Xavier sudah sampai di rumah sakit, dia membawa dua bekal makan, untuknya dan juga Lita.
"Xavier, sudah datang?" Lita menyambut kekasih dari putranya.
"Iya Bu, maaf tadi Xavier pulang untuk mandi dulu, dan Xavier bawakan makanan dari rumah," ujar Xavier, seraya memperlihatkan dua bekal makan.
"Wah, maaf ya, Ibu jadi ngerepotin kamu. Harusnya kan, kamu bisa istirahat di rumah," ucap Lita, nampak tak enak hati.
"Nggak apa-apa kok, Bu." jawab Xavier.
"Tapi, istri kamu nggak marah? kamu sering datang ke sini?" tanya Lita.
"Nggak sama sekali Bu, Keysha dan Xavier memang sudah sepakat akan menjalani pernikahan kami dengan tidak mencampuri urusan pribadi, Karen Keysha juga tahu, bahwa Xavier sudah memiliki kekasih, yaitu Aira." jelas Xavier. Lita nampak lega mendengar penjelasan Xavier.
"Syukur lah, setidaknya dia sadar diri." ucapan Lita seolah menunjukkan, bahwa Xavier adalah milik Aira, bukan milik orang lain.
"Keysha justru membantu Xavier kok Bu, kalau bukan Keysha yang menikah dengan Xavier, bisa saja dia akan mengadukan Xavier pada orang tua Xavier, kalau Xavier masih menjalin hubungan dengan Aira. Namun, Keysha justru sering membantu Xavier," Xavier tidak mau kalau sampai Lita salah paham dengan Keysha, jadi Xavier pikir, butuh penjelasan.
"Mungkin, Keysha juga punya kekasih, jadi dia bertindak terlalu baik. Jadi, saat kamu tahu dia punya kekasih, kamu nggak bisa marah, karena sudah lebih dulu Keysha memupuk kebaikan. Saran Ibu, jangan terlalu percaya dengan mulut manis Keysha," Lita ternyata tidak suka dengan wanita yang menikah dengan Xavier, karena takut kalau Xavier akan pindah haluan. Jadi, Lita mencoba untuk mencuci pikiran Xavier.
"Xavier memang sudah membebaskan Keysha kok Bu, dan sudah Xavier bilang kalau kehidupan Keysha bebas, asal dia bisa jaga diri, supaya tidak terendus oleh orang luar. Lagi pula, Keysha sudah Xavier anggap seperti adik sendiri," ujar Xavier, menjelaskan hubungannya dengan Keysha.
"Ya, hati manusia, mana kita tahu kan?" nampaknya, Lita tidak mau kalah. Xavier pun hanya mengangguk dengan tersenyum simpul. Xavier tidak bisa terus melanjutkan debat dengan Lita, karena tidak mau kalau sampai Lita berpikir macam-macam.
"Ayo Bu, kita makan dulu." ajak Xavier, dan Lita pun mengangguk dengan penuh minat.
.
.
Sedangkan Keysha, setelah makan malam, dia langsung ke kamar. Keysha melihat tumpukan beberapa dokumen miliknya.
"Aku lupa, kalau sekarang nggak ada meja kerja di rumah," ucap Keysha nampak berpikir.
"Kalau dikerjain di sini, yang ada gue tidur, mending ke bawah aja lah," Keysha membawa laptop dan dokumen miliknya menuju ruang keluarga. Keysha berniat, besok akan meminta Daniel mencarikan set meja kerja untuk ditaruh di kamarnya.
"Silahkan Nyonya," pelayan membawakan teh hijau, serta beberapa camilan ringan untuk menemani Keysha yang tengah lembur. Sebenarnya, Keysha tidak minta sama sekali, namun memang pelayan yang dipekerjakan oleh Xavier, kebanyakan orang-orang yang pengertian.
"Terimakasih ya," ucap Keysha dengan tulus.
"Sama-sama Nyonya," jawab pelayan.
"Kalau pekerjaan sudah selesai, kalian bisa istirahat," ujar Keysha dan diangguki oleh pelayan. Setelah itu pelayan pun pamit pergi.
Sudah pukul 11 malam, namun Xavier belum kunjung pulang, Keysha sendiri sudah merasa sangat mengantuk. Hingga tanpa sadar, Keysha sudah tertidur, dengan dokumen yang menjadi bantalan. Untung saja, semua pekerjaan sudah selesai.
23.30 malam, Xavier baru sampai dikediamannya. Sebenarnya, Xavier sudah jalan dari rumah sakit sekitar jam 21.30, namun Xavier mampir di salah satu cafe dan bertemu dengan teman lamanya. Jadi lah mereka mengobrol. Xavier menatap sekeliling, dan dia melihat Keysha yang tertidur pulas.
"Keysha lembut?" lirih Xavier, dia melihat tumpukan dokumen yang masih berserakan di meja.
"Tuan sudah pulang?" sapa pelayan, dengan suara setengah berbisik, karena takut membangun kan Keysha.
"Iya, besok meja ini jangan dibersihkan dulu, karena masih ada pekerjaan Keysha. Saya takut ada yang hilang," titah Xavier. Xavier tidak bisa begitu saja memegang dokumen milik perusahaan Keysha, karena bisa saja itu dokumen yang rahasia dan sangat penting. Jadi, Xavier meminta pada pelayang, agar meja bekas Keysha lembur tidak dibersihkan dulu, dan menunggu Keysha merapikan dokumennya sendiri.
Xavier menggendong tubuh Keysha ala bridal style. Keysha yang memang sudah sangat lelah, benar-benar tidak merasakan apapun bahwa dia tengah digendong menuju kamar oleh Xavier. Xavier membaringkan tubuh Keysha dengan perlahan di atas ranjang. Tidak lupa menyelimuti tubuh Keysha dan memastikan Keysha tidur dengan nyaman.
"Maaf ya Key, malam ini aku masih belum bisa berhenti memikirkan Air, aku masih terlalu sulit untuk tidak melihatnya barang sehari," lirih Xavier.
Karena sudah cukup larut, Xavier pun keluar dari kamar Keysha dan beranjak menuju kamar miliknya. Xavier begitu lelah, karena setelah pulang kerja, dia belum istirahat sama sekali. Kantuk juga sudah mulai menyerang Xavier, dia pun mulai membaringkan tubuhnya, mengistirahatkan sejenak.
.
.
Keysha terbangun dari tidur nya, dengan perasaan bingung, karena seingatnya dia tertidur di ruang keluarga.
'Apa kam Xavier, apa dia yang bawa gue ke sini?' batin Keysha menerka-nerka.
Mengingat soal semalam, Keysha pun jadi ingat dengan dokumennya. Keysha menjadi di kamar yang ternyata tidak ada, akhirnya Keysha mencoba mencari di ruang keluarga.
"Ini dia," ucap Keysha lega.
"Emm Bi," Keysha memanggil salah satu pelayan.
"Iya Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan dengan sopan.
"Iya, meja ini sengaja nggak diberesin dulu?" tanya Keysha penasaran.
"Iya Nyonya, semalam Tuan yang pesan seperti itu, karena masih banyak dokumen milik Nyonya yang penting, dan takut ada yang hilang," jawab pelayan.
"Oh ... Baik, terimakasih ya," ucap Keysha.
.
.
Pagi ini Xavier turun ke bawah sedikit terlambat, dia sudah melihat Keysha yang tengah menikmati sarapannya. Xavier menyapa Keysha, namun Keysha hanya menyahut sekenanya.
'Ini cuman perasaaan ku, atau memang Keysha agak berbeda?' batin Xavier.
"Permisi Nyonya," pelayan menghampiri Keysha.
"Ada apa Bi?" tanya Keysha.
"Di depan ada Tuan Daniel," jawab pelayan.
"Iya, saya segera ke sana," jawab Keysha, dia pun segera menyudahi sarapannya.
"Key, kalau kamu belum selesai makan, lanjutin aja ..." ucap Xavier memberikan saran.
"Enggak Kak, aku juga tahu Daniel pasti udah nunggu aku jenuh, jadi aku harus hargai perasaan dia dan waktu dia yang udah mau jemput aku tepat waktu," Keysha seolah tengah menyindir Xavier yang tidak bisa menghargai perasaan Keysha, dan tidak bisa memegang ucapannya sendiri. Namun, apakah Xavier paham akan hal itu.
"Aku berangkat dulu Kak," Keysha berpamitan kepada Xavier, meskipun tengah marah, mamah Keysha tidak lupa untuk mencium tangan suaminya.
"Hati-hati Key," hanya itu yang bisa Xavier ucapkan.
"Selamat bagi, Bu." sapa Daniel dan jawab sapaan juga oleh Keysha. Daniel sigap membukakan pintu mobil untuk atasannya.
Selama perjalanan menuju kantor, Keysha lebih banyak diam. Biasanya Keysha akan langsung bertanya seputar pekerjaan. Hal itu, tidak luput dari penglihatan Daniel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments