Cafe yang terletak di daerah Setiabudi Bandung, hanya ada beberapa pelanggan dalam keheningan yang sangat tenang. Taman bacaan sekaligus cafe yang menjadi tempat terbaik bagi dua insan saling mencintai tiga tahun lalu.
Aditya duduk berhadapan dengan Evi, wajah keduanya tampak kaku dan mematung, tanpa berani menoleh kearah lain.
Sementara Nancy duduk menggeram, diantara Aditya juga Evi yang berada tepat di samping kedua insan yang memiliki kisah cinta belum usai tersebut.
Nancy memberanikan diri untuk bertanya pada Evi, tanpa melirik kearah Adit, "Apakah kamu sudah menikah?"
Evi mengangguk dengan linangan air mata membasahi wajahnya.
Nancy menoleh kearah Adit, kemudian bertanya lagi pada suaminya, "Apakah Mas sudah menikah?"
Adit terhenyak mendengar pertanyaan istrinya, dia menatap lekat wajah cantik Nancy yang tampak tenang walau hati gadis itu terluka atas sikapnya selama menjadi istri.
Nancy mengulang kembali pertanyaannya, "Jawab Neng, apakah Mas sudah menikah?"
Adit mengangguk, memberi isyarat pada Evi bahwasanya mereka sudah sama-sama menikah dan memiliki pasangan masing-masing.
Wajah Nancy tersenyum lirih, dia menoleh kearah Evi, "Saya rasa kamu tahu siapa Kelurga Sugondo. Saya juga sangat mengetahui siapa keluarga kamu. Mas Adit sudah memberi isyarat, bahwa dia sudah menikah! Saya rasa, kamu sebagai istri pria lain tidak berhak untuk mengganggu kebahagiaan orang lain!"
Adit yang mendengar ucapan Nancy menatap tajam kearah gadis yang ternyata memiliki ketegasan untuk melindungi dirinya sendiri ...
Evi tersenyum tipis, dia tidak menyangka bahwa Aditya menikahi gadis sesombong Nancy.
"Tapi Mas Adit tidak mencintai kamu! Dia masih mencintai saya!" ucap Evi terbakar api cemburu.
Nancy menyandarkan tubuhnya di kursi tempat duduknya, hanya bisa tersenyum menatap kedua insan itu bergantian, kemudian kembali berkata. "Baik, saya memang gadis yang tidak di cintai Mas Adit saat ini, namun saya telah menikah dengannya. Bersetan dengan cinta! Karena saat ini saya ingin memperjuangkan rumah tangga saya dan menata masa depan saya bersama laki-laki yang sudah menjadi suami saya!" tegasnya.
Adit terdiam, kali ini dia salah telah memandang Nancy sebagai gadis yang lugu serta polos. 'Apa mau gadis ini? Bukankah aku sudah terus menyakitinya? Kenapa dia masih mengharapkan aku ...?'
Wajah tegas Adit menggeram, rahangnya mengeras, ingin sekali dia melarikan Evi saat ini juga. 'Namun, apa aku mampu? Apa kata kesatuan jika aku melakukan kesalahan dan Nancy melaporkan aku ...?'
Sementara Evi yang sudah menikah dengan Bambang dengan semua kebahagiaan yang dia miliki saat ini, masih berusaha untuk merebut Adit tanpa perasaan bersalah.
Nancy berdiri, dia tidak ingin berlama-lama berada di sana. Menatap kearah Aditya Atmaja tanpa banyak bicara ...
"Mas masih mau di sini? Atau pulang? Jika mau di sini, besok Neng akan mengajukan permohonan kepada komandan pasukan elite, menyatakan bahwa kita akan berpisah!"
Adit menoleh kearah Nancy, kali ini dia yang terjebak dalam perasaannya. Jika istrinya kembali melaporkan tentang perceraian atau tidak bahagia, bahkan perselingkuhan yang di lakukan Nancy akan mengancam karirnya di kesatuan.
"Neng ... Kita bisa bicara baik-baik! Neng pulang lebih dulu. Mas masih ada yang mau di bahas sama Evi ..."
Nancy tertawa kecil mendengar penuturan Adit yang masih ingin bertahan di sana, bersama wanita yang jelas-jelas tidak setia padanya.
"Apa lagi yang mau di bicarakan? Mas sudah menikah, begitu juga wanita ini! Bahkan dia menikahi sahabat Mas sendiri. Kalau Neng boleh bicara, mereka ini menikah karena sudah berkhianat dari mas! Bukan karena di jodohkan, kenapa Mas tidak bisa membuka mata lebar, telah mencintai wanita seperti Evi!" Nancy benar-benar geram karena kebodohan Adit.
Adit hanya diam, wajahnya merah padam, sesekali melirik kearah Evi yang tidak melakukan pembelaan diri sama sekali atas ucapan Nancy yang berapi-api padanya.
Nancy menggelengkan kepalanya, dia meraih tas kecil miliknya, merogoh handphone dari dalam tas, agar sopir keluarganya menjemput kesana.
Setelah iya menghubungi sopir keluarganya, dia menatap Adit dengan tatapan yang sangat menusuk relung hati terdalam suaminya ...
"Silahkan, setelah ini kita urus semua masing-masing! Neng tidak ingin melanjutkan pernikahan ini." Dia menoleh kearah Evi, kemudian berkata, "Selamat ... Kamu telah menghancurkan kebahagiaan rumah tangga saya yang hanya seumur jagung. Ambil Mas Adit sama kamu, jika kamu memang sanggup untuk melayani dua pria sekaligus!"
"Neng! Jaga ucapan kamu!" Adit kembali menghardik Nancy di hadapan Evi.
Nancy tersenyum lebar, pupilnya seketika melebar, tak menyangka bahwa suaminya lebih memilih wanita seperti Evi.
"Ucapan mana yang harus Neng jaga? Perlakuan kasar Mas saja sudah cukup untuk Neng! Ternyata Mas bukan pria yang pantas untuk Neng. Neng akan bicara sama Bapak juga Ibu, termasuk sama Pak Atmaja, juga Ibu Sulastri. Neng akan bicara pada mereka bahwa anaknya hanya mencintai wanita bernama Evi anak kampung sebelah, permisi ..."
Nancy berlalu, meninggalkan cafe yang semakin panas jika dia terlalu lama berada di sana. Tanpa berpikir panjang lagi ...
Namun, saat dia akan membuka pintu kaca cafe tersebut Adit menghalangi langkah istrinya. Ada perasaan takut juga bersalah di hatinya, tapi kali ini dia harus menghadapi kenyataan bahwa Nancy lebih berhak padanya.
"Please ... Jangan lakukan ini sama Mas! Mas minta waktu dua jam saja, untuk menyelesaikan masalah sama Evi. Dua jam, Neng ... Setelah ini Mas janji, akan menjadi suami yang baik untuk Neng," mohon pria yang berstatus suami Nancy itu.
Seketika hati Nancy luluh, selama mereka menikah tidak pernah Adit bicara selembut dan semanis ini padanya, wajah cantik itu tersenyum tipis ...
"Satu jam! Tidak lebih ..."
Nancy berlalu, tanpa menghiraukan panggilan suaminya, dan berlalu meninggalkan cafe sekaligus taman bacaan tersebut.
Ini merupakan satu kemenangan untuk Nancy, namun semua keputusan ada di tangan Aditya Atmaja untuk menentukan sikap mulai detik ini dan selanjutnya.
Perjodohan yang sangat mematikan langkahnya, agar dapat bahagia bersama wanita yang pernah Adit cintai, pupus sudah. Saat ini Nancy lebih berhak atas dirinya dari pada Evi yang sudah menjadi milik sahabatnya, Bambang.
Evi menoleh kearah Adit, dia berdiri menghampiri pria yang sudah menjadi mantan kekasihnya tersebut.
Menarik nafas dalam-dalam, saat tubuhnya semakin mendekati Adit yang masih termangu memandangi kepergian Nancy, juga memandang kearah Evi bergantian.
Evi hanya bisa menangis, meratapi nasib yang ternyata memang tidak berpihak padanya semenjak tiga tahun menjalin hubungan jarak jauh dengan Aditya.
Langkahnya terhenti dihadapan Adit, hanya mampu berkata, "Neng ketemu sama Mas cuma mau bilang, mungkin besok kami akan pindah ke Jakarta, dan hmm Neng sedang mengandung anak Mas Bambang yang sudah berjalan tiga bulan. Makanya Neng mau ketemu, dan menjelaskan semua ini sama, Mas Adit. Neng minta maaf atas semua kesalahan dan ketidaksetiaan selama ini. Maafkan Neng, Mas ..."
Adit yang mendengar kejujuran dari Evi, sontak membuat hatinya semakin terasa terbakar. Bahkan sangat menyakitkan ... 'Ternyata selama ini aku di bohongi Evi ...'
"Kamu mengkhianati cinta Mas selama ini? Apa salah Mas sama kamu, Evi? Pantas saja Ibu tidak pernah setuju dengan hubungan kita! Jawab, apa salah Mas sama kamu?!"
Evi tak mampu berkata-kata lagi, dia tak ingin membahas apa sebenarnya yang terjadi.
"Maaf Mas, Neng permisi ..."
"Evi ... Evi, Evi!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Sky Blue
Samngt selalu ya kax🥰🥰🥰
2022-11-28
0
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
cerdas kamu nancy👍
jgn mau kalah sama Evi justru kamu LBH berhak sbg istri sah nya Adit
2022-10-05
0
Tari Gan
suee Adit kamu di bodohi evi
2022-09-20
2