Babi Beranting

Babi Beranting

1 Mbah Abun

Sawah yang terlihat membentang sejauh mata memandang. padinya yang masih hijau, bak Permadani yang dihamparkan. membuat siapa saja orang akan betah melihat pemandangan indah seperti itu.

Terlihat ada seorang pria paruh baya, umurnya kira-kira sekitar 40 tahunan.  Dia sedang berdiri memperhatikan sawahnya, yang tinggal satu petak karena habis dijual, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Yang beberapa tahun terakhir mengalami kebangkrutan.

"Kalau melihat padi sebagus ini, rasanya sangat menyesal sudah menjual sawah-sawahku." Desis mbah Abun sambil menarik nafas menyembunyikan penyesalannya.

Kemudian Mbah Abun berjalan menuju ke Saung sawah, matahari yang sudah mulai terik, membuatnya tidak kuat berdiam lama di bawah sinarnya.

Dari kejauhan terlihat ada seorang pria, yang membawa lamit ikan serta ember. sedang mengambil keong untuk pakan bebeknya. pria itu terus berjalan sambil terus mencari keong keong yang berserakan di pinggir sawah. sampai akhirnya dia tiba ke Saung Bah Abun.

"Rajin amat! Jang Zuhri." sapa Mbah Abun basa-basi, begitulah, kebiasaan warga Kampung, mereka akan selalu menyapa orang yang mereka kenal. Bahkan sampai orang tidak kenal pun mereka pasti akan sapa.

"Iya bah! lumayan telurnya bisa dijual, dan kalau sudah tidak produktif dagingnya juga bisa dijual." jawab Zuhri sambil terus mengambil keong, yang ada di pinggir sawah Mbah Abun.

"Emang berapa harga telur bebek sekarang?" tanya Mbah Abun yang mulai penasaran.

"Rp200-an bah. tapi kalau sudah masuk toko biasanya Rp400an bahkan bisa Rp500. kalau sudah di buat telur asin." jelas Zuhri.

"Wah, lumayan ya! sekarang punya bebeknya berapa?"

"200 ekoran Mbah, tapi saya mau jual sebagian, kalau kebanyakan saya keteteran mengurusnya. dan saya lagi butuh uang, untuk sekolah si bungsu."  jelas Zuhri sambil mendekati bah abun, kemudian masuk ke dalam saungnya. Mungkin dia juga merasa nggak kuat dengan terik matahari yang begitu panas.

"Berapa ekor bebek yang mau dijual?"

"Sekitar tiga puluh atau lima puluh ekor, mbah." Jawab Zuhri yang mengipas-ngifas tubuhnya dengan topi bambu miliknya.

Mendengar penjelasan zuhri. Mbah Abun pun mengerutkan dahi. otaknya yang seorang pengusaha, dia seolah melihat kesempatan bisnis ada di sana. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

"Mau dilepas, diharga berapa?" tanya Mbah Abun.

"Kalau diambil 50 ekor, saya akan jual Rp250.000. Mbah!"

"Berarti satu ekornya 5000-an ya, Jang?" tanya Mbah Abun memastikan.

"Iya bah! emang pasarannya segitu."

"Bagaimana kalau Abah beli bebek yang mau dijual. Tapi harganya jangan segitu! Abah juga kan buat dijual lagi."

"Udah pas, bah! kalau saya jual kurang dari Rp250.000 nanti saya rugi."

"Namanya juga diborong Jang! harganya harus kurang lah." tawar Bah Abun.

Zuhri pun terdiam sesaat, seolah Lagi berpikir. menimbang tawaran dari Mbah Abun.

"Emang Abah nawar berapa?" Ujar Zuhri setelah mendapat keputusan.

"Rp175.000. 50 ekor." Mbah Abun memberikan tawaran

"Ya jangan segitu lah, bah! itu mah bukan membeli tapi ngerampok." jelas Zuhri.

"Ya kan baru nawar pertama Jang. Lagian kalau usahakan ingin modal serendah mungkin dan untung semaksimal mungkin. sekarang Jang Zuhri mau turun berapa?" ujar Bah Abun sambil tersenyum untuk mencairkan suasana.

"Rp225.000 Mbah!"

"Waduh masih kemahalan, Jang! Bagaimana kalau kita ambil jalan tengah." saran Mbah Abun.

"Jalan Tengah Bagaimana Mbah?:

"Iya, Jalan Tengah! Abah naik Rp25.000, Ujang turun Rp25.000. jadi kita bertemu di tengah-tengah!" jelas Bah Abun.

Zuhri pun terdiam kembali, dia berpikir sebelum mengambil keputusan. Setelah lama terdiam Akhirnya dia pun memutuskan.

"Baik Mbah! tapi uangnya harus sekarang."

"Iya! iya! Abah tidak akan berhutang. tapi Abah minta keringanan sedikit, karena uang Abah hanya ada Rp175.000. nanti setelah bebeknya Abah jual ke kota, Baru Abah lunasi. bagaimana?" jawab Mbah Abun.

"Ya sudah! nanti kalau abah Sudah nggak sibuk, Abah lihat bebeknya terlebih dahulu. baru kita putuskan." saran Zuhri yang tidak mau gegabah mengambil keputusan.

"Baik! kalau begitu nanti sore Abah datang ke rumah Jang Zuhri sambil membawa uangnya."

Akhirnya pembicaraan itu selesai, zuhri terus melanjutkan aktivitasnya yang sedang mengambil keong untuk pakan bebeknya. sedangkan Mbak Abun, setelah selesai membetulkan air sawah. dia pun kembali ke rumahnya.

"Dari mana saja, Abah!" tanya ambu Yayah menyambut kedatangan suaminya.

"Biasa Ambu! habis ngecek air di sawah. sayang ya, usaha kita turun. sampai-sampai sawah yang begitu luas, sekarang sudah menjadi milik orang lain." jelas Mbah Abun sambil mendudukkan tubuhnya menyandar ke daun pintu, sambil mengipasi dadanya yang terbuka dengan topi koboi miliknya.

"Iya! kapan ya? kita kembali seperti dulu, hidup serba berkecukupan." Timpal Ambu Yayah sambil mengulang kembali khayalannya, ke masa-masa Jaya mereka.

"Sabar, ambu! nanti suatu saat kalau udah waktunya, kita akan kembali seperti dulu. Oh iya, uang tabungan kita masih ada kan?" tanya Mbah Abun, mulai membahas niatnya yang hendak menjadi bandar ternak kecil-kecilan.

"Ada, tapi itu uang hanya segitu-gitunya. emang kenapa?" Ambu Yayah balik bertanya, sambil menatap suaminya.

"Begini ambu! abah mau mulai usaha lagi, siapa tahu saja masih ada sisa-sisa kejayaan Abah di masa lampau." jawab Mbah Abun.

"Mau usaha apa? emang Abah Nggak kapok. usaha terus tapi selalu gagal." ujar Abu Yayah, dengan nada pelan Mungkin dia merasa kasihan kepada suaminya, yang selalu di Tiban kerugian terus-menerus.

"Nggak! Abah nggak akan kapok. Abah yakin suatu saat Abah akan kembali sukses." ujar Mbah Abun yang selalu memiliki sifat optimis yang tinggi dan pantang menyerah.

"Iya sekarang mau usaha apa lagi, kalau Ambu sebagai seorang istri, hanya bisa mendoakan agar suaminya bisa menghidupi keluarganya. bisa menjadi tulang punggung keluarganya." kata Abu Yayah yang sudah tahu dengan sifat suaminya.

"Nah, begitu! Istri itu harus mendoakan suaminya, agar bisa sukses. Kalau abah sukses Ambu juga yang akan senang. Abah, sekarang mau membeli bebek jang Zuhri, nanti Abah akan jual ke kota." Mbah Abun mulai menjelaskan tujuan usahanya, yang hendak menjadi Bandar hewan ternak kecil-kecilan.

"Emang butuh uang berapa?" Tanya Abu Yayah sambil menatap penasaran ke arah suaminya.

"Rp175.000, ambu."

"Itu kan! Jumlah tabungan uang kita semuanya. Terus bagaimana kalau nanti usaha Abah gagal lagi? kita nggak punya pegangan uang lagi." jawab Abu Yayah seolah tidak setuju dengan apa yang direncanakan oleh Mbah Abun.

"Namanya juga usaha! harus ada pengorbanan ambu. Dan harus berani mengambil resiko. Tenang saja, kalaupun usaha kita mandet, kita kan masih punya bebeknya yang bisa bertelur setiap hari. selain telur itu bisa kita makan, Kita juga bisa menjual terus itu." Jelas Mbah Abun yang pemikirannya selangkah lebih maju dari istrinya.

"Ya sudah! tapi hati-hati ya, jangan sampai rugi lagi!" hanya kata itu yang diucapkan oleh istrinya, seolah pasrah dengan semua keadaan yang akan menimpanya.

"Oh iya, si Nyai sekarang ada di mana?" Mbah Abun menanyakan anak semata wayangnya, yang nampak tak terlihat.

"Biasa dia terus mengurung diri di kamar, kasihan dia! Mungkin dia malu karena memiliki orang tua yang Jatuh Miskin seperti sekarang." jelas Ambu Yayah terlihat matanya yang mengembun, mengisyaratkan kekhawatiran yang begitu mendalam.

"Ya sudah! doakan Abah bisa sukses lagi, agar kehidupan kita bisa naik lagi! dan orang-orang bisa menghormati kita." Jelas Mbah Abun sambil menarik nafas dalam.

Sore hari, seperti yang sudah direncanakan. Mbah Abun datang ke rumah zuhri, untuk melanjutkan pembahasan tadi siang di sawah.

"Mana bebek, yang mau dijual Jang?" tanya Mbah Abun setelah sampai di rumah zuhri.

Dengan cepat Zuhri pun mengajak bah Abun untuk pergi ke samping rumahnya, untuk melihat bebek-bebek yang dipelihara oleh Zuhri. bebek-bebek yang terawat, terlihat tubuhnya sangat gemuk, sehingga kalau dijual ke kota harganya akan lebih dari Rp5.000.

"Ini Mbah! Bebek-bebek. yang mau dijual." ujar Zuhri sambil menunjukkan bebek-bebek terbaik miliknya, yang sengaja sudah ia Pisahkan. mungkin sebagai tetangga yang baik, dia tidak ingin merugikan tetangganya.

Setelah memperhatikan dan menimbang, Mbah Abun pun mengambil keputusan. dia membayar bebek-bebek Zuhri sesuai dengan apa yang disepakati tadi siang.

Terpopuler

Comments

Shinichi x Kaito

Shinichi x Kaito

ini ratus apa perak?

2022-09-21

0

Shinichi x Kaito

Shinichi x Kaito

enggak geli apa, liat aja udh ngeter lho aku

2022-09-21

0

Shinichi x Kaito

Shinichi x Kaito

kalo disemua dialog tag belakangnya titik, berarti bukan typo😑 jika sebuah dialog berakhiran kata. Ucap, ujar, kata, desis, dll. Gunakan tanda koma bukan titik.

contoh:

"Gree, Lo lagi apa, dah." tanya Rio menghampiri Gree❎

"Gree, Lo lagi apa, dah," tanya Rio menghampiri Gree✅

Note: dialog tagnya kan 'tanya', itu artinya si Rio nih lagi nanya, itu aku enggak pake tanda tanya harusnya pake.

Oke dialog biasa.

"Kak Disana ada." ucap Gree menunjuk arah.

"Kak disana ada," ucap Gree menunjuk arah.

nah, yang dibawah kalimat dialog yang bener.

2022-09-21

0

lihat semua
Episodes
1 1 Mbah Abun
2 2. Semangat
3 3. Selalu Semangat
4 4. BERUBAH
5 5 MULAI BERMASALAH
6 6 Petaka
7 7 Merintis Kembali
8 8 Adu Babi
9 9. Nyaris
10 10 Mang Sarpu
11 11. Hantuuuuu!
12 12. Lagi Dan Lagi
13 13. Sambutan Mang Sarpu
14 14. Ada Rahasia
15 15. Keanehan
16 16. Berunding
17 17. Sepakat
18 18. Berangkat
19 19. Aturan
20 20. Masuk
21 21. Prabu UWUL-UWUL
22 22. baju hikmat
23 23. KEMBALI
24 24. Lentra
25 25. TAK MULUS
26 26. hampir
27 27. Ingin
28 28 mengungkapkan
29 29. diskusi
30 30. hasil Rapat
31 31. galih
32 32. pacar galih
33 33. Mita
34 34. fitnah mita
35 35. berlanjut
36 36. biang kerok
37 37. Amarah Sarman
38 38 NIAT SARMAN
39 39. Hasutan Sarman
40 40. GALIH DAN RANTI
41 41. Daus
42 42. Sarman Berulah
43 43. mulai beraksi
44 44. celaka
45 45. Rencana
46 46. penasaran
47 47. jadi babi hutan
48 48. kembali ke mbah Abun
49 49. kila-kila
50 50. Keputusan
51 51. Ranti Menghilang
52 52. Babi beranting
53 53 pedoman mencari Ranti
54 54. mulai mencari
55 55. sang Pemburu
56 56. pedoman
57 57. petunjuk
58 57. Bias
59 59. pencarian Daus
60 60. Saran Aki Makmun
61 61. Menjalankan
62 62. Menemui umi Erot
63 63. diserang Babi
64 64. Dilukai
65 65 belatung diluka Saraman
66 66. Rahasia Sarman
67 67. Prasangka
68 68. disudutkan
69 69. Sarman Dibawa
70 70. Sarman Kehujanan
71 71. malang
72 72. pilu
73 73. Pupus
74 74. Galih dan Daus
75 75. Retak
76 76. Susah
77 77. masalah terus
78 78. perjuangan
79 79. kabar Baik
80 80. bah Abun pulang
81 81. diskusi
82 82. diskusi
83 83. pengumuman
84 84. Kesedihan Ranti
85 85. Cobaan Bertubi-tubi
86 86. ketakutan Inah
87 87. akhirnya Bisa Makan
88 88. Bantuan
89 89. Mbah turo
90 90. sajen
91 91. berdamai dengan suasana
92 92. Terjebak
93 93. Diboyong
94 94. dikerjai
95 95. harapan
96 96. Memahami
97 97. menunggu kepastian
98 98. Surya Jaya
99 99. Penjelasan Sujiman
100 100. Persetujuan Hamidah
101 101. Antusiasme
102 102. diadukan
103 103. Ditawar
104 104. dijual
105 105. TAMAT
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1 Mbah Abun
2
2. Semangat
3
3. Selalu Semangat
4
4. BERUBAH
5
5 MULAI BERMASALAH
6
6 Petaka
7
7 Merintis Kembali
8
8 Adu Babi
9
9. Nyaris
10
10 Mang Sarpu
11
11. Hantuuuuu!
12
12. Lagi Dan Lagi
13
13. Sambutan Mang Sarpu
14
14. Ada Rahasia
15
15. Keanehan
16
16. Berunding
17
17. Sepakat
18
18. Berangkat
19
19. Aturan
20
20. Masuk
21
21. Prabu UWUL-UWUL
22
22. baju hikmat
23
23. KEMBALI
24
24. Lentra
25
25. TAK MULUS
26
26. hampir
27
27. Ingin
28
28 mengungkapkan
29
29. diskusi
30
30. hasil Rapat
31
31. galih
32
32. pacar galih
33
33. Mita
34
34. fitnah mita
35
35. berlanjut
36
36. biang kerok
37
37. Amarah Sarman
38
38 NIAT SARMAN
39
39. Hasutan Sarman
40
40. GALIH DAN RANTI
41
41. Daus
42
42. Sarman Berulah
43
43. mulai beraksi
44
44. celaka
45
45. Rencana
46
46. penasaran
47
47. jadi babi hutan
48
48. kembali ke mbah Abun
49
49. kila-kila
50
50. Keputusan
51
51. Ranti Menghilang
52
52. Babi beranting
53
53 pedoman mencari Ranti
54
54. mulai mencari
55
55. sang Pemburu
56
56. pedoman
57
57. petunjuk
58
57. Bias
59
59. pencarian Daus
60
60. Saran Aki Makmun
61
61. Menjalankan
62
62. Menemui umi Erot
63
63. diserang Babi
64
64. Dilukai
65
65 belatung diluka Saraman
66
66. Rahasia Sarman
67
67. Prasangka
68
68. disudutkan
69
69. Sarman Dibawa
70
70. Sarman Kehujanan
71
71. malang
72
72. pilu
73
73. Pupus
74
74. Galih dan Daus
75
75. Retak
76
76. Susah
77
77. masalah terus
78
78. perjuangan
79
79. kabar Baik
80
80. bah Abun pulang
81
81. diskusi
82
82. diskusi
83
83. pengumuman
84
84. Kesedihan Ranti
85
85. Cobaan Bertubi-tubi
86
86. ketakutan Inah
87
87. akhirnya Bisa Makan
88
88. Bantuan
89
89. Mbah turo
90
90. sajen
91
91. berdamai dengan suasana
92
92. Terjebak
93
93. Diboyong
94
94. dikerjai
95
95. harapan
96
96. Memahami
97
97. menunggu kepastian
98
98. Surya Jaya
99
99. Penjelasan Sujiman
100
100. Persetujuan Hamidah
101
101. Antusiasme
102
102. diadukan
103
103. Ditawar
104
104. dijual
105
105. TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!