Rara masih berdiri di pemberhentian bus sambil memegang dadanya. Tidak disangka ada sebuah motor yang melaju kencang di jalan, membuat air hujan yang tergenang di jalan terciprat ke wajah Rara. Rara belum menyadari bahkan dalam hatinya mengatakan orang yang sedang jatuh cinta merasakan senang dan bersemangat. Bahkan ada sebuah motor datang dan kembali wajah Rara terkena air. Lagi-lagi Rara malah berkata dalam hati jika dirinya baru saja mandi dengan air suci. Begitulah jatuh cinta, terkena cipratan air hujan pun tak masalah. Hingga tak terasa dirinya sudah basah kuyup. Lalu Rara menyadari kebodohannya.
"Rara, kamu sudah pulang?" teriak mama Rara dari luar kamar Rara.
"Iya ma". jawab Rara
" Kamu pergi kemana? kamu tidak makan malam dulu?" tanya mama Rara.
"Aku sudah kenyang ma". jawab Rara.
"Kenyang gimana?"
"Aku sudah kenyang akan cinta ma".
"Apa?"
"Bukan apa-apa ma".
"Apa yang terjadi padamu?" tanya mama Rara sembari meninggalkan pintu kamar Rara.
Di dalam kamar Rara menempel stiker pemberian cowok tadi di kaca riasnya sambil tersenyum. Rara lalu ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Hari ini, Rara pertama kalinya bisa berbicara dengan orang yang selama ini dia sukai. Namanya Bima, Rara tahu sebab baru saja dia mencari akun media sosial cowok yang bertemu dengannya tadi siang. Mendengar nama Bima membuat Rara ingin segera pergi menuju galaksi Bima sakti (haha).
Setelah kejadian di hari valentine, Rara sudah mencari tahu cowok yang membantunya itu.
Nama cowok itu adalah Bima Pratama, mahasiswa semester 3 fakulitas kedokteran. Terkadang Rara berkunjung ke fakulitas kedokteran untuk sekedar melihat Bima. Bagi Rara semakin menatap Bima, semakin menggemaskan Bima di matanya. Bahkan Rara menjuluki Bima sebagai bintang yang ingin digapai oleh semua orang. Setiap yang dilakukan Bima, terlihat menawan di mata Rara. Rara juga mengetahui jika Bima sangat menyukai roti isi coklat.
"Aduh! dia begitu menggemaskan!" kata Rara sambil mengintip Bima yang sedang menyantap roti isi coklat kesukaannya.
Rara juga suka mengecek status di media sosial Bima. Seperti saat ini Bima membuat status hari ini panas, bagi Rara itu terlihat menggemaskan. Namun tak disangka, saat Rara membaca semua komen di status media sosial Bima. Ada satu komentar yang membuat Rara terlihat tak begitu menyukai komentar dari orang itu.
"Lagi-lagi kamu, Satria!" kata Rara kesal.
Selama ini, bahkan hampir berbulan-bulan Rara mengikuti Bima. Rara selalu melihat Satria itu bersama Bima. Karena sudah sering mengikuti kegiatan Bima, Rara sering melihat Satria yang terus menempel pada Bima. Hal itu membuat Rara tidak begitu menyukai Satria, karena Satria selalu menggangu aktifitas Rara untuk dekat dengan Bima. Rara menganggap jika Satria adalah benalu yang terus mengganggunya untuk mendekati bima. Setiap Rara ingin mendekati Bima, Satria selalu muncul duluan.
"Mengapa cowok itu selalu nempel sama Bima?" kata Rara kesal saat melihat Satria memanggil Bima.
Saat Rara mengikuti Bima yang sedang makan dengan Satria. Rara berdoa jika cowok yang duduk dekat dengan Bima itu tersedak dari minumannya. Saat pertandingan basket, Rara benar-benar merasa kesal. Saat Rara hendak membawa minuman untuk Bima, malah justru keduluan oleh Satria.
"Dasar pengacau!". teriak Rara di kamar mandi.
Diluar kamar mandi terdengar suara yang berteriak.
"Mengapa kau berteriak seperti itu? dasar berisik!"
Teriakan itu merupakan suara dari kakak keduanya Rara yang bernama Raden. Yang dikagumi teman sekelas Rara karena tampangnya yang tampan.
"Ada masalah apa si! Aku mau buang air malah gak jadi " tanya Raden.
"Tidak ada apa-apa". jawab Rara.
" Tidak ada apa-apanya gimana? Bahkan aku sering melihat kamu menggerutu di depan ponselmu."
"Terserah Rara! yang jelas itu bukan urusan Abang. Sekarang Abang masuk ke kamar mandi dan lanjutkan kegiatan abang". kata Rara hendak pergi.
" Kau bertindak seolah menghindar, ini pasti urusan percintaan". Kata Raden menebak setelah gejala yang dialami Rara.
Rara terdiam saat Raden mengatakan hal itu.
"Kau pasti sedang menyukai orang secara diam-diam kan?" tanya Raden.
"Hmm..biar aku tebak, Bima kan?" tanya Raden lagi.
Mendengar nama Bima, Rara langsung menoleh ke arah abangnya itu.
"Bagaimana Abang tahu?" tanya Rara.
"Bagaimana aku tidak tahu? aku ini abang mu, jelas aku sangat mengenalimu". kata Raden sambil mengedipkan sebelah mata.
"Hmm.. teriakan tadi pasti sebuah kekesalan karena kau punya saingan, kan? dan bahkan sekarang kau merasa khawatir karena tidak bisa sedekat itu dengan Bima." Kata Raden.
Menurut Raden, adiknya itu tidak akan bisa dekat dengan Bima, karena adiknya seorang anti-sosial dan tidak pernah keluar rumah kecuali kegiatan kuliah. Bahkan Rara tidak mahir berolahraga, apapun jenis olahraga.
"Dasar payah!" begitulah ucapan yang selalu Raden layangkan ke adiknya itu.
"Sudah cukup bang! Abang ini tidak membantuku sama sekali!" ucap Rara kesal pergi meninggalkan abangnya.
Rara berniat untuk membelikan roti isi coklat kesukaan Bima. Rara berlatih berbicara saat nanti bertemu dengan Bima. Seolah dia sudah ada persiapan, untuk berkomunikasi dengan cowok yang disukainya itu. Saat Rara sedang berlatih, tiba-tiba dari belakang seorang cowok berteriak tepat di samping telinga kanan Rara.
"Aku tahu kau menyukainya. makanya aku mencurinya untukku." kata cowok itu yang ternyata adalah Satria.
Rara kaget dan menoleh, tak disangka roti yang dibawanya terjatuh berhamburan di lantai.
"Sial! Apa yang kau lakukan?" teriak Rara.
"Maaf." jawab Satria.
Rara berdecak kesal. Saat Rara hendak mengambil rotinya, Satria justru juga menunduk kesamping yang membuat hidung Satria bersentuhan dengan pipi Rara. Lagi-lagi saat sedang mencoba kembali mengambil rotinya, wajah Satri kembali bersentuhan dengan pipi Rara. Rara kaget dan terjatuh ke lantai hingga membuat tangan Rara menyentuh roti itu hingga lembek.
"Aku minta maaf. Aku akan belikan satu kotak roti isi coklat yang baru" kata Satria.
Rara menghiraukan perkataan Satria.
"Hari ini aku benar-benar kacau! rotinya hancur dan tanganku kotor" kata Rara kesal.
Satria menarik tangan kotor Rara dan mengelapkan dengan sapu tangan.
"Tadi itu aku tidak sengaja. Namun untuk yang ini aku memang sengaja." kata Satria.
"Kau membelinya dari toko yang dekat kampus kan? aku akan memberikanmu sekotak yang baru lagi" kata Satria.
"Tidak perlu, aku bisa membelinya sendiri." kata Rara pergi meninggalkan Satria.
Rara telat masuk kelas, karena hari ini ada mata kuliah yang dimana mahasiswa bergabung dengan beberapa mahasiswa dari fakulitas kedokteran. Rara masuk ke kelas pelan-pelan dan duduk di samping Bima.
"Hai Bima." sapa Rara.
"Hai Ra." jawab Bima.
"Kamu tahu namaku?" tanya Rara.
"Tentu. Saat dihari Valentine kita satu payung berdua, kamu saat itu mengenakan tanda pengenal di sana tertulis Rara." Jawab Bima.
Rara tersenyum mendengarnya.
"Dia bukan hanya menggemaskan tetapi juga perhatian terhadap hal-hal kecil." kata Rara dalam hati.
Tiba-tiba terdengar suara helaan nafas yang keras dari arah samping. Dan ternyata itu adalah Satria.
"Kenapa sih kamu!" tanya Rara kesal.
"Aku hanya menghela nafas. apa salahnya?" kata Satria.
Rara sangat kesal dengan Satria.
"Mahasiswi yang baru saja masuk, kamu dari fakulitas mana?" tanya dosen.
Rara lalu berdiri.
"Dari fakulitas kedokteran gigi pak." jawab Rara.
"Baiklah. sudah lengkap semua." kata dosen.
Dosen lalu bertanya kepada Rara. Namun, Rara menjawabnya dengan terbata-bata. Rara tak tahu jawabannya apa.
"Ada yang bisa bantu menjawab?" tanya dosen kepada mahasiswa lainnya.
Satria berdiri lalu menjawab pertanyaan dari dosen.
"Jawabanmu benar Satria. Dan kamu Rara harus belajar banyak dari Satria. semuanya tepuk tangan buat Satria." Kata dosen.
"Kamu pintar sekali. aku bahkan tidak tahu jawabannya." kata Bima memuji Satria.
"Bisakah nanti saat mata kuliah selanjutnya aku duduk di sampingmu?" tanya Bima.
"Tentu saja boleh." jawab Satria.
Rara menatap Satria kesal.
"Dasar cowok sok pintar, sok ramah!" kesal Rara dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments