Babi Beranting
Sawah yang terlihat membentang sejauh mata memandang. padinya yang masih hijau, bak Permadani yang dihamparkan. membuat siapa saja orang akan betah melihat pemandangan indah seperti itu.
Terlihat ada seorang pria paruh baya, umurnya kira-kira sekitar 40 tahunan. Dia sedang berdiri memperhatikan sawahnya, yang tinggal satu petak karena habis dijual, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Yang beberapa tahun terakhir mengalami kebangkrutan.
"Kalau melihat padi sebagus ini, rasanya sangat menyesal sudah menjual sawah-sawahku." Desis mbah Abun sambil menarik nafas menyembunyikan penyesalannya.
Kemudian Mbah Abun berjalan menuju ke Saung sawah, matahari yang sudah mulai terik, membuatnya tidak kuat berdiam lama di bawah sinarnya.
Dari kejauhan terlihat ada seorang pria, yang membawa lamit ikan serta ember. sedang mengambil keong untuk pakan bebeknya. pria itu terus berjalan sambil terus mencari keong keong yang berserakan di pinggir sawah. sampai akhirnya dia tiba ke Saung Bah Abun.
"Rajin amat! Jang Zuhri." sapa Mbah Abun basa-basi, begitulah, kebiasaan warga Kampung, mereka akan selalu menyapa orang yang mereka kenal. Bahkan sampai orang tidak kenal pun mereka pasti akan sapa.
"Iya bah! lumayan telurnya bisa dijual, dan kalau sudah tidak produktif dagingnya juga bisa dijual." jawab Zuhri sambil terus mengambil keong, yang ada di pinggir sawah Mbah Abun.
"Emang berapa harga telur bebek sekarang?" tanya Mbah Abun yang mulai penasaran.
"Rp200-an bah. tapi kalau sudah masuk toko biasanya Rp400an bahkan bisa Rp500. kalau sudah di buat telur asin." jelas Zuhri.
"Wah, lumayan ya! sekarang punya bebeknya berapa?"
"200 ekoran Mbah, tapi saya mau jual sebagian, kalau kebanyakan saya keteteran mengurusnya. dan saya lagi butuh uang, untuk sekolah si bungsu." jelas Zuhri sambil mendekati bah abun, kemudian masuk ke dalam saungnya. Mungkin dia juga merasa nggak kuat dengan terik matahari yang begitu panas.
"Berapa ekor bebek yang mau dijual?"
"Sekitar tiga puluh atau lima puluh ekor, mbah." Jawab Zuhri yang mengipas-ngifas tubuhnya dengan topi bambu miliknya.
Mendengar penjelasan zuhri. Mbah Abun pun mengerutkan dahi. otaknya yang seorang pengusaha, dia seolah melihat kesempatan bisnis ada di sana. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
"Mau dilepas, diharga berapa?" tanya Mbah Abun.
"Kalau diambil 50 ekor, saya akan jual Rp250.000. Mbah!"
"Berarti satu ekornya 5000-an ya, Jang?" tanya Mbah Abun memastikan.
"Iya bah! emang pasarannya segitu."
"Bagaimana kalau Abah beli bebek yang mau dijual. Tapi harganya jangan segitu! Abah juga kan buat dijual lagi."
"Udah pas, bah! kalau saya jual kurang dari Rp250.000 nanti saya rugi."
"Namanya juga diborong Jang! harganya harus kurang lah." tawar Bah Abun.
Zuhri pun terdiam sesaat, seolah Lagi berpikir. menimbang tawaran dari Mbah Abun.
"Emang Abah nawar berapa?" Ujar Zuhri setelah mendapat keputusan.
"Rp175.000. 50 ekor." Mbah Abun memberikan tawaran
"Ya jangan segitu lah, bah! itu mah bukan membeli tapi ngerampok." jelas Zuhri.
"Ya kan baru nawar pertama Jang. Lagian kalau usahakan ingin modal serendah mungkin dan untung semaksimal mungkin. sekarang Jang Zuhri mau turun berapa?" ujar Bah Abun sambil tersenyum untuk mencairkan suasana.
"Rp225.000 Mbah!"
"Waduh masih kemahalan, Jang! Bagaimana kalau kita ambil jalan tengah." saran Mbah Abun.
"Jalan Tengah Bagaimana Mbah?:
"Iya, Jalan Tengah! Abah naik Rp25.000, Ujang turun Rp25.000. jadi kita bertemu di tengah-tengah!" jelas Bah Abun.
Zuhri pun terdiam kembali, dia berpikir sebelum mengambil keputusan. Setelah lama terdiam Akhirnya dia pun memutuskan.
"Baik Mbah! tapi uangnya harus sekarang."
"Iya! iya! Abah tidak akan berhutang. tapi Abah minta keringanan sedikit, karena uang Abah hanya ada Rp175.000. nanti setelah bebeknya Abah jual ke kota, Baru Abah lunasi. bagaimana?" jawab Mbah Abun.
"Ya sudah! nanti kalau abah Sudah nggak sibuk, Abah lihat bebeknya terlebih dahulu. baru kita putuskan." saran Zuhri yang tidak mau gegabah mengambil keputusan.
"Baik! kalau begitu nanti sore Abah datang ke rumah Jang Zuhri sambil membawa uangnya."
Akhirnya pembicaraan itu selesai, zuhri terus melanjutkan aktivitasnya yang sedang mengambil keong untuk pakan bebeknya. sedangkan Mbak Abun, setelah selesai membetulkan air sawah. dia pun kembali ke rumahnya.
"Dari mana saja, Abah!" tanya ambu Yayah menyambut kedatangan suaminya.
"Biasa Ambu! habis ngecek air di sawah. sayang ya, usaha kita turun. sampai-sampai sawah yang begitu luas, sekarang sudah menjadi milik orang lain." jelas Mbah Abun sambil mendudukkan tubuhnya menyandar ke daun pintu, sambil mengipasi dadanya yang terbuka dengan topi koboi miliknya.
"Iya! kapan ya? kita kembali seperti dulu, hidup serba berkecukupan." Timpal Ambu Yayah sambil mengulang kembali khayalannya, ke masa-masa Jaya mereka.
"Sabar, ambu! nanti suatu saat kalau udah waktunya, kita akan kembali seperti dulu. Oh iya, uang tabungan kita masih ada kan?" tanya Mbah Abun, mulai membahas niatnya yang hendak menjadi bandar ternak kecil-kecilan.
"Ada, tapi itu uang hanya segitu-gitunya. emang kenapa?" Ambu Yayah balik bertanya, sambil menatap suaminya.
"Begini ambu! abah mau mulai usaha lagi, siapa tahu saja masih ada sisa-sisa kejayaan Abah di masa lampau." jawab Mbah Abun.
"Mau usaha apa? emang Abah Nggak kapok. usaha terus tapi selalu gagal." ujar Abu Yayah, dengan nada pelan Mungkin dia merasa kasihan kepada suaminya, yang selalu di Tiban kerugian terus-menerus.
"Nggak! Abah nggak akan kapok. Abah yakin suatu saat Abah akan kembali sukses." ujar Mbah Abun yang selalu memiliki sifat optimis yang tinggi dan pantang menyerah.
"Iya sekarang mau usaha apa lagi, kalau Ambu sebagai seorang istri, hanya bisa mendoakan agar suaminya bisa menghidupi keluarganya. bisa menjadi tulang punggung keluarganya." kata Abu Yayah yang sudah tahu dengan sifat suaminya.
"Nah, begitu! Istri itu harus mendoakan suaminya, agar bisa sukses. Kalau abah sukses Ambu juga yang akan senang. Abah, sekarang mau membeli bebek jang Zuhri, nanti Abah akan jual ke kota." Mbah Abun mulai menjelaskan tujuan usahanya, yang hendak menjadi Bandar hewan ternak kecil-kecilan.
"Emang butuh uang berapa?" Tanya Abu Yayah sambil menatap penasaran ke arah suaminya.
"Rp175.000, ambu."
"Itu kan! Jumlah tabungan uang kita semuanya. Terus bagaimana kalau nanti usaha Abah gagal lagi? kita nggak punya pegangan uang lagi." jawab Abu Yayah seolah tidak setuju dengan apa yang direncanakan oleh Mbah Abun.
"Namanya juga usaha! harus ada pengorbanan ambu. Dan harus berani mengambil resiko. Tenang saja, kalaupun usaha kita mandet, kita kan masih punya bebeknya yang bisa bertelur setiap hari. selain telur itu bisa kita makan, Kita juga bisa menjual terus itu." Jelas Mbah Abun yang pemikirannya selangkah lebih maju dari istrinya.
"Ya sudah! tapi hati-hati ya, jangan sampai rugi lagi!" hanya kata itu yang diucapkan oleh istrinya, seolah pasrah dengan semua keadaan yang akan menimpanya.
"Oh iya, si Nyai sekarang ada di mana?" Mbah Abun menanyakan anak semata wayangnya, yang nampak tak terlihat.
"Biasa dia terus mengurung diri di kamar, kasihan dia! Mungkin dia malu karena memiliki orang tua yang Jatuh Miskin seperti sekarang." jelas Ambu Yayah terlihat matanya yang mengembun, mengisyaratkan kekhawatiran yang begitu mendalam.
"Ya sudah! doakan Abah bisa sukses lagi, agar kehidupan kita bisa naik lagi! dan orang-orang bisa menghormati kita." Jelas Mbah Abun sambil menarik nafas dalam.
Sore hari, seperti yang sudah direncanakan. Mbah Abun datang ke rumah zuhri, untuk melanjutkan pembahasan tadi siang di sawah.
"Mana bebek, yang mau dijual Jang?" tanya Mbah Abun setelah sampai di rumah zuhri.
Dengan cepat Zuhri pun mengajak bah Abun untuk pergi ke samping rumahnya, untuk melihat bebek-bebek yang dipelihara oleh Zuhri. bebek-bebek yang terawat, terlihat tubuhnya sangat gemuk, sehingga kalau dijual ke kota harganya akan lebih dari Rp5.000.
"Ini Mbah! Bebek-bebek. yang mau dijual." ujar Zuhri sambil menunjukkan bebek-bebek terbaik miliknya, yang sengaja sudah ia Pisahkan. mungkin sebagai tetangga yang baik, dia tidak ingin merugikan tetangganya.
Setelah memperhatikan dan menimbang, Mbah Abun pun mengambil keputusan. dia membayar bebek-bebek Zuhri sesuai dengan apa yang disepakati tadi siang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Shinichi x Kaito
ini ratus apa perak?
2022-09-21
0
Shinichi x Kaito
enggak geli apa, liat aja udh ngeter lho aku
2022-09-21
0
Shinichi x Kaito
kalo disemua dialog tag belakangnya titik, berarti bukan typo😑 jika sebuah dialog berakhiran kata. Ucap, ujar, kata, desis, dll. Gunakan tanda koma bukan titik.
contoh:
"Gree, Lo lagi apa, dah." tanya Rio menghampiri Gree❎
"Gree, Lo lagi apa, dah," tanya Rio menghampiri Gree✅
Note: dialog tagnya kan 'tanya', itu artinya si Rio nih lagi nanya, itu aku enggak pake tanda tanya harusnya pake.
Oke dialog biasa.
"Kak Disana ada." ucap Gree menunjuk arah.
"Kak disana ada," ucap Gree menunjuk arah.
nah, yang dibawah kalimat dialog yang bener.
2022-09-21
0