Ini, adalah hari kedua pasca mereka menikah. Keysha dan Xavier, kini tengah menuju ke kediaman baru mereka. Setelah menikah, Xavier memang sudah merencanakan untuk tinggal di rumah impian. Namun rumah itu harusnya dia tempati bersama dengan Aira.
"Key, kamu tidak apa-apa kan kalau kita tidak tinggal dengan orang tua?" kali ini, Xavier menanyakan soal ketersediaan Keysha.
Keysha tersenyum kepada suaminya, "tentu aku mau Kak, kemana Kakak pergi aku harus ikut. Karena sekarang kita terikat," jawab Keysha.
"Boleh aku bertanya satu hal?" tanya Xavier lagi, membuat Keysha penasaran.
"Silahkan," jawab Keysha dengan tenang.
"Kamu jelas tahu, kalau aku tidak mencintai kamu, dan aku menganggap kamu hanya sebatas adik kan? Sampai saat ini, cinta ku hanya untuk Aira," perkataan Xavier benar-benar menyakiti perasaan Keysha. Namun, sebisa mungkin Keysha masih tetap berusaha tenang dan menampilkan senyum yang tidak pudar.
"Apa boleh, kalau aku nantinya masih memperhatikan Aira?" tanya Xavier dengan hati-hati.
Sekali lagi, Keysha tersenyum tanpa beban. "Kakak ini gimana sih, aku juga merasakan hal yang sama kok, seperti Kak Xavier. Aku tidak mencintai Kak Xavier, apa yang aku lakukan saat ini hanya karena aku ingin berbakti dengan kedua orangtua ku. Mereka sudah menjodohkan aku dengan Kak Xavier, jadi aku hanya bisa berkata iya. Dan tidak masalah kok buat aku, kalau Kakak akan terus bersikap begitu dengan Aira," jawaban Keysha, tentu saja sangat berbanding terbalik dengan apa yang tengah dia rasakan saat ini. Keysha mencintai Xavier dan dia tidak akan rela melihat orang yang dia cintai memberikan perhatian kepada wanita lain. Namun, apa yang bisa Keysha lakukan? Dia hanya bisa terus berpura-pura menjadi Keysha gadis kecil Xavier.
"Syukurlah, aku sangat khawatir soal ini. Aku janji, aku tidak akan melarang kamu dan tidak akan ikut campur dengan kehidupan pribadi kamu Kay, dan aku janji aku akan menjaga kamu, tidak akan menyentuh kamu. Setelah nanti Aira sembuh, aku akan membebaskan kamu dari pernikahan gila ini, dan kamu akan bisa hidup dengan orang yang kamu cintai nantinya. Dan aku akan hidup dengan Aira," ucap Xavier. Dia merasa sangat lega, karena dia merasa pernikahan ini juga menyelamatkan nya. Namun, hal lain dirasakan oleh Keysha, dia begitu sakit hati ketika mendengar Xavier mengatakan soal dirinya yang akan bisa hidup dengan lelaki yang dicintainya, sedangkan Keysha hanya mencintai Xavier.
"Iya Kak," jawab Keysha dengan lesu.
'Bolehkah aku egois? Aku ingin hari itu tidak akan pernah ada. Aku ingin hubungan kita akan seterusnya membaik Kak, dan kamu bisa menerima kehadiran ku dan mulai mencintai aku,' batin Keysha, saat ini yang bisa Keysha lakukan adalah membuat Xavier jatuh cinta dengannya, sebelum Aira siuman. Namun, apakah akan semudah itu? Mengikis rasa yang sudah lama dirajut oleh Xavier dan Aira? Lantas bagaimana jika suatu hari nanti Xavier tahu tentang Keysha yang ternyata menawarkan diri untuk dijodohkan?
Akhirnya mereka berdua tiba di kediaman mereka, Keysha menatap bangunan itu dengan tatapan takjub. Memang Xavier tidak pernah salah memilih hunian yang nyaman.
"Ini adalah rumah yang aku dan Aira siapkan, harusnya kami menempati rumah ini bersama," ucapan Xavier membuat senyum Keysha luntur. Dia tidak suka Xavier terus membawa nama Aira dalam obrolan mereka.
"Wah bagus ya," hanya itu yang bisa Keysha berikan komentar.
"Ayo masuk." ajak Xavier, dan Keysha melangkah mengekori Xavier.
"Ruangan ini, di tata oleh Aira, dari mula gordennya, warna sofa pun semua Aira yang pilih," semua yang ada di rumah ini, ternyata penuh dengan kenangan Aira, meskipun mereka belum tinggal bersama.
'Aku benci mendengar nama itu,' batin Keysha dengan kesal.
"Aku lelah Kak, di mana kamar kita?" Keysha langsung menanyakan kamar yang akan ditempati.
"Nah ayo ikut aku," Xavier mengajak Keysha ke lantai dua
"Ini kamar kamu," mereka berhenti di salah satu pintu.
"Ini bukan kamar utama, itu kamar utamanya. Dan akan ditempati oleh ku, karena kamar itu nantinya akan aku gunakan bersama Aira," Keysha benar-benar sudah sangat kesal, di manapun mereka berada, mereka akan menyebut nama Aira, dan Xavier terus mengaitkannya. Kali ini Keysha benar-benar tidak bisa lagi menahan emosinya.
"Baiklah, aku masuk dulu." Keysha langsung masuk dalam kamarnya, tanpa menunggu respone dari Xavier. Keysha mengunci pintu dan bersandar. Dia benar-benar patah hati.
'Apa sesulit ini memenangkan hati kamu Kak?' batin Keysha dengan sendu.
Keysha mengambil ponsel miliknya, dan melihat ada pesan dari sang Ibu, Keysha yakin kalau saat ini ibunya tengah khawatir.
(Mamah tenang aja, Keysha baik-baik aja kok.) Keysha tidak menampilkan kesedihan nya, dia tidak mau orangtuanya tahu bahwa pernikahan nya sesulit ini.
.
.
Makan siang, Keysha turun ke lantai bawah, dia melihat meja makan yang sudah penuh dengan lauk pauk. Namun, Keysha tidak melihat adanya keberadaan Xavier di sana.
"Kak Xavier mana?" gumam Keysha.
"Nyonya cari Tuan Xavier?" tanya salah satu pelayan.
"Iya, dimana Kak Xavier?" tanya Keysha.
"Tuan tadi menitip pesan Nyonya, katanya Nyonya disuruh makan siang dulu, tidak perlu menunggu Tuan," jawab pelayan.
"Memang Kak Xavier ke mana?" Keysha benar-benar penasaran ke mana perginya Xavier.
"Katanya mau ke rumah sakit Nyonya," jawab pelayan dengan jujur. Keysha terlihat menghela napasnya.
"Baiklah, terimakasih ya ..." Keysha pun mengambil ponselnya dan menatap ponsel itu dengan seksama. Tertera nama Xavier yang mengirimkan pesan singkat. Ternyata, Xavier berpamitan kepada Keysha lewat pesan, karena tadi Keysha tengah tidur.
"Bahkan disaat seperti ini pun, kamu hanya memikirkan Aira," gumam Keysha, netranya menatap pigura foto pernikahan nya dengan Xavier. Keysha masuk kembali ke dalam kamarnya, dan bersiap untuk pergi.
"Nyonya anda mau ke mana?" salah satu asisten menghentikan langkah Keysha.
"Saya ada perlu, kalau kak Xavier pulang, katakan saja saya ada urusan sebentar," jawab Keysha, dia tidak menjawab secara spesifik tentang kemana dia akan pergi.
"Nyonya tidak makan sing dulu?" tanya asisten lagi, dan Keysha menggelengkan kepalanya.
"Hati-hati Nyonya."
Keysha melajukan mobil menuju ke suatu tempat, dia butuh ruang untuk bernapas, rasanya dada Keysha teramat sesak mengingat bagaimana hari ini. Dari mulai semua permintaan Xavier, bahkan diawal pernikahan mereka, Xavier sudah merencanakan akan berpisah dengan Keysha setelah Aira sembuh.
"Kok ngajak kita ketemu sih, bukannya lo harusnya bulan madu?" Saat ini Keysha tengah berada di Cafe, dia mengajak bertemu dengan dua sahabatnya.
"Bulan madu apa, malah sekarang kak Xavier ada di rumah sakit," jawab Keysha lesu.
"What? Rumah sakit? Nemenin wanita itu?" Sandri, sebagai sahabat Keysha, tentu terkejut mendengar akan hal itu.
"Gila sih Xavier, padahal kurang apa Lo sama dia," Soffia ikut menimpali.
"Bahkan, kak Xavier sudah memikirkan soal perceraian," Keysha teramat sakit, saat mengingat akan hal itu. Namun, ini jalan yang sudah dia pilih, dia harus terima dengan lapang dada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments