah menginap di sini?"

Ditanya seperti itu Marni terlihat ragu-ragu untuk menjawab, karena ada beberapa hal yang tidak bisa dijelaskan kepada tamunya itu.

"Kalau abah Gak boleh nginep di sini!abah mau tidur di pos ronda saja." ujar Bah Abun setelah tidak mendapat jawaban dari tuan rumah.

"Boleh kok! boleh bah! ayo masuk, Suami saya belum pulang kerumah, tadi bilangnya mau ke kota. tapi sampai saat ini dia belum pulang. kalau abah mau Abah tunggu aja!" Jawab Marni seolah terpaksa

Setelah itu Marni pun mempersilahkan tamunya, untuk masuk ke dalam rumah, yang terlihat masih gelap. Dia pun meminta izin terlebih dahulu, untuk pergi ke dapur, mengambil air minum untuk tamunya, dan menyalakan lampu Damar.

Namun lama menunggu, Marni tidak kembali, menemui Mbah Abun. bahkan keadaan di luar semakin gelap, karena waktu maghrib juga sudah terlewat sangat jauh.

Mbah Abun Hanya bisa pasrah, dengan nasib yang dialaminya. nasib yang selalu sengsara, tadi siang nyawanya hampir melayang direbut oleh babi hutan, sekarang dia ditelantarkan oleh tuan rumah yang sedang ia sambangi.

Kita tunda cerita Mbah Abun yang lagi merasa sedih. kita bahas ke mana sebenarnya Marni pergi. tadi ketika datang Mbah abun, Sebenarnya dia enggan menerima tamunya. namun mengingat kebaikan Mbah Abun di masa lampau, dia tidak bisa menolak. ketika Mbah Abun hendak menginap di rumahnya, dengan terpaksa dia pun mengiyakan permintaan Mbah Abun itu

Episodes
1 1 Mbah Abun
2 2. Semangat
3 3. Selalu Semangat
4 4. BERUBAH
5 5 MULAI BERMASALAH
6 6 Petaka
7 7 Merintis Kembali
8 8 Adu Babi
9 9. Nyaris
10 10 Mang Sarpu
11 11. Hantuuuuu!
12 12. Lagi Dan Lagi
13 13. Sambutan Mang Sarpu
14 14. Ada Rahasia
15 15. Keanehan
16 16. Berunding
17 17. Sepakat
18 18. Berangkat
19 19. Aturan
20 20. Masuk
21 21. Prabu UWUL-UWUL
22 22. baju hikmat
23 23. KEMBALI
24 24. Lentra
25 25. TAK MULUS
26 26. hampir
27 27. Ingin
28 28 mengungkapkan
29 29. diskusi
30 30. hasil Rapat
31 31. galih
32 32. pacar galih
33 33. Mita
34 34. fitnah mita
35 35. berlanjut
36 36. biang kerok
37 37. Amarah Sarman
38 38 NIAT SARMAN
39 39. Hasutan Sarman
40 40. GALIH DAN RANTI
41 41. Daus
42 42. Sarman Berulah
43 43. mulai beraksi
44 44. celaka
45 45. Rencana
46 46. penasaran
47 47. jadi babi hutan
48 48. kembali ke mbah Abun
49 49. kila-kila
50 50. Keputusan
51 51. Ranti Menghilang
52 52. Babi beranting
53 53 pedoman mencari Ranti
54 54. mulai mencari
55 55. sang Pemburu
56 56. pedoman
57 57. petunjuk
58 57. Bias
59 59. pencarian Daus
60 60. Saran Aki Makmun
61 61. Menjalankan
62 62. Menemui umi Erot
63 63. diserang Babi
64 64. Dilukai
65 65 belatung diluka Saraman
66 66. Rahasia Sarman
67 67. Prasangka
68 68. disudutkan
69 69. Sarman Dibawa
70 70. Sarman Kehujanan
71 71. malang
72 72. pilu
73 73. Pupus
74 74. Galih dan Daus
75 75. Retak
76 76. Susah
77 77. masalah terus
78 78. perjuangan
79 79. kabar Baik
80 80. bah Abun pulang
81 81. diskusi
82 82. diskusi
83 83. pengumuman
84 84. Kesedihan Ranti
85 85. Cobaan Bertubi-tubi
86 86. ketakutan Inah
87 87. akhirnya Bisa Makan
88 88. Bantuan
89 89. Mbah turo
90 90. sajen
91 91. berdamai dengan suasana
92 92. Terjebak
93 93. Diboyong
94 94. dikerjai
95 95. harapan
96 96. Memahami
97 97. menunggu kepastian
98 98. Surya Jaya
99 99. Penjelasan Sujiman
100 100. Persetujuan Hamidah
101 101. Antusiasme
102 102. diadukan
103 103. Ditawar
104 104. dijual
105 105. TAMAT
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1 Mbah Abun
2
2. Semangat
3
3. Selalu Semangat
4
4. BERUBAH
5
5 MULAI BERMASALAH
6
6 Petaka
7
7 Merintis Kembali
8
8 Adu Babi
9
9. Nyaris
10
10 Mang Sarpu
11
11. Hantuuuuu!
12
12. Lagi Dan Lagi
13
13. Sambutan Mang Sarpu
14
14. Ada Rahasia
15
15. Keanehan
16
16. Berunding
17
17. Sepakat
18
18. Berangkat
19
19. Aturan
20
20. Masuk
21
21. Prabu UWUL-UWUL
22
22. baju hikmat
23
23. KEMBALI
24
24. Lentra
25
25. TAK MULUS
26
26. hampir
27
27. Ingin
28
28 mengungkapkan
29
29. diskusi
30
30. hasil Rapat
31
31. galih
32
32. pacar galih
33
33. Mita
34
34. fitnah mita
35
35. berlanjut
36
36. biang kerok
37
37. Amarah Sarman
38
38 NIAT SARMAN
39
39. Hasutan Sarman
40
40. GALIH DAN RANTI
41
41. Daus
42
42. Sarman Berulah
43
43. mulai beraksi
44
44. celaka
45
45. Rencana
46
46. penasaran
47
47. jadi babi hutan
48
48. kembali ke mbah Abun
49
49. kila-kila
50
50. Keputusan
51
51. Ranti Menghilang
52
52. Babi beranting
53
53 pedoman mencari Ranti
54
54. mulai mencari
55
55. sang Pemburu
56
56. pedoman
57
57. petunjuk
58
57. Bias
59
59. pencarian Daus
60
60. Saran Aki Makmun
61
61. Menjalankan
62
62. Menemui umi Erot
63
63. diserang Babi
64
64. Dilukai
65
65 belatung diluka Saraman
66
66. Rahasia Sarman
67
67. Prasangka
68
68. disudutkan
69
69. Sarman Dibawa
70
70. Sarman Kehujanan
71
71. malang
72
72. pilu
73
73. Pupus
74
74. Galih dan Daus
75
75. Retak
76
76. Susah
77
77. masalah terus
78
78. perjuangan
79
79. kabar Baik
80
80. bah Abun pulang
81
81. diskusi
82
82. diskusi
83
83. pengumuman
84
84. Kesedihan Ranti
85
85. Cobaan Bertubi-tubi
86
86. ketakutan Inah
87
87. akhirnya Bisa Makan
88
88. Bantuan
89
89. Mbah turo
90
90. sajen
91
91. berdamai dengan suasana
92
92. Terjebak
93
93. Diboyong
94
94. dikerjai
95
95. harapan
96
96. Memahami
97
97. menunggu kepastian
98
98. Surya Jaya
99
99. Penjelasan Sujiman
100
100. Persetujuan Hamidah
101
101. Antusiasme
102
102. diadukan
103
103. Ditawar
104
104. dijual
105
105. TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!