Gak susah mencari rumah pemelihara kerbau, karena ketika tadi bertanya, Orang yang memberikan keterangan itu sangat jelas.
"Assalamualaikum!" ujar mbah Abun setelah berada di depan salah satu rumah warga.
"Waalaikumsalam!" Setelah beberapa kali mengucapkan salam, terdengar suara seorang wanita yang menjawab dari dalam rumah.
Tak lama setelah itu, pintu rumah pun terbuka. kemudian muncullah seorang wanita paruh baya, mungkin seumuran dengan Mbah Abun.
"Maaf! Apa benar ini rumahnya Mang Marwi?" tanya Mbah Abun memastikan.
"Benar, maaf Bapak ini siapa ya?" tanya wanita itu sambil mengerutkan dahi, Mungkin dia merasa heran karena baru pertama kali bertemu dengan Mbah Abun.
"Saya Abun! tapi orang-orang lebih mengenal saya Mbah Abun! saya datang ke sini karena mendapat keterangan dari warga sekitar, bahwa Mang Marwi mau menjual hewan ternaknya." terang Mbah Abun memberikan penjelasan.
"Oh begitu! berarti Abah Bandar hewan ternak ya? bentar saya panggilkan suami saya dulu, soalnya tadi suami saya bilang, dia mau mengecek air ke sawah." Cerocos wanita itu memberi keterangan. Kemudian dia turun dari rumah panggungnya, tak lupa sebelum pergi dia menutup pintu rumahnya terlebih dahulu. tanpa memperdulikan Mbah Abun lagi. dia langsung berangkat untuk memberitahu suaminya. membuat Bah Abun hanya bisa menggelengkan kepala.
"Suruh masuk dulu, kek! Atau suruh tunggu dulu kek! Ini mah malah ngeloyor kayak ular aja!" Gerutu Bah Abun sambil mencari tempat untuk berteduh. matahari siang itu sangat terik, sehingga membuat siapa saja, tidak aka betah berdiam lama-lama di bawah sinarnya.
15 menit berlalu, akhirnya terlihat wanita yang tadi kembali menghampiri, diikuti oleh seorang pria di belakangnya. Dia membawa cangkul serta parang, celana kolor yang basah, menandakan benar apa yang dibilang istrinya, dia baru pulang dari sawah membetulkan air.
"Ya Allah, Abah! Maaf tadi saya buru-buru, saya sampai lupa menawarkan untuk berteduh di dalam rumah." ujar wanita itu yang merasa tidak enak. setelah melihat Mbah Abun berjongkok di bawah pohon nangka.
"Nggak apa-apa Neng! namanya juga buru-buru." ujar Mbah Abun sambil tersenyum menyembunyikan kekesalannya.
"Iya bah! Maafkan istri saya, Ayo masuk ke dalam." Timpal Mang Marwi yang merasa tidak enak. dengan cepat Ia pun menyambut Mbah Abun, dengan mengajaknya masuk ke dalam rumahnya.
Setelah berada di dalam rumah. dengan cepat istrinya Mang Marwi mengambil air ke dapur, kemudian menghidangkan di hadapan tamu. sedangkan uang Marwi sebelum mengobrol dengan Mbah abun, dia mengganti pakaiannya yang kotor terlebih dahulu. setelah selesai mengganti pakaian, mang Marwi baru menghampiri tamunya, kemudian dia duduk menghadap ke bah Abun.
"Oh iya, Abah dari mana?" tanya Mang Marwi mengawali pembicaraan.
"Abah dari Kampung Ciandam, Mang!" Mbah Abun menjelaskan pancakakinya.
"Oh, Ciandam. kenal dengan Zuhri?" tanya bang Marwi seperti kebiasaan warga kampung yang selalu berbasa-basi.
"Kenal, itu tetangga Abah, yang selalu membantu Abah. emang kenapa?"
"Istrinya kan orang sini, bah. Orang Kebon Jati, kebetulan istrinya itu adalah saudara saya." jelas bang Marwi.
"Oh iya, Abah sampai lupa. Maklum istri Jang Zuhri sudah lama tinggal di sana hehehe." ujar Mbah Abun sambil tersenyum.
"Iya saya juga Sampai lupa, malah ditanya-tanya terlebih dahulu. Silakan diminum airnya, bah!" Tawar Mang Marwi yang baru sadar, dia belum mempersilakan tamunya untuk minum.
"Iya benar, Mang! Abah haus sekali, soalnya tadi di perjalanan sangat panas." jawab Bah Abun sambil mengambil air dalam gelas, kemudian dia meneguk air itu sampai habis tak tersisa.
"Maaf nih, Mbah! Abah datang ke rumah saya mau ada keperluan apa? maaf cepat-cepat ditanya, soalnya saya merasa deg-degan, merasa khawatir takut ada apa-apa, gitu." tanya Mang Marwi setelah melihat tamunya tak kehausan.
"Gini Mang, kalau dipercaya Abah adalah seorang pembeli hewan ternak. bisa dikatakan Bandar kecil-kecilan, hehehe! maksud dan tujuan Abah menemui Mang Marwi. tadi, ketika Abah bertanya sama Seorang warga, Apakah di sini ada orang yang mau menjual hewan ternaknya. warga itu memberikan keterangan, bahwa Mang Marwi mau menjual kerbaunya. Apakah itu benar?" Mbah Abun menceritakan maksud dan tujuannya.
"Benar, Mbah! Abah tidak salah. namun kerbau saya sudah ada yang memesan, Bandar dari cisuren. tiga hari yang lalu, dia datang ke sini, namun dia tidak mau membayarnya. karena menurutnya harga kerbau sekarang lagi turun, dan uang yang ia bawa kurang. janjinya sih Bandar itu mau datang ke sini lagi hari kemarin. namun sampai hari ini dia belum menampakkan batang hidungnya." jelas Mang Marwi.
"Berarti kalau begitu, bandar orang cisuren nggak jadi yah, Mang? boleh nggak, Abah melihat kerbaunya." simpul Bah Abun.
"Belum tahu juga, Bah! tapi dia berpesan dengan sangat. kerbau saya jangan dikemana-manakan, terlebih dahulu. kalau abah mau melihat kerbau saya, Ayo kita ke kandang." ajak Mang Marwi, sambil bangkit dari tempat duduknya. kemudian dia keluar dari rumah, diikuti oleh Mbah Abun menuju kandang kerbaunya.
Setelah sampai di kandang kerbau. benar saja apa yang dikatakan oleh warga yang tadi memberitahu Mbah abun. kerbau milik Mang Marwi, Emang sangat besar. kalau ditaksir itu mungkin 400 kilo. selain tubuh kerbau yang gemuk, ditambah dengan tanduk yang bagus. sehingga kerbau itu semakin terlihat gagah.
"Emang mau dijual berapa ini, Mang?" tanya Mbah Abun sambil mengelus-ngelus tanduk kerbau, yang membuat Siapa saja yang melihatnya akan tertarik.
"Rp1.750.000" jawab Mang Marwi.
"Benar memang harga segitu, sesuai dengan postur tubuh kerbau ini." gumam hati Bah Abun yang mengagumi kerbau milik Mang Marwi. namun bukan penjual namanya kalau tidak menawar terlebih dahulu. "kalau 15 Abah berani membayar kerbau ini, Mang!" tawar Bah Abun.
"Enggak, Bah! kemarin saja sudah ditawar 16.5, sama Bandar dari cisuren. namun saya tidak Jual, Masak Abah nggak tertarik dengan postur tubuhnya yang begitu gemuk ini. daging Semua itu, bah!" ujar Mang Marwi.
"Ehem, Iya sih! tapi, masa nggak turun lagi, Mang?" ujar Bah Abun, padahal walau dengan harga kemauan Mang Marwi, dia akan mendapatkan untung besar. karena kerbau segede gitu bisa laku di jagal sampai Rp2.500.000. namun yang namanya manusia, semua orang ingin untung besar, maka dari itu Mbah Abun melobi Mang Marwi.
"Gini aja lah, bah! Daripada membuang waktu. sekarang Abah berani ngelebihin berapa, dari tawaran bandar cisuren?" Tanya Mang Marwi yang tidak mau terlihat basa-basi.
Mbah Abun pun terdiam sesaat, seolah Sedang berpikir. Padahal dia hanya mengulur waktu, agar penjual menurunkan harganya.
"Rp10.000, Mang!"
"Naikin sih Naikin, Mbah! tapi nggak segitu juga kali." Timpal Mang Marwi sambil tersenyum.
"Terus maunya berapa?"
"Begini aja, bah! Abah berani nggak, bayar kerbau saya. Rp1.675.000, kalau abah berani silakan bawa kerbau saya. kalau nggak, maaf!" tegas Bang Marwi memberikan keputusan.
"Ya sudah, abah berani! Walaupun untungnya kecil tapi mau bagaimana lagi, rezeki tidak boleh ditolak" ujar Bah Abun pura-pura lemas, padahal hatinya sangat berbahagia. karena turun Rp100.000 itu, sudah lebih baik daripada harus membayar Rp1.750.000.
Akhirnya mereka berdua pun menyepakati keputusan itu, dengan cepat Mbak Abun mengeluarkan uang sesuai kesepakatan. setelah uang itu dihitung kembali oleh Mang Marwi, Mereka pun bersalaman sebagai tanda sah jual beli.
"saya minta tolong sama abah, kalau bertemu dengan bandar cisuren. Abah bilang saja, bahwa kerbau ini dibeli dengan harga rp1.750.000." pinta Mang Marwi sambil memasukkan uang ke dalam kantong celananya.
"Siap Mang! Itu perkara mudah. Lagian Abah nggak kenal dengan Banda dari Cisuren." ujar Mbah Abun menganggap enteng masalah yang akan dihadapi.
Setelah penjualan itu selesai, Mbah Abun pun berpamitan. untuk pulang dengan membawa kerbau hasil pembeliannya. namun sebelum Mbah Abun meninggalkan kandang kerbau Bang Marwi. terlihat ada seorang laki-laki yang menghampiri mereka berdua.
"Bagaimana, mang. Jadi nggak ngejual kerbau?" tanya laki-laki itu. yang tak lain dan tak bukan, itu adalah Bandar dari cisuren.
"Wah! Akang telat datangnya. baru saja kerbau saya dilepas sama Mbah Abun." jawab Bang Marwi terlihat raut wajahnya yang tidak enak.
"Gimana sih! Katanya sudah janji mau dijual ke saya. tapi sekarang malah begini kenyataannya." ujar bandar cisuren dengan sedikit menyolot.
"Maaf Kang! kirain Akang nggak jadi beli kerbau saya. karena akan janji kemarin mau datang ke sini, tapi akang nggak datang datang." jelas bang Marwi,
"Di beli berapa, Mbah?" tanya pria itu tak memperdulikan lagi Mang Marwi, Mungkin dia merasa kecewa karena dia tidak jadi membeli hewan ternaknya.
"Rp1.750.000 Kang! maaf Abah bukan menyerobot, tapi sesuai keterangan dari Bang Marwi. akang kirain tidak jadi membeli kerbau Mang Marwi." jawab Mbah Abun, sama dia juga merasa tidak enak.
"Padahal baru terlewat sehari aja, sudah seperti ini. Kamu kayak nggak kenal siapa saya aja. Payah banget jadi orang. tidak ada toleransi sedikitpun." gerutu bandar cisuren.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments