Suasana pagi yang sejuk, Nancy bangun lebih dulu, untuk mempersiapkan semua kebutuhan Adit yang akan berangkat lebih pagi.
Wajah cantik itu masih sedikit meringis, karena menahan perih yang teramat sangat dibagian intinya. Perlahan Nancy mendekati suaminya, mengusap lembut punggung Adit agar terjaga dari tidurnya ...
"Mas ..."
"Hmm ..."
"Bangun, sudah jam 05.00, nanti terlambat berangkat ke lapangan. Katanya ada sesi latihan."
Adit membuka mata perlahan, mengerjabkan matanya, melirik kearah Nancy yang sudah wangi seperti biasa. Rambut panjang yang basah tergerai sangat indah, membuat Adit semakin geram untuk segera memeluk tubuh ramping istrinya.
"Ternyata Neng sangat cantik, pantas saja Bapak sama Ibu terus menerus menyebut nama Neng untuk menjadi istri Mas, sebagai pengganti hmm ..."
Kalimat Adit terhenti seketika, saat melihat Nancy mengembung kan pipinya yang mulus.
Nancy berlalu, seketika dia mendengar suara cetekan pembakar roti yang berada di meja dapur ...
Moodnya seketika berubah, menjadi lemah tak berdaya ... "Lagi-lagi Mas Adit masih ingin menyebut nama Evi ..." sesalnya dalam hati.
Sementara Adit beranjak dari ranjang, menuju kamar mandi, untuk melakukan ritualnya seperti biasa. Dia tidak menyadari, bahwa ada bercak darah di bagian miliknya yang telah mengering, saat berada di bawah guyuran shower.
Wajah Adit berubah lebih segar, bahkan tampak semakin gagah, saat dia keluar dari kamar mandi.
Televisi yang menyala 24 jam tanpa henti, dengan siaran bermacam-macam. Sehingga Adit mendengarkan, berita terbaru tentang kejadian konflik yang terletak perbatasan timur dunia.
"Hmm ... Sepertinya, bakal dinas keluar lagi nih ..." gumamnya dalam hati.
Nancy menghampiri Adit, memberikan beberapa potong roti bakar, juga teh manis hangat seperti biasa, dengan meletakkan diatas meja tempat duduk suaminya saat akan mengenakan sepatunya.
Nancy menoleh kearah Adit, "Mas pake sepatu yang mana? Sepatu yang ini atau yang itu?" tunjuknya pada dua sepatu dinas Adit.
Adit menoleh, menunjuk ke salah satu sepatu yang telah dipegang istrinya, "Iya ... Itu saja. Nanti siang jangan lupa acara makan bersama yah? Kalau bisa pakai baju kemeja, karena bahan baju Neng, belum Mas ambil di kantor," jelasnya.
Nancy mengangguk patuh, dia menyemir sepatu suaminya, meletakkan tepat di kaki Adit, setelah memasangkan kaus kaki pria itu terlebih dahulu.
Adit tersenyum, melihat Nancy sangat telaten merawatnya. Perlahan dia meraih lengan Nancy, hanya untuk memberikan kecupan lembut kening istrinya dengan penuh perasaan.
"Makasih yah? Neng wanita yang sangat baik ..."
Nancy tersipu-sipu malu, saat mendengar ucapan suami yang sangat lembut, wajah cantik itu tersenyum sumringah, merasakan kebahagiaan yang sangat luar biasa.
"Ternyata Mas Adit sudah mulai membuka hati untuk Neng ..." gumamnya dalam hati.
Adit meneguk teh manis, dan menerima suapan dari tangan Nancy untuk pertama kalinya.
"Mas berangkat dulu, jangan lupa nanti siang!"
Nancy mengangguk patuh, mengusap lembut punggung suaminya, mengambil tangan kanan pria yang tampak gagah itu, hanya untuk mengecup punggung tangan Adit.
"Mas hati-hati. Jangan lupa kasih kabar kalau ada apa-apa," ucapnya lembut.
Adit mengangguk, kembali dia mengecup lembut kening istrinya, mengacak rambut hitam itu, yang sudah terlihat mengering.
Kedua orang tua Nancy, menyaksikan kemesraan anak menantunya dari balik jendela. Mereka terharu dan bangga, karena Adit telah membalas cinta sang putri.
"Bu ... Kayaknya menantu kita itu sudah mulai mencintai anak ku! Yang awalnya kagak mau menikah, tapi sekarang coba lihat. Kita berhasil membuat mereka jatuh cinta. Semoga saja, setelah ini kita dapat cucu yah, Bu ..." bisik Sugondo pada sang istri.
Ningsih menepuk pundak suaminya, agar tidak mendesak putrinya hamil begitu cepat ...
"Emang anak kamu itu kucing apa? Sekali ewe langsung jadi? Kita berapa tahun menikah, baru dapat Nancy Pak eee ... Jangan memaksakan kehendak kita pada anak-anak. Biarin dulu mereka saling kenal, dekat, dan punya perasaan sayang, baru kita tuntut untuk kasih cucu. Baru nikah dua bulan udah hamil. Emang anak gadis ku itu kayak anak Sunardi? Sekali nancep, langsung hamil!" celotehnya membuat Sugondo menirukan gerakan bibir sang istri.
Sugondo hanya bisa mengurut dada, jika mendengar istrinya mengomel seperti kaset kusut tahun 90an.
.
Aditya tiba di kesatuan, menggunakan mobil dinasnya yang menjadi fasilitas Adit selama berada di kesatuan angkatan darat.
Adit menyapa beberapa rekannya, yang telah hadir di lapangan tembak, untuk melakukan sesi latihan.
Perlahan Adit memberikan beberapa pengarahan, serta melakukan pemanasan sebelum melakukan latihan sesi pertama.
Adit mempersiapkan amunisi, yang selalu ia bawa, pada sempi yang sengaja dia sembunyikan dari Nancy, agar istrinya tidak khawatir ataupun takut.
Sniper yang biasa Adit gunakan untuk mengamankan para petinggi negara pun ada dalam satu tas lengkap yang selalu ia bawa kemanapun dia pergi bertugas.
Tak selang berapa lama mereka tengah melakukan pemanasan, komandan pasukan elite tiba di lapangan, membawa satu map coklat.
"Izin semua! Selamat pagi!"
"Pagi Komandan!"
Teriak pasukan elite secara serempak.
Komandan militer yang merupakan kolonel bintang satu, membuka map tersebut, membacakan sebuah perintah dinas.
"Izin ... Saya datang kesini hanya untuk menyampaikan, bahwa team elite akan di kirim keluar negeri selama satu tahun, secara bergantian. Namun untuk lima orang, yang akan saya sebutkan harus berangkat lebih dulu, dan menjadi pasukan terdepan untuk membaca situasi di sana!"
"Luqman Hidayat, Aditya Atmaja, Fredy Guarin, Ali Sunardi dan Yodi Panggabean. Kalian yang saya sebutkan tadi harap mengurus semua kebutuhan dan jangan lupa mengirimkan semua data ke pusat melalui email seperti biasa!"
Adit yang berdiri tegap dihadapan komandan hanya bisa pasrah mendengar namanya disebutkan.
"Baru tiga bulan lalu, aku kembali dari Yordania selama tiga tahun, kini harus pergi lagi selama satu tahun ...!" sesalnya dalam hati.
Cukup lama semua prajurit mendengarkan semua perintah, untuk menyusun strategi dalam menghadapi kondisi dalam dunia perang, membuat Adit sedikit pecah fokus.
"Nancy ..." hanya nama itu yang ada dalam hatinya saat ini.
Adit menelan ludahnya susah payah, mau tidak mau, suka tidak suka, inilah janjinya menjadi abdi negara.
Setelah sang komandan memberikan beberapa arahan, Adit menoleh kearah Luqman, yang cukup dekat dengannya selama ini. Selaku satu team sesama sniper yang menjadi perencana strategi didaerah konflik, sedikit berbisik memberi kode melalui jari seperti biasa yang mereka lakukan.
Setelah diberi perintah, untuk beristirahat, bergegas Adit mendekati sang komandan agar diberi dispensasi.
Adit berlari, memberi hormat dengan posisi berdiri tegap, "Izin Ndan!"
"Hmm ..."
"Siap! Saya baru kembali dari Yordania, apakah tidak ada yang bisa menjadi pengganti? Karena saya baru menikah dan tidak mungkin meninggalkan istri saya untuk saat ini!"
Sang komandan yang mendengar penuturan prajuritnya, tertawa kecil, menepuk pipi pasukan terbaiknya ...
"Ingat! Kolonel di depan mata! Lakukan tugas mu! Ini perintah!"
"Siap Ndan!"
Adit kembali memberi hormat, memilih berlalu meninggalkan sang komandan yang bernama Dida.
Perlahan dia mendekati Luqman, menepuk pundak sahabatnya, "Gagal!" tunduknya lesu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Tari Gan
kasian dehhhh
2022-09-25
3
G-Dragon
gagal maning, gagal maning...🥺🤧😰
2022-09-25
3