Marni setelah mempersilahkan tamunya masuk ke dalam rumah. dia pergi ke arah dapur, Dia meminta izin kepada tamunya dengan alasan untuk mengambilkan air minum, serta menyalakan lampu. namun dia tidak melakukan hal itu, dia malah diam di dekat Tungku masak yang tidak menyala, sambil terus membaca mantra-mantra.
Dia bukan tidak ingat di rumahnya ada tamu, namun ada satu hal penting, yang sulit untuk dia Jelaskan. sehingga dia mengabaikan tamunya.
Ceklek!
Pintu dapur pun ada yang mendorong, terdengar suara anaknya yang menyapa.
"Ke mana saja kamu Kipli! Kok jam segini baru pulang?"
"Habis salat dari masjid Bu! kenapa rumah kita masih gelap?" tanya Kipli yang masih berumur 7 tahun.
"Ibu lupa belum menyalakan lampu, soalnya Ibu masih bingung, bapak kamu sampai saat ini belum pulang." jawab Marni memberi penjelasan.
"Emang bapak kemana? Nyalain dong Bu, lampunya! nanti Kipli takut kalau gelap seperti ini." rengek anak itu meminta ibunya.
"Mau nyalain Bagaimana Kipli! Kita kan nggak punya korek, korek yang kita punya, dibawa oleh Bapak kamu."
"Nyalain lampu dong Bu!" takut Kipli, anak itu semakin merengek.
"Ya sudah! kamu minta api sama tetangga. itu lampunya ada di dinding." walaupun Sebenarnya dia tidak boleh menyalahkan cahaya, namun melihat anaknya yang terus merengek, Akhirnya dia pun mengalah.
"Ibu aja sih! Kipli takut."
"Masa anak laki-laki takut! anak laki-laki itu harus berani. Barusan saja main nggak takut." dengus Marni.
Kipli yang merasa ketakutan oleh dua hal, pertama dia takut gelap yang kedua takut ibunya marah. Akhirnya dia memaksakan diri berjalan mendekati dinding, kemudian dia mengambil lampu Damar yang tersimpan di situ.
"Ini bukan Bu lampunya?" Tanya Kipli setelah Dia memegang lampu Damar.
"Iya itu! sudah buruan Sana! minta api sama tetangga."
Kipli setelah mendapat perintah Untuk yang kesekian kalinya, dia pun berjalan menuju ruang tengah rumahnya.
"Kamu nggak lewat pintu dapur saja ?"
"Nggak ah, Bu! kalau lewat pintu dapur Gelap banget, Kipli takut."
Mbah Abun yang mendengar percakapan ibu dan anak itu. dengan inisiatif sendiri, ketika Kipli masuk ke ruangan tamu di mana Mbah Abun menunggu Marni, yang tak kunjung datang. dengan cepat dia pun menyalakan korek apinya, namun Kipli yang tidak tahu kalau di ruang tamu ada orang, anak kecil itu pun kaget.
Hantuuuuuuuu!
Teriak Kipli sambil melemparkan lampu Damar yang dia bawa, ke arah cahaya yang baru saja menyala, dengan berteriak yang begitu nyaring dan keras. kemudian dia kembali ke arah dapur, memeluk ibunya. sedangkan Mbah Abun ketika mendengar Kipli berteriak, dia juga merasa kaget dan takut ketika mendengar ada teriakan hantu. dia pun dengan cepat berlari menuju arah pintu, tak lupa Sebelum pergi. dia mengambil dagangannya terlebih dahulu. Mbah Abun Terus berlari terbirit-birit Pergi menjauhi rumah Marni.
"Kamu kenapa Kipli! kamu teriak-teriak seperti itu. mengagetkan orang, senang ya membuat orang tuamu jantungan seperti ini!" gerutu Marni yang kesal terhadap anaknya.
"Ada hantu Bu! ada hantu! hantuuuuu!" ucap Kipli terus memeluk ibunya, bahkan menyembunyikan kepalanya ke sarung Marni.
"Eh anak bandel! mana ada hantu jam segini. kamu ngapain lagi masuk ke dalam sarung." Ujar Marni yang memegangi sarungnya karena terus-menerus ditarik oleh anaknya.
"Hantu Bu! itu di ruang tamu ada hantu!" ucap Kipli tanpa memperdulikan ibunya yang terus marah-marah, bahkan beberapa kali mendorongnya agar menjauh.
Mendengar keterangan Kipli, Marni pun seolah tersadar. bahwa di ruang tamu ada Mbah Abun yang sedang menunggunya mengambil air.
"Eh bandel! itu bukan hantu, iitu tamu yang mau nginep di rumah kita." ujar Marni sambil bangkit dari tempat duduknya. Kipli yang masih merasa ketakutan, dia terus menguntit di belakang ****4* marni, sambil terus memegang sarung orang tuanya.
"Mana hantunya?" tanya Marni setelah berada di ruang tamu.
"Itu Bu! itu!"
"Mana! itu bukan hantu! Di situ tidak ada apa-apa!" Bentak Marni dengan sangat kesal. karena masalah yang sedang dihadapi belum selesai, Ditambah lagi dengan masalah yang ditimbulkan oleh anaknya.
"Tadi di situ Bu!" ucap Kipli sambil menunjuk ke arah di mana Tadi Mbah Abun menyalakan korek.
"Sudah! Kamu jangan mengada-ngada! di sini nggak ada hantu, yang tadi itu adalah orang yang bertamu ke rumah kita. sekarang cepetan kamu minta api ke tetangga, buruaaaaan!" seru Marni sambil melepaskan pegangan anaknya.
"Takut Bu!"
"Nggak nurut, Ibu jewer, nih!" Ancam Marni sambil memegang telinga anaknya, mendapat ancaman itu Kipli pun bingung dengan apa yang harus dia lakukan.
"Tapi bu, tapi!" Ucap Kipli tidak melanjutkan pembicaraannya
"Tapi apaaaaa?"
"Lampunya juga nggak ada!"
"Apa kamu bilang, nggak ada? Bukannya tadi udah kamu bawa."
"Iya bu! tapi tadi aku lempar ke arah hantu itu."
"Bandeeeeel!" teriak Marni sambil memutar telinga anaknya, sehingga membuat Kipli meringis menahan rasa sakit.
"Aw! sakit Bu, sakit!"
"Lagian Kamu sih! bandelnya nggak ketulungan! sekarang buruan Cepat cari lampunya! kalau nggak, Ibu jewer lagi sampai putus tuh, telinga." ancam Marni.
Mendapat ancaman seperti itu. Kipli dengan terpaksa dia mulai meraba-raba setiap sudut rumahnya, mencari keberadaan lampu Damar yang tadi ia lemparkan. sedangkan Marni ibunya Kipli, dia pergi lagi ke dapur, kemudian dia jongkok di dekat tungku perapian yang tidak dinyalakan. Melanjutkan aktivitas membaca mantranya.
Lama mencari, akhirnya Kipli pun menemukan lampu yang ia cari.
"Ibu lampunya sudah ketemu! tapi minyaknya semuanya tumpah, tak tersisa." teriak Kipli dari arah ruang tamu.
"Dasar anak bandel!" gerutu Marni sambil menghentikan bacaan mantranya.
"Terus bagaimana dong, Bu? Kipli takut kalau gelap seperti ini?"
"Ya sudah minta apinya sama tetangga! sekalian pinjam minyaknya, besok kita ganti." seru Marni sambil berteriak pula.
Tanpa ada pertanyaan lagi karena Takut dimarahi ibunya, Dengan malas Kipli pun berjalan ke arah pintu. meski dia merasa takut, namun dia lebih takut ketika ibunya marah, dia berjalan mendekati rumah tetangga yang terdekat.
"Punten! Punten! Bi Aniiii! Bi Ani!" Panggil Kipli sambil menggedor rumah tetangganya.
"Iya ada apa Kipli! kok tadi ribut banget di rumah, ada apa?" tanya tetangga Kipli yang bernama Ani.
"Iya Bi! tadi di rumah Kipli ada hantu, ternyata menurut ibu, itu bukan hantu, tapi tamunya ibu." ujar Kipli menceritakan kejadian yang baru saja ia alami.
"Terus kamu mau ngapain ke sini?" tanya ani sambil menatap ke arah Kipli, yang tak terlihat jelas karena hanya diterangi oleh cahaya lampu dari dalam rumah.
"Mau minta api! sekalian pinjam minyaknya. besok kata ibu diganti," jawab Kipli menjelaskan maksud dan tujuannya.
Bi ani pun tanpa bertanya lagi, karena sudah kebiasaan warga kampung untuk saling tolong menolong dengan tetangganya. dia pergi ke arah dalam rumah, untuk mengambil barang sesuai permintaan Kipli. Tak ama menunggu, bi Ani kembali mendekati Kipli, dengan membawa botol yang berisi minyak tanah. kemudian dia menuangkan minyak tanah itu ke lampu yang dibawa oleh Kipli. Setelah lampu itu terisi dengan minyak, dia pun menyalakan korek untuk menyalakan Damar milik Kipli.
Setelah lampunya menyala, Kipli pun mengucapkan terima kasih, kemudian dia berjalan pulang kembali ke rumahnya, yang berjarak beberapa meter saja, tangan mungil kipli menutupi api di lampu, agar tidak tertiup dengan angin.
Setelah sampai di rumah, terlihat ibunya sedang berdiri, di ambang pintu, menunggu kedatangan Kipli.
Sedatangnya Kipli, Marni dengan cepat mengambil lampu yang dibawa oleh anaknya masuk ke dalam rumah. Setelah berada di dalam rumah, Marni membagi minyak yang ada di dalam lampu ke lentera yang terbuat dari kaca. setelah lentera yang terbuat dari kaca itu terisi dengan minyak, dia pun menyalakan lampu Lentera itu. sehingga membuat ruangan di dalam rumahnya semakin terang, karena ada dua lampu yang menyala.
"Anak bandel! sekarang kamu harus belajar tanggung jawab, dengan apa yang kamu perbuat." ujar Marni sambil menatap tajam ke arah anaknya.
"Maksudnya bagaimana, Bu?" tanya Kipli yang merasa heran.
"Kamu cari kembali, orang yang tadi kamu lempar dengan lampu. Cari sampai ketemu dan suruh kembali ke sini! kamu nggak boleh pulang! sebelum bisa membawa orang itu" ujar Marni dengan tegas. Terlihat seperti orang yang tega namun Marni memiliki alasan lain sehingga menyuruh anaknya seperti itu. Kemudian Marni memberikan lentera yang baru saja ia Nyalakan, Lentera Yang tidak akan mati ketika ada angin berhembus. Karena api yang nyala di lantara itu berada di dalam kaca.
"Tapi Bu, Kipli takut!"
"Ya sudah kalau kamu nggak mau mencari, kamu tidak boleh tidur di rumah malam ini. Buruan keluar dari rumah Ibu." Ancam Marni yang terdengar tegas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments