Rara merasa kesal dengan perlakuan Satria kepadanya. Rara lalu menarik kerak baju Satria.
Rara membentak, "Kenapa kamu gemar sekali menggangguku!"
"Kenapa? kamu merasa takut karena gak bisa menahan diri lalu mencium ku seperti semalam." Kata Satria.
Rara begitu malu saat Satria mengatakan hal itu.
Tiba-tiba ada orang yang memotret mereka berdua. Rara mendengar suara kamera, dan segera melepaskan tangannya yang memegang kerak baju Satria. Rara menoleh ke sumber suara, yang ternyata dua orang tadi. Yang merupakan penggemar couple Rara dan Satria.
"Siapa sih kalian ini!" teriak Rara.
"Namaku Jeje dan namanya Sasa. Dan kami adalah penggemar SaRa." jawab mereka berdua.
"Apa itu SARA?" tanya Rara tidak paham.
"Jangan berlagak gak tahu apa-apa deh Ra! Aku tahu kalian berdua lagi malu-malu." Kata Sasa.
Mereka berdua menunjukan foto yang baru saja mereka ambil. Foto yang dimana Satria menyentuh bibir Rara. Kedua orang tua itu, berhalusinasi seolah-olah adegan itu merupakan adegan mesra Rara dan Satria.
" Apa yang kalian lakukan benar-benar seperti sepasang suami istri!" ucap mereka berdua.
Rara merasa kesal dengan kelakuan mereka berdua.
" Jadi ini semua ulah kalian berdua!" Bentak Rara
Rara berjalan menghampiri mereka dengan marah. Namun di cegat oleh Satria. Satria menarik tangan Rara, hingga membuat Rara terjatuh di pelukannya Satria. Adanya momen itu, membuat kesempatan bagi Jeje dan Sasa untuk mengabadikan momen itu. Merasa malu, Rara segera mendorong Satria dan berlari pergi meninggalkan mereka. Jeje dan Sasa segera mengikuti Rara. Satria hanya terdiam melihat tingkah kedua orang itu.
Rara sudah bersembunyi agar kedua orang itu tidak mengikutinya. Rara merasa frustasi akibat kedua orang itu yang membuat semua orang percaya dengan hubungannya bersama Satria. Rara menyakinkan diri, jika dia tidak akan membuat kedua orang itu menghancurkan kisah cinta pertamanya. Namun, Rara berfikir mengapa Satria hanya berdiam saja saat kedua orang itu bertindak seperti itu terhadap mereka berdua.
"Saatnya aku membuang sampah-sampah ini."
Rara tersentak, karena dirinya bersembunyi disebuah kardus dekat tempat sampah. Tapi untungnya orang itu tidak mengangkat kardus yang ada Rara didalamnya.
Rara mendengarkan suara Bima. Yang menanyakan waktu luang dihari Sabtu kepada seseorang. Saat mendengar suara jawaban dari orang yang berbicara dengan Bima. Ternyata Rara mengenal orang itu yang tak lain adalah Satria. Rara mendengar Bima mengajak Satria menonton film bersama, Satria menyetujui permintaan Bima. Hal itu membuat Rara kesal. Kenapa Bima mengajak Satria dan Kenapa pula Satria menyetujui permintaan itu. Rara tidak mau tinggal diam, dia akan segera mencari bantuan untuk bisa dekat dengan Bima.
Geng Anjay berjalan menuju lokasi pembuangan sampah.
"Berani sekali mereka melakukan perundungan terhadap kakak kita." kata Ken.
"Dimana cowok sombong itu? dimana dia bersembunyi?" Tanya Jay.
"Jika kita menemukan, kita harus menghajarnya habis-habisan." ujar Ken lalu kardus yang dimana tempat bersembunyi.
Ke empat geng Anjay bergantian menendang kardus tempat persembunyiannya Rara. Rara merasa kesakitan. Dia juga tidak mungkin keluar dikarenakan Jeje dan Sasa masih berada disitu. Mereka berdua tengah memposting foto yang baru mereka dapat dengan caption romantis. Mereka berdua berencana untuk menemukan lebih banyak momen Rara dan Satria agar bisa menambah penggemar di akun mereka. Sedangkan Rara menahan rasa sakit akibat geng Anjay yang terus menendang kardus dimana didalamnya masih ada Rara. Rara mengutuk dirinya karena sudah salah pilih tempat untuk bersembunyi.
Di sisi lain, Raden tengah mengambil makanan di kantin. Dia merasa aneh karena matanya berkedip. Raden pernah mendengar sebuah tahayul yang mengatakan jika mata bagian kanan berkedip tandanya akan beruntung, namun kalau mata bagian kiri berkedip maka akan mengalami kesialan. Saat Raden tengah memikirkan matanya, tidak disangka dia berpapasan dengan Mira.
"Raden! Kamu ada apa? lagi-lagi kamu meninggalkan kelas tanpa menungguku." Ujar Mira
" Kenapa aku mesti menunggu kamu? Aku lapar." ucap Raden berjalan menuju meja makan.
Mira mengikuti Raden dan duduk berhadapan dengan Raden. Raden menikmati makanannya sedangkan Mira masih menatap makanan.
"Ada apa lagi sekarang?" tanya Raden yang melihat Mira belum menyuap satu sendok nasi ke mulutnya.
" Lihatnya sayuran tumis ini. Begitu berminyak. Seperti mereka terlalu banyak menggunakan minyak." Jawab Mira.
"Oh, kamu ini terlalu pemilih. kamu gak mau memakannya?" tanya Raden.
"Mau kok." jawab Mira.
"Dasar lemah." ucap Raden.
Raden memberikan minuman kepada Mira. Tak lupa Raden membuka botol minuman itu untuk Mira. Mira tersenyum senang tidak lupa dia mengungkapkan terima kasih kepada Raden.
"O iya, tadi dosen memberikan tugas laporan kelompok saat kamu sudah keluar dari kelas. Jadi, aku putuskan untuk memasukan kamu kedalam kelompokku." ujar Mira.
"Siapa lagi yang ada dikelompokkan itu?" tanya Raden.
"Hanya kamu dan aku. aku sangat senang bisa berkerja sama denganmu lagi." Kata Mira tersenyum senang.
Tetapi tidak bagi Raden, dia hanya terdiam mendengar perkataan Mira. Raden menatap Mira, dalam pandangannya Mira terlihat manis saat tersenyum. Namun, Raden menampar pipi sendiri agar segera sadar.
"Jadi ini yang kamu sebut dengan kelompok? Kalau begitu begini saja, ayo kita pilih proyek yang sederhana. Jangan membuatku bekerja terlalu malam. Jangan cari tempat yang terlalu jauh. Karena aku malas." Kata Raden.
" Proposal ku sangatlah mudah. Proyek untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai DBD." Ujar Mira.
"Semudah itu? Gak perlu mengerjakan banyak hal, kan?" tanya Raden senang.
" Gak perlu. Aku hanya berfikir memberikan penyuluhan kepada 50 orang penduduk saja." Jawab Mira.
"Namun, kita gak harus pergi terlalu jauh, kan?" tanya Raden lagi.
" Gak terlalu jauh. Cukup dalam perjalanan kurang lebih dua jam dari tempat tinggal kita." jawab Mira.
Jawaban Mira membuat Raden mengumpat. Bagaimana bisa jarak lebih dari dua jam bisa dikatakan dekat oleh Mira.
"Kenapa kamu gak bertanya sama aku dulu sih, sebelum memilih tempat." bentak Raden.
Dengan rasa takut Mira menjawab, "Soalnya kamu sudah duluan meninggalkan kelas. Karena dosen ingin mendengar beberapa ide sehingga aku mengatakan ide yang kupikirkan ini."
Raden menatap Mira, dia merasa aneh dengan kedua matanya. Saat Mira menanyakan apakah dia salah mengatakan itu. Di mata Raden, Mira terlihat begitu menggemaskan. Bahkan Raden melihat wajah Mira yang cemberut, membuat Raden tidak kuasa untuk marah pada Mira.
"Jangan menunjukan ekspresi wajah seperti itu. kamu membuat hatiku menjadi lemah." ujar Raden lembut
Mira tersenyum senang, saat Raden tidak marah lagi padanya.
" O iya Raden, kata dosen ada mahasiswa semester 7 yang mengikuti kelas kita. Padahal kelas ini begitu mudah, aku gak menyangka jika ada senior yang harus mengulangi kelas ini." ujar Mira.
Raden tersenyum kikuk, karena apa yang di ujarkan Mira adalah dirinya. Raden pura-pura tertawa dan mengatakan orang itu bodoh. Seolah-olah bahwa orang yang dikatakan Mira itu bukanlah dia. Raden tidak mau memberitahu Mira tentang sebenarnya dialah orang yang dikatakan dosen itu. Karena Raden malu, jika Mira tahu mungkin mira akan terus mengejeknya. Namun tidak disangka teman-teman yaitu geng Anjay menemui Raden.
"Senior Raden, kami harus bicara denganmu." kata Ken.
"Mengapa mereka memanggilmu senior? Apa mereka lebih muda darimu?" tanya Mira.
"Gak! mereka semua ini temanku. benar,kan?" Kata Raden memberi kode kepada geng Anjay.
Untungnya saja geng Anjay itu mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments