Aditya Atmaja justru tengah menghabiskan malam di salah satu club' yang terletak ditengah kota Bandung.
Wajah tegasnya, tampak memikirkan sesuatu yang semakin berkecamuk dalam kepalanya. "Bagaimana mungkin aku melanjutkan rumah tangga dengan wanita itu ...? Aku pikir Nancy wanita lemah, ternyata dia mengetahui banyak hal tentang aku dan Evi ..."
Tangan Adit terus meremas kuat rambutnya, karena perasaan frustasi.
Evi, gadis ayu nan lembut yang pernah hadir mengisi hari-harinya selama setahun, walau tiga tahun berjauhan, kini gadis itu justru telah berbahagia dengan pria lain yang merupakan sahabatnya sendiri.
Aldo menghampiri Adit, dia melihat sahabatnya tengah di rundung kegalauan luar biasa. Tanpa basa-basi sahabat sekolahnya itu menepuk pundak Adit.
"Kenapa lo? Kayak mikirin anak banyak," tawanya menyeringai lebar.
Adit hanya mengusap wajah tampannya dengan kasar, "Ane mau pisah!"
Aldo menaikkan kedua alisnya, mengerenyitkan keningnya, "Pisah? Yakin pisah? Toh Evi sudah nikah sama Bambang, kan? Sebulan lalu deh kayaknya, bro!"
Adit mengangguk membenarkan, dia hanya tersenyum lirih, menghempaskan tubuhnya disofa sambil menikmati dentuman musik yang sangat meningkatkan adrenalin para pengunjung.
Aldo bertanya lagi, "Terus? Masih berharap sama wanita yang tidak setia sama lo? Baru di tinggal tiga tahun, sudah buat ulah. Bagaimana jika di tinggal, kalian sudah menikah? Mungkin akan terjadi hal yang sangat mengerikan. Bahkan bisa jadi hamil sama pria lain, ngaku-ngaku anak lo! Ya kan?"
Lagi-lagi Adit mengangguk.
Aldo meminta satu gelas minuman pada waiters dan memberikan satu pil laknat pada Adit, "Lo nikmati dulu ... Semoga saja wanita yang menjadi istri lo saat ini lebih baik, bro! Terkadang rencana Tuhan itu lebih baik di bandingkan rencana kita!" senyumnya.
Tanpa pikir panjang, Adit yang di landa kegundahan hati karena penghianatan cinta yang di lakukan Evi padanya, menelan pil laknat itu dengan sebotol softdrink dingin.
Aldo tersenyum lebar, saat melihat sahabatnya menerima bingkisan yang tidak pernah Adit terima.
"Nah ... Gitu dong! Itu baru soib, bro!"
Aldo memberikan headset pada Adit, agar menikmati keindahan musik saat dalam pengaruh obat terlarang itu.
Artis papan atas yang hadir di acara itupun, cukup menghibur para pengunjung club' yang memang menjadi bisnis Aldo selama ini, dan Adit sebagai pengawal pribadinya, yang dia bayar sesuai permintaan sang komandan.
Adit terhanyut dalam suasana, hati senang bak seorang pria paling tampan, tanpa dia sadari tubuhnya meremang, dan merasakan sesuatu yang sangat aneh bahkan semakin tidak biasa.
"Brengsek Aldo! Pasti dia ngeracunin ane ...!" sesalnya menikmati dentuman lagu DJ Tiesto yang telah di revisi ulang.
Adit hanya menggelengkan kepalanya, sambil meremas kuas botol air mineral yang ada dalam genggaman.
Sejak dia menjadi pengawal Aldo, baru kali ini Adit menerima pil laknat itu, hanya untuk menenangkan pikirannya.
Akan tetapi, semakin lama, perasaan Adit semakin tidak karuan. Sesuatu di bawah sana terasa sangat aneh dan mengeras. Tubuhnya bergetar hebat, bahkan semakin bergairah.
"Aaaagh sial! Bagaimana ini ...!" geramnya lagi, dengan gigi menggeram kuat.
Adit berusaha berdiri dari duduknya, tiba-tiba merasa keanehan di bawah sana. Bagaimana mungkin dia hanya merasa miliknya mengeras, tapi mengeluarkan cairan yang tak biasa.
"Aaaagh ...!"
Adit mengeerang, menikmati keindahan malam. Kemudian ia melepaskan headset, menuju toilet.
Namun, saat dia akan masuk ke dalam toilet lagi-lagi hasratnya semakin terasa aneh ...
"Njiir ... Aku enggak pernah merasakan ini! Masak aku harus mesum sama jablay di sini! Aku harus pulang, meminta Nancy agar menjemput ku ..." geramnya dengan dessahan keluar sendiri dari mulutnya.
Benar saja, Adit menghubungi Nancy, agar menjemputnya di club' malam, tanpa ada penolakan atau bahkan kata 'tidak'.
Adit kembali ke sofa awal, tempat dia mendengarkan alunan musik yang semakin lama semakin membuat dirinya sendiri tak mampu menahan rasa panas yang di timbulkan dari efek pil laknat tersebut.
"Aaagh ... Ternyata hangat sekali ..." Lagi-lagi Adit merasakan cairan itu keluar lagi.
Lebih dari 30 menit Adit menunggu di dalam club', saat suasana semakin terasa hangat, kala itu juga Nancy menyambut tubuh Adit yang hampir ambruk ke lantai club'.
"Mas!"
"E-vi ...?"
Nancy hanya menggeleng, memapah tubuh suaminya dengan bantuan pihak keamanan, di susul Aldo yang sedikit kaget melihat sosok istri Adit.
"Nancy? Kamu Nancy anak Pak Sugondo, kan?"
Nancy mengerenyitkan keningnya, dia sedikit mendekatkan wajahnya, karena pencahayaan lampu yang remang-remang membuat ia tidak dapat melihat dengan jelas.
"Siapa yah? Sebentar yah Aa! Ini tadi Mas Adit kenapa? Kok bisa begini?" tanyanya masih berusaha merangkul tubuh tegap itu.
Aldo tersenyum tipis, "Ck ... Biasalah! Sudah, kalian sudah menikah, lanjutkan saja di rumah. Enak kok, enggak cepet loyo! Kalau sudah selesai jangan lupa kasih susu beruang. Besok siang Aa kerumah, yah?"
"Aaagh ..."
Nancy hanya mengayunkan tangannya ke udara, meminta sopir pribadi keluarganya segera meninggalkan tempat tersebut.
Namun, Adit yang merasakan ada tubuh seorang wanita di sampingnya, melirik sedikit, mendongakkan kepalanya untuk meminta mencium bibirnya yang menggigil kuat.
"Neng, cium Mas ..."
Kening Nancy semakin mengkerut, mendengar permintaan suaminya yang tidak masuk akal, "Apaan sih Mas. Kita masih di jalan. Nanti sampai di rumah, yah?"
Adit menggelengkan kepalanya, tubuhnya seketika terasa sangat dingin dan menggigil. Dia ingin sekali merasakan sebuah ciuman yang belum pernah dirasakan nya sama sekali.
"Neng ..." tatapannya lagi-lagi menyiratkan permohonan yang membutuhkan akan sebuah ciuman.
Tanpa pikir panjang lagi, Nancy memiringkan tubuhnya, dengan dada berdebar-debar, tanpa memikirkan kesalahan suaminya tadi sore, perlahan mendekatkan wajahnya.
Mengusap lembut wajah pria itu, hanya untuk menikmati ciuman pertama bagi keduanya.
"Hmmfh ..."
Adit mellumat dalam bibir Nancy yang terasa sangat manis dengan lembut.
Ciuman dua insan yang tidak memiliki perasaan, namun hanya karena permintaan sang suami, Nancy lakukan demi menyadarkan pria yang sudah menjadi suaminya itu.
Entah perasaan dari mana, Adit semakin mendekatkan tubuh ramping itu agar lebih dekat dengannya, tanpa melepaskan ciuman mereka yang semakin lama semakin dalam.
Lidah saling bertautan, saliva saling menyapa, deccapan semakin terdengar oleh telinga Mang Nanang yang tersenyum bahagia melihat adegan mesum anak majikannya.
Nancy seolah-olah terbuai karena perasaannya, namun sangat berbeda dengan Adit yang seperti haus akan hal itu, sehingga dengan mudahnya dia memangku tubuh ramping agar duduk diatasnya.
Sontak Nancy terkejut saat merasakan sesuatu yang keras di bawah sana, membuat dia melepaskan ciuman mereka, dan mengusap bibirnya yang terasa sangat kebas.
Adit kembali meraih tubuh Nancy, membuat gadis itu benar-benar menolak, karena kondisinya tengah berada di dalam mobil.
"Neng ... Please ... Bantu ..." errangan Adit sangat menakutkan bagi gadis cantik itu.
Nancy menggelengkan kepalanya, "Sabar yah, Mas ..."
Nancy menepuk pundak Nanang, "Cepat Nan, Mas Adit lagi gila! Aku enggak mau dia perkosa di sini!" tegasnya.
"Baik Non!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
MP dlm keadaan mabok pil🤭
2022-10-05
2
Tari Gan
up LG thooor
2022-09-22
2
Chay-in27
asyik, Adit belah duren...😂🤭🤣🤣
kondisi mabuk berat baru berani minta...🤣🤣🤣
2022-09-21
2