"Tuan Xavier, saya tidak menyangka, kalau akhirnya anda akan menjadi menantu Tuan Farhan," salah satu kolega Xavier secara terang-terangan, seolah menyinggung bahwa pernikahan Xavier dan Keysha sangat terburu-terburu.
"Ah, iya namanya juga jodoh. Kita nggak pernah tahu kan?" jawab Farhan dengan cepat.
"Benar, jika jodoh mau dikata apa? meskipun mungkin Tuan Xavier sudah menjalin hubungan cuup lama, tapi kalau bukan jodoh ya mau bagaimana lagi? yang penting kan berpisah baik-baik, bukan karena menyakiti sebelah pihak," perkataan itu terkesan seperti menyindir Xavier.
"Tidak ada yang menyakiti dan tersakit," Keysha merasakan panas pada telinganya, mendengar ada orang lain yang nampak sekali ingin mengacaukan pesta pernikahannya. Akhirnya, Keysha pun buka suara.
"Anda sepertinya sangat paham dengan saya dan suami saya, sampai-sampai mengulik kisah lalu," ujar Keysha, membuat lelaki yang semula berbicara dengan sangat sombong, langsung terdiam.
"Saya tahu, mungkin anda merasa janggal dengan pernikahan ini, karena hubungan saya dan Kak Xavier yang sedari awal tidak dekat sebagai kekasih. Namun, apakah anda tidak percaya dengan takdir?" tanya Keysha, membuat lelaki itu terdiam.
"Silahkan nikmati pestanya, dan jangan membuat suasana menjadi canggung," keysha seolah tengah memberikan peringatan. Keysha, menarik Xavier menjauh dari keramaian.
"Kenapa kita ke sini?" tanya Xavier bingung, sebab Keysha malah menjauh dari suasana pesta. Keysha mengajak Xavier menuju taman samping hotel, suasana malam membuat taman nampak sunyi, namun lampu-lampu hias yang menerangi, membuat suasana menjadi nyaman.
"Aku tahu, Kak Xavier tidak nyaman karena begitu ramai. Dan lagi .... mereka terus saja membahas hal-hal yang seharusnya mereka tidak perlu tahu," Keysha seolah tahu dengan apa yang dirasakan oleh Xavier.
Xavier tersenyum, "kamu tidak berubah ternyata, kamu masih sangat memahami aku dengan sangat baik," ucap Xavier, menatap Keysha dengan takjub.
"Aku kenal Kak Xavier bukan satu atau dua tahun, jadi bukan hal baru bagi aku menghadapi hal-hal seperti ini," jawab Keysha dengan begitu tenang.
"Aku tahu Kak, berpura-pura bahagia dan baik-baik saja di hadapan semua orang, adalah hal yang sangat melelahkan. Kakak harus selalu memasang wajah seolah Kakak sedang dalam keadaan baik, supaya mereka tidak mengambil celah sedikitpun dari Kak Xavier," ucapan Keysha dibenarkan oleh Xavier. Sepanjang acara, Xavier harus selalu tersenyum. Dia tersenyum dalam keadaan hati yang tengah bergejolak, dan bagi Xavier itu sangat melelahkan.
"Kamu pun pasti begitu kan sedari tadi? tapi aku salut dengan kamu Keysha, kamu bisa menampilkan diri kamu dan memperlihatkan bahwa kamu baik-baik saja. Aku salut, karena kamu bisa terlihat baik-baik saja bahkan kamu menyambut mereka dengan wajah yang berseri, padahal aku tahu kamu juga terpaksa dengan pernikahan ini," ujar Xavier.
'Kak, aku memang pernah pura-pura bahagia dan pura-pura baik-baik saja di hadapan semua orang. Tapi bukan sekarang, hal itu sudah berlalu, saat kamu mengatakan pada ku bahwa kamu mencintai Aira dan patah hati terbesar ku, saat kamu mengatakan bahwa kamu akan menikah dengan Aira. Sekuat apapun aku mencoba untuk menepis rasaku untuk kamu, ternyata perasaan itu justru semakin kuat. Bolehkah kalau aku meminta? apapun yang terjadi kamu tidak akan meninggalkan aku? dan bolehkan aku meminta, untuk menguasai kamu? aku sangat mencintai kamu, dan bahkan aku ingin kamu tidak bisa lagi melihat Aira,' batin Keysha. Keysha tidak pernah masalah, jika nantinya orang-orang akan mengatakan bahwa dia adalah orang ketika, atau perusak hubungan orang. Karena setahu Keysha, saat ini dia adalah pemenangnya, dia sudah memenangkan Xavier, meskipun belum hatinya.
Udara malam semakin dingin, Xavier melepas jasnya, dan memakaikan pada Keysaha. Hal itu membuat jantung Keysha semakin berdebar, apalagi dia bisa mencium aroma maskulin dari Xavier.
'Jika selama ini aku hanya bisa mencintai dalam diam, maka mulai saat ini akan aku pastikan bahwa aku akan menunjukkan rasa cinta ku pada kamu Kak, dan akan berjuang untuk mempertahankan rumah tangga kita apapun yang terjadi. Bahkan, saat Aira sudah siuman sekalipun,' Keysha sudah bertekad untuk bertempur dalam perang mempertahankan kisah cintanya. Namun, pernahkah Keysha berpikir? jika suatu hari nanti Xavier tahu, soal dirinya yang justru mengajukan diri sebagai wanita yang ingin dijodohkan dengan Xavier? Nampaknya, cinta membutakan Keysha, hingga dia tidak berpikir jauh.
.
.
Selesai acara pesta pernikahan digelar, Keysha dan Xavier pun masuk ke dalam kamar hotel president suite room. Kamar itu sudah disulap menjadi kamar pengantin baru, ada handuk angsa yang dibentuk love, serta kelopak bungan mawar yang berserakan di lantai, menambah kesan romantis. Namun Keysha seolah ditampar oleh kenyataan, dia sadar bahwa malam ini pun tidak akan ada yang spesial diantara dia dan Xavier. Keysha hanya bisa tersenyum kecut, karena malam ini, malam pertama dia dan Xavier, namun kini suaminya tengah menatap foto wanita lain di layar ponselnya. Bahkan, foto layar depan ponsel Xavier pun masih terpampang foto Aira.
"Kak, aku mau mandi dulu," pamit Keysha, namun Xavier tidak mendengar, karena dia tengah fokus dengan ponselnya. Keysha hanya bisa bersabar seraya berlalu masuk ke dalam kamar mandi.
Air mata yang semula sudah sangat ditahan oleh Keysha, akhirnya luluh. Keysha menyalakan air kamar mandi supaya isak tangisnya tidak terdengar. Sungguh, Keysha sudah menahannya, namun melihat orang yang dia cintai sama sekali tidak menatapnya, atau bahkan menyadari kehadirannya, hal itu sangat menyakiti hati Keysha.
"Apa dia nggak bisa? menghargai perasaan ku?" gumam Keysha. Dia menumpahkan isak tangisnya, karena setelah dia keluar dari kamar mandi. Keysha harus kembali tegar, seolah dia tidak masalah sama sekali dengan apa yang dilakukan oleh Xavier.
"Keysha?!" Keysha tersentak, karena suara Xavier terdengar.
"Iya Kak!" seru Keysha, bermaksud supaya Xavier mendengar suaranya.
"Kamu baik-baik aja kan?" tanya Xavier? dia khawatir, sebab sudah hampir satu jam Keysha berada di kamar mandi.
'Kak Xavier? khawatir sama aku?' batin Keysha, dia seolah menemukan obat bagi rasa kecewanya. Meskipun hanya pperhatian kecil, namun hal itu seolah memberikan setitik cahaya harapan bagi Keysha.
"Key??!" seru Xavier, sebab dia belum juga mendengar jawaban dari Keysha.
"Iya Kak! aku baik-baik aja! sebentar lagi selesai!" seru Keysha. Mendengar jawaban dari Keysha, membuat Xavier lega. Tidak lama, Keysha benar-benar keluar dari kamar mandi, mengenakan handuk kimononya. Leher jenjang Keysha jelas terlihat, putih dan mulus seolah tidak ada goresan cacat. Andai saja, Xavier memiliki rasa pada keysha, mungkin dia juga tidak akan mampu menahan birahi, namun hati Xavier sudah menjadi milik Aira.
"Maaf ya Kak, aku lama ... soalnya rambutku kaku banget, gara-gara hairspray," ujar Keysha beralasan.
"Aku kira kamu kenapa, aku khawatir karena kamu cukup lama di kamar mandi, dan lagi aku takut kamu masuk angin, karena ini sudah larut malam," Xavier mulai menunjukkan perhatiannya membuat perasaan Keysha semakin berbunga-bunga.
"Ya sudah, aku mandi ya?" Xavier pun bergantian masuk ke dalam kamar mandi.
'Sekarang baru perhatian yang kamu berikan Kak, dan sebentar lagi kamu akan memberikan cinta dan hati kamu hanya untuk aku,' batin Keysha penuh tekad.
Malam ini Keysha dan Xavier tidur terpisah. Xavier tidur di atas sofa panjang yang ada dalam kamar mereka, sedangkan Keysha tidur di atas ranjang pengantin mereka. Sejujurnya, Keysha ingin menarik Xavier agar tidur di sampingnya, Keysha tidak tega dengan Xavier yang terlihat tidak nyaman dengan posisi tidurnya.
"Kak Xavier?" Keysha mencoba mendekati Xavier dan membangunkannya perlahan.
"Iya Key? ada apa?" tanya Xavier dengan suara serak khas bangun tidur.
"Kak, pindah saja di ranjang, sudah aku kasih batas pakai bantal, dari pada di sini. Aku yakin Kakak nggak nyaman kan?" ucap Keysha, Xavier pun nampak menimang.
"Iya sih," jawab Xavier seraya menggaruk tengkuknya. Mungkin, kursi itu nyaman diduduki, tapi tidak untuk tidur.
"Ya sudah, naiklah ke tempat tidur," ucap Keysha lagi, tapi Xavier terlihat ragu.
"Kamu beneran nggak apa-apa?" tanya Xavier memastikan.
"Iya Kak, aku nggak apa-apa kok." jawab Keysha dengan penuh keyakinan. Xavier pun mengangguk, dia beralih merebahkan dirinya di atas ranjang yang sudah diberi pembatas oleh Keysha sebelumnya.
'Tidak apa-apa Key, ini baru permulaan,' batin Keysha. Meskipun hanya tidur datu ranjang dengan pembatas, namun Keysha sangat bahagia. Ingin rasanya, Keysha mengambil semua pembatas itu, agar dia bisa semakin dengan Xavier, namun Keysha memang harus bersabar. Dia tidak mau gegabah dan malah menghancurkan semuanya, terutama kepercayaan Xavier.
Sesekali Keysha menatap wajah Xavier yang terlelap dengan begitu damai. Wajah tampan yang selama ini dia dambakan dan dia rindukan, nyatanya kini sudah berada dekatt dengannya. Namun, Keysha merasa sangat sulit untuk menggapainya. Wangi aroma maskulin dari tubuh Xavier, menyeruak masuk menyapa penciuman Keysha, begitu khas aroma tubuhnya, membuat Keysha seolah sudah begitu hafal, bahkan sudah candu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments