"Abah mau tahu cerita sebenarnya!" Mang sarpu balik bertanya sambil menatap lekat ke arah sahabatnya.
"Iya Abah! mau tahu, siapa tahu saja abah bisa mengikuti jejak mang sarpu yang sudah sukses seperti sekarang." Jawab Bah Abun menunjukkan keseriusan.
"Abah bisa jaga rahasia saya?" Mang sarpu bertanya kembali.
"Kenapa, kok seperti itu pertanyaannya?"
"Iya Abah tinggal jawab saja! abah bisa apa nggak? Soalnya ini sangat sensitif, dan bisa membuat saya malu." jelas Mang sarpu yang tidak melepaskan tatapannya.
"Mang sarpu sudah kenal Abah sangat lama, Mana mungkin Abah berani membocorkan rahasia sahabatnya sendiri." jawab Mbah Abun dengan raut wajah serius.
"Kalau seperti itu, tunggu sebentar!" ujar mang Sarpu sambil bangkit dari tempat duduknya, kemudian dia masuk ke kamar. tak lama setelah itu, dia pun kembali dengan diikuti oleh istrinya. namun yang membuat Mbah Abun merasa heran, karena ketika suami istri itu keluar dari kamar, dia melihat ada sarung miliknya.
"Ini sarung Abah, kan?" tanya Mang sarpu sambil memberikan sarung yang ada di tangannya.
"Iya, ini sarung Abah! Abah yakin karena baunya sama, terus ujung Sarungnya, tenunnya sudah terlepas sebagian." jelas Mbah Abun sambil memperhatikan sarung yang baru diberikan oleh mang Sarpu.
"Abah tahu, kenapa sarung itu bisa ada di saya" tanya Mang sarpu kembali menatap ke arah Bah Abun.
Mbah Abun hanya menggelengkan kepala, karena Dia belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa bisa sarung miliknya bisa berada di tangan Mang Sarpu, begitulah isi otak Mbah Abun.
"Kalau abah ingin tahu, sebenarnya Apa pekerjaan saya. sampai saya bisa sukses seperti sekarang. dan abah bisa menjaga harahasia. saya akan mengganti sarung Abah dengan sarung terbaik milik saya, Abah boleh milih sarung Sesuka Abah, asal Abah bisa jaga rahasia kita berdua." ujar Mang sarpu sambil berdiri kemudian dia membuka lemari pakaiannya, benar saja di situ terlihat ada berbagai motif sarung dari berbagai merk.
"Mang sarpu harus percaya sama abah, Abah bukan orang yang suka membocorkan rahasia orang lain. sekarang Tolong Ceritakan bagaimana Mang sarpu bisa sekaya sekarang, siapa tahu aja Abah bisa mengikuti jejak Mang sarpu, Abah sudah bosan berjualan aseupan, karena dari pagi sampai sore, Abah hanya baru bisa menjual 5 buah." Curhat Mbah Abun seolah tidak menyerah dengan keingintauannya.
Setelah mendapat jawaban dari Mbah Abun terlihat mangsarpu menarik nafas dalam, seperti orang yang sedang mengumpulkan keberanian, ketika dia hendak berbicara.
"Tenang, Abah! gak usah risau, nanti semua jualan Abah, semua saya borong, bahkan saya akan memberikan hadiah buat Abah."
"Hadiah untuk apa?" tanya Mbah Abun yang mengerutkan dahinya.
"Hadiah karena Abah sudah menyelamatkan saya, Abah ingat kejadian tadi siang, ketika Abah menonton pertunjukan adu babi, dan Abah sampai pingsan, karena babi itu mau menyeruduk Abah." tanya Mang Sarpu, dengan suara pelan Mungkin dia takut suara itu terdengar sampai luar rumahnya.
"Iya Abah ingat! Abah gak mungkin akan lupa, kejadian naas itu. Memang Ada apa dengan kejadian itu. Terus apa hubungannya dengan pertolongan." Tanya Mbah Abun yang dipenuhi rasa penasaran, yang bergejolak dalam otaknya.
Sebelum menjawab pertanyaan dari Mbah Abun, mang Sarpu pun menggeserkan duduknya, lebih mendekat ke arah mbah Abun, kemudian mang Sarpu mendekatkan bibirnya ke telingannya.
"Abah! kalau abah ingin tahu, kenapa babi itu tidak melukai Abah, karena babi itu adalah saya sendiri, yang tidak bisa kembali ke rumah. Karena Marni yang saya tugaskan menjaga lampu, dia ketiduran."
Deg!
Mendengar penjelasan mang Sarpu seperti itu, membuat jantung Mbah Abun seolah berhenti seketika. dia tidak menyangka bahwa sahabatnya, melakukan hal hina seperti itu. Sampai rela mengorbankan tubuhnya yang sempurna dengan merubahnya menjadi seekor babi. namun dia tidak menunjukkan ekspresi berlebih, karena takut menyinggung perasaan sahabatnya.
"Jadi! jadi!" Mbah abun tidak melanjutkan perkataannya.
"Iya bah! saya melakukan perjanjian dengan siluman babi. Saya melakukan pesugihan untuk meraih kesuksesan saya. karena Abah juga tahu kan kehidupan saya dulu seperti apa, saya sering banyak yang menghina, karena saya miskin. Saya capek dengan hidup seperti itu." jelas mang sarpu masih berbisik.
"Emang nggak sayang sama keluarga mang?
"Justru saya sangat sayang sama keluarga saya! makanya saya melakukan hal itu."
"Bukannya kalau melakukan perjanjian dengan siluman, harus mengadakan tumbal setiap tahun."
"Yang ini berbeda bah, kita tidak perlu menyiapkan tumbal. Namun kita hanya diberi Waktu hidup untuk menikmati harta kita. kita mau ngambil tenggang waktu seperti apa, selama kita pintar menjaga perjanjian itu, maka kita akan hidup selama mungkin. Sambil terus menikmati kekayaan kita." jelas Mang sarpu membuat Bah Abun sedikit merubah persepsi, di mana pesugihan itu harus mengadakan tumbal.
"Yang benar Jang?" Tanya Mbah Abun yang terlihat antusias.
"Benar bah! Abah tahu kan, saya tidak pernah berbohong. Dan kalau abah masih tidak percaya Abah bisa lihat keberadaan keluarga saya yang masih komplit sampai sekarang." mendengar penjelasan dari mang sarpu, Mbah Abun pun terdiam sesaat, seolah kembali memutar memori memori kesedihan, yang sudah ia alami beberapa tahun terakhir.
"Kalau abah ikut, syaratnya masih tetap sama?" tanya Mbah Abun, mulai tertarik dengan pekerjaan yang dikerjakan oleh Mang sarpu.
"Sama bah! syaratnya itu masih tetap sama, Emang abah tertarik?" Mang Sarpu balik bertanya.
"Kalau tidak ada tumbal, abah mau Mang. Lagian Abah sudah bosan hidup susah terus-menerus."
"Benar bah! hidup susah itu sangat hina, kita tidak dihargai orang lain. kita tidak dihormati orang lain. berbeda ketika harta kita banyak, mereka akan tunduk dengan apa yang kita ucapkan." ujar mang Sarpu seolah mengotori pemikiran Mbah Abun.
"Kalau seperti itu, kapan Abah bisa menemui siluman babi itu." tanya Mbah Abun.
"Tidak bisa tergesa-gesa, Mbah! karena perjanjian ini harus disepakati oleh keluarga kita, terutama oleh istri kita. karena kita tidak bisa bekerja sendirian, tapi kalau untuk melakukan perjanjian, Abah bisa datang sendiri, tanpa harus mengajak istri." Mang sarpu mulai menjelaskan.
"Kok begitu Mang?"
"Iya bah! Emang aturannya seperti itu, saya bercerita seperti ini karena Abah sudah menolong saya, dan kalau kita bukan sahabat lama, saya nggak mau membicarakan masalah ini kepada orang lain."
"Terus sekarang apa yang harus Abah lakukan?"
"Besok! setelah pulang dari sini, ajak Ambu Yayah mengobrol Berdua, Untuk menjelaskan pekerjaan yang hendak Abah lakukan. setelah mendapat persetujuan. Abah boleh datang ke sini lagi, nanti kita sama-sama menghadap Kuncen, untuk bertemu dengan sang raja siluman, untuk mengadakan perjanjian."
Setelah mendapat penjelasan dari Mang sarpu, Mbah Abun membulatkan tekad hendak mengikuti saran yang diberikan oleh sahabatnya. dia akan membicarakan niatnya dengan istrinya terlebih dahulu. dan dia berjanji akan segera menemui Mang sarpu setelah mendapat keputusan.
****
Keesokan paginya, pagi-pagi setelah Bah Abun bangun dari tidur, dia pun dengan segera berpamitan kepada tuan rumah, mbah Abun ingin cepat pulang ke rumahnya, dia ingin cepat membahas niatnya yang ingin merubah kehidupan dengan cara melakukan pesugihan.
Tak lupa Sebelum pulang Mang sarpu, memberikan sejumlah uang. karena walau bagaimanapun Mbah Abun adalah malaikat penyelamatnya. kalau Mbah Abun tidak memberikan sarung ketika tadi malam. mungkin mang sarpu akan terus tersesat dalam wujud babi hutan.
"Nggak sarapan dulu Abah? padahal Tunggu saja Marni selesai masak." tahan istri Mang sarpu.
"Enggak, abah mau pulang pagi-pagi, biar di jalannya nggak panas."
"Ya sudah! kalau seperti itu, hati-hati di jalan. dan jangan lupa dengan rahasia kita." ujar Mang sarpu akhirnya dia mengalah, karena tidak bisa menahan tamunya yang hendak pulang.
Selesai berpamitan, Mbah Abun pun mulai berjalan pergi meninggalkan kediaman keluarga mang sarpu, dia terus menaiki tanjakan hingga akhirnya sampai di warung Salamah, warung yang ada di pertigaan jalan.
Warung itu meski masih pagi buta, sudah terlihat ada cahaya lampu yang menyala yang keluar dari depan warungnya. mungkin Salamah sudah mempersiapkan dagangannya sedini mungkin, agar siangnya dia terfokus berjualan.
"Selamat pagi!" sapa Mbah Abun yang terlihat sumringah, perbawaan hati yang senang membuatnya terlihat bahagia.
"Eh Abah! sudah pulang saja. mana dagangannya?" tanya Salamah yang melirik sebentar, karena dia sedang menggoreng gorengannya.
"Diborong Bi! sama Mang sarpu." jawab Bah Abun sambil duduk di bangku warung.
"Syukurlah kalau begitu!" jawab Salamah yang terlihat seolah enggan, ketika mendengar kata Mang sarpu.
"Benar yang dikatakan Bibi kemarin, Ternyata kehidupan Mang sarpu benar-benar sudah berubah. namun dia tetap rendah hati!" Puji Mbah Abun kepada sahabatnya.
"Oooooooh!" hanya kata itu yang keluar dari mulut penjaga warung.
"Gorengan apa aja yang sudah matang, abah mau sarapan nih Bi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments