Mendapat ancaman seperti itu, Kipli pun dengan terpaksa mengambil lentera yang baru saja diberikan oleh ibunya. kemudian dia keluar dari rumah, untuk mencari keberadaan Mbah Abun yang melarikan diri.
Kipli mulai berjalan menjauhi rumahnya, tanpa tahu tujuan ke mana dia harus mencari tamunya. Kipli hanya anak kecil yang belum paham tentang cara mencari orang yang hilang. tidak mengerti dengan apa yang harus ia kerjakan, Hingga akhirnya dia pun berjongkok Di Ujung Jalan Kampung Sukaraja, dengan penuh putus asa. dia mulai menangis, merasa bingung dengan apa yang harus dia lakukan.
"Kipli! Kipliiiii! kamu Kipli kan?" tanya seorang pria yang berjalan ke arahnya, tadi ketika melihat cahaya lampu di tengah jalan dia pun tertarik untuk mendekatinya.
"Iya Mang, saya Kipli!" jawab Kipli yang terisak.
"Ngapain kamu di luar malam-malam begini?"
"Disuruh Ibu, mencari tamu yang kabur, karena takut melihat hantu."
"Kok bisa?"
Dengan tersendat karena menahan tangis, Kipli pun mulai menceritakan kejadian yang dialaminya. walaupun masih kecil, tapi cerita yang diceritakan oleh kipli bisa dimengerti oleh Jana dan Dadun yang baru saja sampai ke kampungnya.
*******
Tunda cerita Kipli yang sedang bercerita ke orang yang baru ia temui. sekarang kita ceritakan kembali Mbah Abun yang tadi melarikan diri.
Setelah tadi kabur menyelamatkan diri dari rumah Mang Sarpu, yang ketakutan karena mendengar ada yang berteriak memberitahu bahwa di tempat itu ada hantu. Mbah Abun Terus Berlari terpontang-panting menyelamatkan diri dari hantu. namun setelah di ujung jalan dia pun mulai terhenti, karena ketika dia meneruskan berlari, maka tidak akan ada pernah menemui kampung yang lain. semakin jauh dari perkampungan, itu akan membuatnya lebih susah lagi.
"Ampun nasibku si4l amat! tadi mau diseruduk babi, sekarang malah dikejar hantu." ujar Bah Abun mengatur kembali nafas yang terengah-engah, setelah lari begitu kencang.
"Sekarang aku harus ke mana, Kalau melanjutkan ke arah atas, tidak akan ada kampung lagi, tapi kalau kembali ke rumah Mang Sarpu, aku takut hantu." gumam Mbah Abun sambil menjatuhkan tubuh ke atas tanah, merasa lemas dengan semua yang menimpanya.
Lama terdiam. Akhirnya Mbah Abun mulai bangkit, dia mengambil keputusan, dia akan kembali masuk ke dalam Kampung Sukaraja, namun sekarang tujuannya bukan ke rumah Mang sarpu, melainkan dia akan tidur dan menginap di pos ronda.
Mbah Abun mengambil kembali barang dagangannya yang tadi dia lemparkan. dengan langkah gontai, dia mulai menyusuri kembali jalan Kampung Sukaraja, mencari pos ronda. beruntung, malam itu bulan masih sore sudah menampakan bentuknya, sehingga Mbah Abun tidak terlalu kesulitan ketika berjalan.
Di samping kanan dan kiri jalan terdengar suara hewan-hewan malam yang mengiringi langkah Mbah Abun, rumah-rumah yang berjejer rapih tidak membuatnya merasa senang. karena di kampung Sukaraja tidak ada orang yang ia kenali kecuali Mang Sarpu.
Lama mencari, Akhirnya dia pun menemukan bangunan pos ronda, tanpa pikir panjang, Mbah Abun masuk ke dalam, tak lupa membawa barang jualannya ikut masuk.
"Nggak apa-apa! Sekarang tidur di sini, besok pagi-pagi aku harus pulang ke rumah. benar kata si Ambu, aku jualan jangan jauh-jauh dulu, mungkin firasat Seorang Istri benar adaannya." Gumam Mbah Abun menyesal, karena dia tidak menuruti perkataan istrinya, yang melarangnya untuk berjualan jauh dari kampungnya.
Dia terus terdiam di dalam pos ronda ditemani oleh suara nyamuk yang bernyanyi di dekat telinganya. sesekali Bah Abun pun menepukkan tangan di samping telinga itu, Berharap ada nyamuk yang terkena pukulannya. merasa tidak kuat dengan gangguan nyamuk nyamuk yang sedang mengeroyoknya. Mbah Abun mengambil sarung dari dalam tas yang dia kaitkan di pikulan jualan. kemudian memakai sarung itu sampai menutupi telinga, agar suara nyamuk itu tidak terdengar.
Perlahan dia mulai membaringkan tubuh, dengan menekuk kedua lututnya. agar sarung yang ia kenakan bisa melindungi seluruh badannya dari serangan nyamuk, yang tidak berhenti menyerangnya. sambil terus merasakan lelah setelah apa yang ia alami hari ini.
"Ya Allah! kenapa hidupku selalu sial." gumam Mbah Abum dari dalam sarung, perutnya yang bersuara seolah menagih janji, membuatnya semakin merasa sedih. soalnya walaupun tadi sudah diisi dengan goreng pisang, namun itu tidak membuatnya kenyang.
"Sabar perut! besok kalau sudah di rumah, kamu boleh makan sepuasnya." Tak terasa butiran bening mengalir ke pipi yang sudah tidak kencang lagi.
Lagi asik menikmati kesengsaraan yang menimpanya. terdengar dari arah samping pos ronda, ada suara kemerosok, seperti orang yang terjatuh ke dalam tumpukan sampah.
Deg!
Detak jantung Mbah Abun seolah terhenti, setelah mendengar suara itu. dia kaget karena dia sedang menikmati lamunan kesengsaraannya.
"Jangan-jangan!" gumam Mbah abun menerka-nerka.
Grok!
Belum saja selesai mengumpat, terdengar suara yang tidak asing di telinga, karena tadi siang ketika dia menonton pertunjukan adu babi, dia juga mendengar suara itu. Merasa dirinya berada dalam bahaya, Bah Abun terperanjat kaget, hendak keluar dari pos ronda, maksud hati dia ingin melarikan diri menjauh dari tempat itu. namun ketika dia melihat ke arah luar, terlihat seekor babi dengan sangat jelas, karena Cahaya Bulan menerangi sekitar area pos ronda. mata babi yang mengkilap tersinari oleh cahaya bulan, membuatnya terlihat semakin seram, Apalagi ditambah taringnya yang besar, semakin menambah kengeriannya.
Sama seperti Bah Abun, ketika dia melihat hewan yang ada di hadapannya sedang menatap ke arahnya. tiba-tiba kaki Mbah Abun menjadi lemas tak bisa digerakkan, mulutnya menganga, tercekak tertahan, tidak bisa berteriak. tubuhnya langsung ambruk. namun Mbah Abun tidak menyerah begitu saja, dengan sisa-sisa tenaga yang ada, dia pun mulai merangkak ke dinding pos ronda, hendak naik ke atas plafon, agar selamat dari serangan hewan hutan itu. Namun Belum saja naik ke atas tiba-tiba.
Bruk!!!
Babi hutan itu loncat naik ke atas Pos! Babi itu terpeleset tidak mampu menahan keseimbangan tubuhnya. Beruntung babi itu tidak jatuh menabrak tubuh Mbah Abun. Bah Abun yang tak jadi naik ke atas plafon. Namun dia semakin ketakutan, hingga akhirnya dia menjatuhkan tubuhnya di pojok Pos, menjauh dari babi yang sudah bangkit sambil menghadap ke arahnya.
Grok! grok!
Terdengar hewan itu mengeluarkan suara aslinya .suara yang paling ditakutkan oleh Mbah Abun. babi itu perlahan mendekati tubuh Bah Abun yang sudah lemas tak berdaya. babi itu mulai menyeruduk sarung Mbah abun, mengait dengan taringnya, persis seperti yang babi itu lakukan ketika di kampung situ.
"Bunuh saja, saya babi! tapi jangan sampai saya merasakan sakit." ujar Bah Abun yang terlihat sudah pasrah, menerima kejadian terburuk yang akan menimpanya.
Grok!
Jawaban babi itu, sambil menarik sarung Mbah Abun. merasa ada yang aneh dengan kelakuan babi itu, karena hewan itu tidak melukainya, hanya menarik-narik sarung yang ia kenakan. Mbah Abun pun dengan cepat melepaskan sarung itu, membiarkan sarungnya dibawa oleh babi.
Babi setelah mendapat sarung Mbah Abun, yang mengait di taringnya, dengan cepat babi itu meninggalkan Mbah Abun. Tak lupa dia bersuara sebelum pergi menjauh. Melihat kejadian yang aneh seperti barusan, membuat Bah Abun mengerutkan dahi, merasa bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya.
"Aduh!"
Desis Mbah Abun setelah dia menggigit jarinya, karena merasa tidak percaya, karena dua kali didatangi oleh babi hutan, dua kali pula dia selamat. hanya sarungnya saja yang menjadi korban, dibawa lari oleh babi hutan itu.
"Ternyata bukan mimpi, tapi kenapa babi itu hanya mengambil sarung, tidak mengambil yang lainnya." gumam Mbah Abun dalam hati, sambil terus menenangkan dirinya, yang masih merasa syok.
"Perut lapar, sarung sudah diambil oleh babi sial4n, orang yang mau diminta tolong malah melempar dengan lampu, sial banget Hidupku." Lanjut gumam Mbah Abun, tak terasa butiran bening kembali membasahi pipinya. dia merasa sangat menyesal. karena dia tidak mengikuti saran yang diberikan oleh istrinya, sampai harus mengalami kejadian nahas seperti sekarang.
*******
Kita kembali ke cerita Kipli, yang sedang ditanggap ceritanya oleh Jana dan Dadun, yang baru pulang menonton pertunjukan adu babi.
"Kok bisa seperti itu Kipli, masa iya tamu dilempar sama lampu." ujar Jana setelah mendengar cerita dari Kipli.
"Namanya juga takut Mang, kirain Kipli, itu hantu." jawab Kipli membela diri tak mau disalahkan.
"Kipli! Kipli! Kipli!" terdengar suara wanita yang memanggil nama bocah itu.
"Yah Ibu! Kipli ada di sini." jawab Kipli yang mengenali suara siapa yang memanggil.
Dengan cepat Marni pun mendekati arah anaknya, yang sedang dikerumuni oleh dua remaja tanggung.
"Suruh cari orang! malah ngobrol, dasar kamu memang benar-benar anak bandel!" seloroh Marni kepada anaknya.
"Tenang bi! tenang! kita enggak sedang mengobrol, tapi lagi bertanya kenapa Kipl nangis, terus kenapa malam-malam dia berada di sini, setelah mendengar penjelasannya, saya pun berniat untuk membantu, mencari tamu yang kabur dari rumah Bibi." ujar Dadun dengan cepat, agar tidak terjadi salah paham. Dia juga merasa kasihan sama Kipli, karena anak sekecil itu sudah disuruh-suruh, apalagi keadaan sudah malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments