Adit tertegun sejenak setelah mendengar penuturan Evi yang berlalu pergi meninggalkan nya. Seketika wajahnya memanas, menggeram bahkan semakin tampak menyiratkan dendam.
Bagaimana mungkin seorang gadis yang selama empat tahun bersama, telah mengkhianati nya, hanya karena terlalu lama di tinggalkan dalam masa dinas ...? Apakah hanya itu alasannya ... Atau ...
"Ini belum menikah, bagaimana jika sudah menikah ...? Mungkin dia akan berkhianat bahkan, aaagh entahlah ..." geramnya, menuju kasir untuk membayar semua bill yang tidak seberapa.
Aditya merogoh koceknya, mengambil kunci mobil dinas yang dia gunakan selama berada di kota Bandung.
Langkah kakinya semakin melemah, saat ini dia tidak tahu harus berbuat apa. Baginya hanya Evi yang ada dalam benaknya.
Perlahan Adit membuka pintu mobil, memacu kecepatan mobilnya setelah menekan tombol otomatis. Hanya pulang yang terlintas dalam pikirannya saat ini, saat mata elang itu tertuju pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.
"Gadis itu hanya memberikan waktu satu jam padaku. Aku harus tiba di rumah 20 menit lagi ..." gumamnya dalam hati.
Benar saja, Adit tiba di kediaman Sugondo tepat waktu dari yang di ucapkan Nancy sebelum meninggalkan cafe.
Saat Adit keluar dari mobil, dia dikejutkan dengan kehadiran Atmaja, juga Sulastri sang ibunda sudah berada di kediaman Sugondo.
Adit menghela nafas berat, rasanya dia malas untuk berbasa-basi dengan orangtuanya juga mertua yang tengah menikmati segelas teh hangat sore itu.
Dengan gagah, Adit menghampiri mereka, menciumi punggung tangan orang tua yang menyambut nya dengan senyuman bahagia.
"Baru pulang, Nak?" sapa Sulastri.
Adit mengangguk tanpa mau banyak bicara.
"Anak muda sekarang Mas ... Kalau sudah di kamar, enggak keluar kamar!" tawa Sugondo menatap Atmaja, namun menusuk jantung Aditya.
Aditya hanya bisa tersenyum lirih, sedikit berpamitan karena enggan untuk bercerita dengan orangtuanya, "Maaf Pak, Adit masuk dulu ..."
Sulastri menatap kearah Ningsih, sedikit berbisik karena melihat perubahan anaknya yang tak bersemangat.
"Ayak naon kasep?" tanya Ningsih melihat sang menantu sedikit murung.
Adit hanya diam membisu, memilih berlalu menuju rumah paviliun yang telah di persiapkan Sugondo untuk anak menantunya.
Jantung Adit berdebar-debar, saat akan membuka pintu kamar. Namun, saat dia akan membuka hendel pintu ternyata terkunci dari dalam ...
Lagi-lagi dia harus memanggil nama wanita yang sengaja membuat hatinya kesal tak menentu.
Perlahan Adit mendekatkan bibirnya di dekat pintu, agar tidak terlalu terdengar oleh orangtuanya yang masih duduk sesekali mencuri pandang kearah paviliun mereka.
"Neng ... Buka Neng, Mas pulang ..."
Cukup sekali Adit memanggil seperti itu, dengan nada terdengar sangat lembut, membuat pintu kamar terbuka lebar.
Namun Nancy dengan wajah sembab hanya kembali ke atas ranjang, tanpa mau menyapa.
Adit yang melihat perubahan istrinya seperti itu, membuat dia semakin serba salah.
Biasanya Nancy menyambutnya, menerima baju kotor yang di buka Adit, membuatkan minuman hangat, atau hanya sekedar menanyakan sudah makan atau belum.
Kali ini semua pertanyaan, dan semua yang biasa Nancy lakukan hilang seketika. Wajah yang selalu tersenyum saat menyambut Adit, kini tampak tak berseri, bahkan hanya suara hidung mampet nya saja yang terdengar.
Adit melakukan ritualnya, tak ingin merusak suasana hati sang istri dengan semua permintaan nya.
Selama di rumah, waktu sebelum menikah, Adit juga terbiasa melakukan apapun sendiri. Walau Sulastri selalu menyediakan semua kebutuhannya, namun dia tidak ingin merepotkan orang terdekatnya.
Semenjak menikahi Nancy, Adit di perlukan sangat baik oleh gadis itu. Di perhatikan bak putra raja dengan sangat telaten, namun cinta yang belum tumbuh di hati pria berstatus sebagai TNI AD itu selalu bersikap dingin bahkan sangat kasar.
Adit menyibak rambut yang memiliki potongan tiga dua satu ... Dia melihat cahaya handphone miliknya menyala.
Seketika keningnya mengerenyit memandangi layar handphone, 'Aldo' ...
"Ngapain Aldo menghubungi aku ...?"
Tak menunggu lama, Adit menjawab panggilan Aldo di seberang sana.
["Naon ..."]
["Di mana lo?"]
["Aaagh, di rumah bini ane, bro!"]
["Evi?"]
["Ck, emang Lo pikir cewek cuma Evi! Bini ane lah!"]
["Yaaah ... Amankan club' gue dong bro malam ini! Setidaknya ada tambahan uang jajan lo, buat bini ..."]
Kening Adit kembali mengkerut ...
["Hmm, tebel enggak nih? Kalau cuma jajan doang ane kagak mau! Setidaknya lo kasih mobil cakep napa, buat kado pernikahan ane yang masih seumur popcorn ..."]
["Siap-siap-siap komandan ... Gue kasih lo mobil seri terbaru. Malam ini ada artis datang! Gue minta lo amanin tempat, besok siang mobil lo gue kirim, deal ...?"]
["Deal! Jam 11 yah? Ane makan dulu, ngobrol dulu sama bini. Kualat entar kalau enggak pamit ..."]
["Oke bro ..."]
["Hmm ..."]
Adit meletakkan handphonenya kembali di meja, melirik kearah Nancy yang masih tak memperdulikan nya.
Adit tersenyum tipis, mendekati Nancy yang membelakangi nya sejak pulang kerja. Perlahan ia duduk di pinggir ranjang, setelah mengenakan baju kaos hijau yang ada dalam lemari pakaian.
Perlahan Adit mengehela nafas dalam-dalam, jujur selama dia lahir ke dunia tidak pernah seintens ini pada wanita. Walau dia menjalin hubungan dengan Evi selama empat tahun, tak sedikit pun Adit menyentuh wanita itu.
Kini Adit sedikit salah tingkah, saat mendekati Nancy yang masih tertidur membelakangi nya, dengan wajah tertutup bantal, tubuh di tutup selimut tebal, yang telah ada semenjak mereka tinggal di sana.
Paviliun yang sejuk, di tambah air conditioner menyala non stop 24 jam, kitchen set minimalis lengkap dengan meja makan dan minibar, menjadikan Adit suami yang paling beruntung telah menikahi putri kesayangan Sugondo.
Namun, lagi-lagi Adit hanya diam membisu tak mampu berkata-kata saat tubuh Nancy terasa sangat hangat, walau sudah terhalang kain berlapis-lapis.
'Sial ... Bagaimana aku ngomong minta maaf nya sama Nancy ...! Sementara dia masih bergelumun tak bergeming dengan keberadaan aku ...'
Adit membasahi tenggorokan nya yang terasa mengering tiba-tiba. Berkali-kali dia membasahi bibirnya, agar tak terasa kering bahkan lebih mirip seperti pria bodoh yang sangat gugup berhadapan dengan wanita asing.
"Aaag ... Mending aku di hadapkan dengan para jenderal bintang dua, dari pada aku harus di hadapkan dengan situasi seperti ini ...!" sesalnya merutuki diri sendiri.
Sekuat tenaga Adit memberanikan diri untuk bicara, walau hanya sekedar basa-basi ...
"Hmm Neng ... Eee ... Hmm, Aa eeeh Mas, hmm anu-anu-a-anu mau minta maaf ... Eee malam ini ka-ka-kamu ada kegiatan enggak? Kita keluar yuk, temanin Aa, eeeh Mas untuk ehmm ..."
Adit berusaha tenang, tapi dia malas untuk melanjutkan pembicaraan nya. Karena menganggap bahwa Nancy sama sekali tidak mendengar omongannya.
'Sukur deh, kalau dia enggak dengar! Aaagh, Kenapa aku jadi gugup gini siih ...!' sesalnya menghentakkan kakinya di lantai kamar.
Nancy yang mendengar suara celotehan suaminya, yang terdengar gugup, dia membalikkan tubuhnya perlahan. Entah keberanian dari mana, gadis itu mengusap lembut paha pria yang masih gugup dengan senyuman yang mematikan.
Melihat tangan mulus istrinya menempel di paha, Adit sulit untuk bergerak apalagi bernafas. Mulutnya ternganga, dan memejamkan mata, karena sejujurnya dia sama sekali tidak memiliki keberanian serta keahlian saat menerima sentuhan wanita.
"Ne-ne-neng ... Jangan main nyosor aja, Aa eeeh Mas hmm ... Anu-anu-a-anu ..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
lelaki garang ternyata Bru di sentuh dikit aja udh kelimpungan
2022-10-05
1
G-Dragon
pantes saja di selingkuhi Evi.. Ternyata masih polos banget Adit nya...🤣🤣🤣
sok sok hebat mau perawanin Nancy.. 🤣🤭
2022-09-19
4
Chay-in27
ha-ha-ha ...
sengak pas kepepet doang...🤣🤣🤭🤭
dasar mayor aneh, untung bini Lo Nancy, Adit.. kalau Evi, entahlah...
bersyukur wooii.. bersyukur...🤣🤣🤣
2022-09-19
3