15. Keanehan

"Ada goreng Uli, bah! sama goreng bakwan." jawab Salamah sambil menyimpan gorengan yang sudah ia tiriskan, ke dalam nampan jualannya.

Tanpa bertanya lagi, Mbah Abun mengambil gorengan yang sudah terhidang di atas nampan nampan jualan. dia mulai menyuap gorengan yang masih panas, sehingga membuat pipinya yang sudah mulai keriput, sedikit mengembung.

"Hati-hati! panas Abah." ingat Salamah yang melihat kelakuan Mbah Abun.

"Telat, Bi! Kirain sudah dingin." jawab Mbah Abun yang terdengar suaranya agak sedikit ngosom, karena lidahnya kebas kepanasan.

Salamah hanya menggeleng-gelengkan kepala, merasa lucu dengan tingkah pria tua yang seperti anak kecil, yang tidak bisa membedakan mana yang panas mana yang anget. padahal Mbah Abun memakan gorengan itu, dia mengambil pakai tangan, masa dia tidak bisa merasakan panasnya gorengan itu. sedangkan Mbah Abun dia meneruskan kembali sarapan gorengannya dengan perlahan, bahkan sebelum dimasukkan ke mulut, sekarang dia meniupnya terlebih dahulu, agar makanan itu sedikit dingin.

"Sudah bi! Abah makan, goreng uli lima, bakwannya lima. Totalnya jadi berapa?" tanya Mbah Abun sambil mengisi gelas dengan air minum.

"Rp250, Mbah!"

Mbah Abun pun merogoh kantong celananya, namun Alangkah terkejutnya dia, ketika uang yang diambilnya penuh dengan lumpur.

"Kenapa Mbah?" tanya Salamah yang merasa heran dengan perubahan mimik wajah Mbah Abun.

"Kok uang saya penuh dengan lumpur, Bi! Padahal tadi ketika diberikan oleh Mang sarpu, uangnya bersih."

"Uang dari Mang Sarpu?" ujar Salamah yang terkejut, kemudian dia bangkit dari tungku perapian, ingin melihat lebih jelas dengan apa yang disampaikan oleh pelanggannya.

"Iya Bi! lihat nih, uangnya penuh dengan Lumpur." ujar Bah Abun memperlihatkan uang yang ada di tangannya.

"Hati-hati, Mbah! nanti Abaj jadi tumbalnya lagi." ujar Salamah yang merasa kasihan, melihat Mbah Abun. dia takut pelanggannya menjadi salah satu korban dari kekayaan tetangganya, karena sudah jadi rahasia umum, kalau mang sarpu memiliki kelakuan yang aneh. Meski belum bisa membuktikan.

"Ah jangan suudzon seperti itu, bi! nggak baik. nggak apa-apa kan, uangnya penuh Lumpur? nanti bisa dicuci ini." sanggah Mbah Abun, sambil menyodorkan uang yang ada di tangannya.

"Saya takut bah! ya sudah! Abah nggak usah bayar, daripada saya nanti kena getahnya." ujar Salamah yang merasa ngeri dengan uang yang hendak diberikan oleh Mbah Abun.

"Bagaimana uang saya, semuanya jadi terkena Lumpur." jelas Mbah Abun yang mengeluarkan seluruh uang yang ia miliki.

"Abaaaah, nggak papa! Abah nggak usah bayar, mendingan Abah sekarang buruan pulang, nanti siluman babinya malah mampir ke tempat saya." usir Salamah yang merasa takut terjadi hal yang buruk menimpanya.

"Jangan begitu Bi! mang sarpu adalah sahabat baik saya Bi. nggak boleh memfitnahnya." tolak Mbah Abun yang tidak setuju dengan apa yang diucapkan oleh penjaga warung.

"Sudah! buruan pergi, Mbah! Sekali lagi saya mohon maaf, saya bukan tidak menghormati tamu. namun saya takut! Tolong mengerti dengan keadaan saya." ujar Salamah dengan mengiba, karena dia benar-benar merasa takut, dengan apa yang akan terjadi kepadanya. ketika dia menerima uang pembayaran dari Mbah Abun.

"Abah juga minta Maaf! bukannya Abah nggak mau bayar. tapi bibinya yang menolak!"

"Ya nggak apa-apa bah! doakan saja saya agar dapat rezeki yang lebih dari itu."

"Sekali lagi terima kasih!" ujar Bah Abun sambil kembali memasukkan uang pemberian dari mang sarpu ke dalam kantong celananya. walaupun uang itu penuh lumpur, namun bagi Bah Abun, itu sangat berharga.

"Iya bah! nggak apa-apa!" jawab Salamah yang merelakan penglarisnya hilang.

Setelah penjaga warung tidak mau menerima uangnya Mbah Abun pun berpamitan. hendak meneruskan perjalanannya kembali ke rumah yang berada di kampung Ciandam.

****

Burung-burung berkicau di ranting-ranting pohon, seolah ikut merasa bahagia, karena sebentar lagi Mbah Abun akan memiliki usaha yang baru. mentari yang baru terbit dari ufuk sebelah timur, memberikan hangat ke semua makhluk yang berada di bawahnya, tampak satupun terkecuali.

Di Jalan Setapak terlihat ada seorang pria tua, dengan menggunakan topi koboi kebanggaannya. sedang berjalan dengan Roman wajah berseri-seri, namun hatinya tidak bisa berbohong, karena baru saja dia mengalami kejadian aneh, yang tidak dimengerti oleh nalarnya.

"Kalau tahu uangnya akan berubah menjadi penuh dengan Lumpur, mendingan aku memakan makanan oleh-oleh dari mang sarpu buat si Ambu." gerutunya yang merasa malu, mengingat kejadian ketika dia hendak membayar sarapan paginya.

Tak diceritakan lamanya di perjalanan, akhirnya Mbah Abun pun sampai di rumahnya. dengan cepat Ambu Yayah menyambut kedatangan suaminya, dengan mengambilkan air teh lalu dihidangkan. sedangkan cemilannya, Ambu yayah membuka bungkusan plastik yang dibawa suaminya, oleh-oleh dari mang sarpu.

"Dari mana saja abah, kok baru pulang? kirain ambu, Abah kenapa kenapa." tanya istri Mbah Abun sambil menatap ke arah suaminya.

Mbah Abun pun mulai menceritakan kejadian yang dia alami, kejadian ketika dia hendak Diseruduk oleh babi hutan saat menonton pertunjukan adu babi. namun Mbah Abun tidak menceritakan semuanya, karena di situ ada Ranti yang baru pulang dari ******. Dia ikut bergabung bersama keluarganya.

"Masa! nggak apa-apa Bah! kan diseruduk sama babi? Coba ambu lihat perutnya, nanti ada luka lagi!" ujar Abu Yayah Yang merasa khawatir dengan keadaan suaminya.

"Benar ambu!" jawab Mbah Abun sambil mengangkat baju kampret yang ia kenakan. benar saja, tidak ada luka yang berarti di perut Mbah Abun, hanya ada goresan yang sudah tak terlihat.

"Makanya kata Ambu juga! jualan itu jangan jauh-jauh. Nanti kalau sudah paham dengan caranya berjualan berkeliling. baru mencoba berjualan ke kampung yang jauh. Untuk sekarang yang deket-deket saja." Ambu Yayah kembali memberikan nasehat kepada suaminya.

"Iya ambu! lain kali Abah akan berjualan ke kampung-kampung yang dekat dengan daerah kita." jawab Mbah Abun

"Oh iya, bagaimana keadaan Mang sarpu.Apakah mereka sehat?" tanya Abu Yayah Yang sudah sangat mengenal sahabat suaminya.

"Sehat ambu! Bahkan bukan sehat lagi, sehat banget marahan! Sekarang kehidupan Mang sarpu berbanding 180 derajat dari kehidupan yang dulu. sekarang rumahnya paling besar, paling bagus. Sawahnya paling luas, padinya paling banyak." jelas Bah Abun terlihat raut wajah bangga kepada sahabatnya.

"Iya yah, Bah! dulu kita yang seperti itu, Mang sarpu yang di bawah. sekarang Mang sarpu yang di atas, kita yang di bawah. benar-benar, kehidupan itu seperti roda yang berputar." ungkap Ambu Yayah mengenang kembali ke masa jayanya .

"Eh malah ngobrol, Tolong ambilkan golok, sama gergaji! Abah mau ngambil bambu, kebetulan iratan kita sudah habis kan?" pinta Mbah Abun yang terlihat bangkit dari tempat duduknya.

"Istirahat saja dulu, bah! besok baru mulai kerja kembali."

"Iya Abah! Lagian kita kerja keras juga nggak ada hasilnya. mending nikmatin kesengsaraan kita." ujar Ranti membenarkan pendapat ibunya.

"Justru kita sengsara! Makanya kita harus giat bekerja. masalah hasil atau tidaknya itu urusan sang pencipta." jelas Mbah Abun sambil tersenyum menanggapi perkataan polos anaknya.

Abu Yayah pun akhirnya mengalah, dengan sedikit gontai, karena merasa kasihan terhadap suaminya. dia pergi ke dapur, mengambil peralatan sesuai yang Mbah Abun minta. lalu kembali ke ruang tamu, untuk memberikan peralatan yang baru saja ia ambil.

"Hampir lupa! Abah belum memberikan hasil penjualan penanak nasi kita, serta uang pemberian dari mang sarpu." ujar Bah Abun sambil merogoh kantong celananya, kemudian dia mengeluarkan uang yang berlumpur tadi. namun Alangkah terkejutnya dia, ketika mengetahui uang itu bersih tanpa ada sedikitpun noda yang menempel.

"Kenapa Abah bengong, Nggak jadi ngasih uangnya?" tanya Abu Yayah sambil menatap heran ke arah suaminya.

"Jadi kok! jadi! nggak apa-apa!" jawab Mbah Abun yang terlihat gugup, menyembunyikan rasa herannya. dengan cepat dia membagi uang itu, sebagian diberikan kepada istrinya sebagai nafkah, sebagian lagi ia bawa untuk membeli bambu yang hendak dijadikan iratan.

Setelah memberikan uang hasil penjualan aseupan, Mbah Abun pun pergi menuju ke rumah Mang Juju untuk membeli kembali bambunya. begitulah Mbah Abun yang selalu semangat dalam mencari kehidupan untuk keluarganya. tidak ada kata lelah, ketika dia mencari nafkah, dia Terus semangat meski hasilnya sedikit.

******

Malam hari. suara kodok dari arah sawah terdengar saling bersahutan, seolah memberitahu kepada teman-temannya, bahwa waktu itu adalah waktu untuk mencari makanan. serangga-serangga malam pun, tak ketinggalan untuk meramaikan Sepinya malam di perkampungan.

Di tengah rumah mbah Abun, terlihat ada tiga orang yang sedang duduk mengobrol, sambil menurunkan nasi Setelah makan malam.

Episodes
1 1 Mbah Abun
2 2. Semangat
3 3. Selalu Semangat
4 4. BERUBAH
5 5 MULAI BERMASALAH
6 6 Petaka
7 7 Merintis Kembali
8 8 Adu Babi
9 9. Nyaris
10 10 Mang Sarpu
11 11. Hantuuuuu!
12 12. Lagi Dan Lagi
13 13. Sambutan Mang Sarpu
14 14. Ada Rahasia
15 15. Keanehan
16 16. Berunding
17 17. Sepakat
18 18. Berangkat
19 19. Aturan
20 20. Masuk
21 21. Prabu UWUL-UWUL
22 22. baju hikmat
23 23. KEMBALI
24 24. Lentra
25 25. TAK MULUS
26 26. hampir
27 27. Ingin
28 28 mengungkapkan
29 29. diskusi
30 30. hasil Rapat
31 31. galih
32 32. pacar galih
33 33. Mita
34 34. fitnah mita
35 35. berlanjut
36 36. biang kerok
37 37. Amarah Sarman
38 38 NIAT SARMAN
39 39. Hasutan Sarman
40 40. GALIH DAN RANTI
41 41. Daus
42 42. Sarman Berulah
43 43. mulai beraksi
44 44. celaka
45 45. Rencana
46 46. penasaran
47 47. jadi babi hutan
48 48. kembali ke mbah Abun
49 49. kila-kila
50 50. Keputusan
51 51. Ranti Menghilang
52 52. Babi beranting
53 53 pedoman mencari Ranti
54 54. mulai mencari
55 55. sang Pemburu
56 56. pedoman
57 57. petunjuk
58 57. Bias
59 59. pencarian Daus
60 60. Saran Aki Makmun
61 61. Menjalankan
62 62. Menemui umi Erot
63 63. diserang Babi
64 64. Dilukai
65 65 belatung diluka Saraman
66 66. Rahasia Sarman
67 67. Prasangka
68 68. disudutkan
69 69. Sarman Dibawa
70 70. Sarman Kehujanan
71 71. malang
72 72. pilu
73 73. Pupus
74 74. Galih dan Daus
75 75. Retak
76 76. Susah
77 77. masalah terus
78 78. perjuangan
79 79. kabar Baik
80 80. bah Abun pulang
81 81. diskusi
82 82. diskusi
83 83. pengumuman
84 84. Kesedihan Ranti
85 85. Cobaan Bertubi-tubi
86 86. ketakutan Inah
87 87. akhirnya Bisa Makan
88 88. Bantuan
89 89. Mbah turo
90 90. sajen
91 91. berdamai dengan suasana
92 92. Terjebak
93 93. Diboyong
94 94. dikerjai
95 95. harapan
96 96. Memahami
97 97. menunggu kepastian
98 98. Surya Jaya
99 99. Penjelasan Sujiman
100 100. Persetujuan Hamidah
101 101. Antusiasme
102 102. diadukan
103 103. Ditawar
104 104. dijual
105 105. TAMAT
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1 Mbah Abun
2
2. Semangat
3
3. Selalu Semangat
4
4. BERUBAH
5
5 MULAI BERMASALAH
6
6 Petaka
7
7 Merintis Kembali
8
8 Adu Babi
9
9. Nyaris
10
10 Mang Sarpu
11
11. Hantuuuuu!
12
12. Lagi Dan Lagi
13
13. Sambutan Mang Sarpu
14
14. Ada Rahasia
15
15. Keanehan
16
16. Berunding
17
17. Sepakat
18
18. Berangkat
19
19. Aturan
20
20. Masuk
21
21. Prabu UWUL-UWUL
22
22. baju hikmat
23
23. KEMBALI
24
24. Lentra
25
25. TAK MULUS
26
26. hampir
27
27. Ingin
28
28 mengungkapkan
29
29. diskusi
30
30. hasil Rapat
31
31. galih
32
32. pacar galih
33
33. Mita
34
34. fitnah mita
35
35. berlanjut
36
36. biang kerok
37
37. Amarah Sarman
38
38 NIAT SARMAN
39
39. Hasutan Sarman
40
40. GALIH DAN RANTI
41
41. Daus
42
42. Sarman Berulah
43
43. mulai beraksi
44
44. celaka
45
45. Rencana
46
46. penasaran
47
47. jadi babi hutan
48
48. kembali ke mbah Abun
49
49. kila-kila
50
50. Keputusan
51
51. Ranti Menghilang
52
52. Babi beranting
53
53 pedoman mencari Ranti
54
54. mulai mencari
55
55. sang Pemburu
56
56. pedoman
57
57. petunjuk
58
57. Bias
59
59. pencarian Daus
60
60. Saran Aki Makmun
61
61. Menjalankan
62
62. Menemui umi Erot
63
63. diserang Babi
64
64. Dilukai
65
65 belatung diluka Saraman
66
66. Rahasia Sarman
67
67. Prasangka
68
68. disudutkan
69
69. Sarman Dibawa
70
70. Sarman Kehujanan
71
71. malang
72
72. pilu
73
73. Pupus
74
74. Galih dan Daus
75
75. Retak
76
76. Susah
77
77. masalah terus
78
78. perjuangan
79
79. kabar Baik
80
80. bah Abun pulang
81
81. diskusi
82
82. diskusi
83
83. pengumuman
84
84. Kesedihan Ranti
85
85. Cobaan Bertubi-tubi
86
86. ketakutan Inah
87
87. akhirnya Bisa Makan
88
88. Bantuan
89
89. Mbah turo
90
90. sajen
91
91. berdamai dengan suasana
92
92. Terjebak
93
93. Diboyong
94
94. dikerjai
95
95. harapan
96
96. Memahami
97
97. menunggu kepastian
98
98. Surya Jaya
99
99. Penjelasan Sujiman
100
100. Persetujuan Hamidah
101
101. Antusiasme
102
102. diadukan
103
103. Ditawar
104
104. dijual
105
105. TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!