Setelah mendengarkan semua wejangan yang di berikan Aldo sore itu, Adit semakin berfikir bahwa pernikahannya dengan Nancy merupakan satu rencana Tuhan yang baik untuk nya dan keluarga besar mereka.
.
Namun, sudah lebih dari dua bulan Adit membina rumah tangga bersama Nancy, tak sedikitpun dia memberanikan diri untuk menyentuh tubuh istrinya lebih intens.
Mereka hanya menikmati kedekatan yang semakin akrab, selayaknya seorang teman tempat bercerita tentang keseharian selama menghabiskan waktu ditempat kerja.
Sehingga, pada satu malam di acara keluarga besar Sugondo yang tengah mengadakan acara syukuran kecil, sebagai seorang pengusaha yang ingin memberikan kebahagiaan pada semua karyawan pabrik keluarga tersebut, lagi-lagi Adit dihujami pertanyaan ...
"Mas Adit, kapan punya anak? Kok sudah dua bulan belum ada tanda-tanda Nancy hamil?"
Adit terdiam, wajahnya seketika berubah kaku. Pertanyaan keluarga diangguki oleh beberapa petua yang mendengar pertanyaan tersebut.
Nancy menunduk, tersipu-sipu malu menatap wajah tampan suaminya dengan tatapan melebar.
"Kami lagi berusaha atuh teh ... Kalau belum dikasih sekarang, mungkin bulan depan, atau bulan-bulan berikutnya," jawab Nancy meremas tangan Adit yang duduk di sebelahnya.
Adit mengangguk-angguk membenarkan perkataan Nancy yang selalu menutupi segala kekurangannya selaku suami.
Atmaja yang melihat putranya sudah semakin dekat dengan sang menantu, tersenyum sumringah, dia berbisik pada Sulastri ... "Ternyata anak-anak ini gampang banget jatuh cintanya yah, Bu ...?"
Sulastri mengangguk membenarkan ucapan suaminya, setidaknya keputusan keluarga telah menikahkan putra yang menjadi kebanggaan keluarga selama ini, memberikan satu kebahagiaan bagi Sulastri juga Atmaja.
Memiliki besan yang kaya juga bersahaja, merupakan satu kebahagiaan tersendiri bagi Atmaja.
Sulastri mendekati putra kesayangannya, hanya bisa menepuk-nepuk pundak anak yang berbakti bagi keluarga ...
"Cepat kasih Ibu cucu ... Jangan lama-lama. Mumpung kamu masih berada di sini. Jadi bisa belajar timang anak sendiri, dan melihat proses persalinan istri tercinta. Jangan kayak Ibu, pas melahirkan kamu, Bapak justru berada di medan perang. Kasihan sama istri jika hamil, enggak ada suami ..." titah Sulastri pada Aditya.
Aditya tampak salah tingkah ... "Bagaimana mungkin aku akan melakukannya. Semua itu enggak mudah Bu ...! Membuka baju istri ku saja, aku enggak berani. Bagaimana mau hamil ..." gerutunya dalam hati.
Adit hanya menjawab singkat, dengan senyuman manis, "Doakan saja, biar cepat dapat anak!" senyumnya berlalu meninggalkan keluarga besar yang tengah sibuk berbisik-bisik menanyakan tentang kehamilan istrinya yang belum terlihat tanda-tandanya.
Adit kembali ke paviliun, melihat wajahnya di depan cermin ... "Kenapa bodoh sekali aku tidak berani melakukan hal itu pada istri sendiri ...? Padahal, Nancy sudah lebih agresif meminta ciuman setiap malam. Kenapa tidak seorangpun mengerti akan kondisi aku saat ini? Aaagh ...!"
Cukup lama Adit berdiam diri di paviliun, tanpa mau berbasa-basi apalagi mendengarkan pertanyaan yang sangat memekakkan gendang telinganya, "Kapan hamil? Kapan hamil ... Mereka pikir menghamili anak orang enggak pake keberanian ..."
Adit masih mendongkol dalam hati, merebahkan tubuhnya di ranjang yang menjadi saksi hubungannya dengan Nancy. Ciuman indah yang selalu mereka ciptakan membuat rasa penasaran pria itu semakin besar ...
Adit mendengar suara ketukan pintu, kemudian terbuka perlahan ...
Nancy masuk, menutup rapat dan mengunci pintu kamar, menghampiri suaminya untuk bertanya, "Mas, kok kamu disini? Bukannya bergabung sama keluarga lainnya? Aldo baru saja pulang, katanya Emi lagi mengandung anak mereka ..." ceritanya duduk dipinggir ranjang.
Adit hanya meremas kuat rambutnya, dia sedikit frustasi jika sudah banyak tuntutan dari keluarga, yang menganggap bahwa mereka telah melakukan hal itu.
"Hmm ... Biarin deh! Aldo kan emang cinta sama Emi. Mereka juga menjalani proses perjodohan sama seperti kita," jelasnya.
Nancy memperbaiki posisi duduknya, sedikit mencondongkan tubuh rampingnya, agar dapat memberikan sebuah perasaan yang berbeda bagi Aditya sang suami.
Adit hanya menatap wajah cantik alami istrinya, tersenyum sumringah, menanti sang istri untuk memulai lebih dulu.
"Apa Mas sudah siap? Enggak bakal mengecewakan Neng, lagi?" godanya pada puncak hidung Adit.
Adit mengusap lembut kepala istrinya, "Jangan malam ini, karena Mas besok ada sesi latihan jam 06.00. Kita cari waktu yang tepat, yah? Oya, besok siang jangan lupa, ada acara makan siang bersama dengan Ibu Persit lainnya. Mas berharap, Neng bisa datang sendiri. Satu lagi, kalau kita tinggal di rumah dinas, bagaimana?"
Nancy menghela nafas panjang, kembali menelan kekecewaan karena Adit tak kunjung siap untuk menjadikannya seorang wanita yang sempurna.
"Kenapa sih, Mas? Apakah dalam banget rasa sayang dan cinta Mas sama wanita itu? Kenapa sampai saat ini Mas belum mau menyentuh, Neng? Apa masih belum ada perasaan, terus kenapa kita saling berciuman setiap malam? Jujur Neng rindu, sangat merindukan semua itu, agar menjadi istri yang sempurna bahkan wanita bahagia setelah menikah ..." rungutnya kesal.
Adit terdiam, dia menelan ludahnya sendiri, dengan tangan bergetar hebat, berusaha meraih tubuh ramping istrinya yang sangat menggoda.
"Hmm ... Pelan-pelan yah? Kita coba ... Jujur Mas takut!" bisiknya dengan hembusan nafas menyentuh kulit halus bagian belakang telinga Nancy.
Seketika Nancy membalikkan tubuhnya, dia menerima kembali wajah tampan suaminya, yang sejak awal membuatnya semakin penasaran.
"Ternyata butuh waktu untuk membuat Mas jatuh hati sama Neng ..."
Adit menantap sendu bola mata indah Nancy, perlahan dia mendekatkan bibir mereka, yang semakin lama semakin lihai dalam bermain lidah.
Nancy mengusap lembut wajah suaminya, sengaja membuka kancing bajunya lebih dulu, karena mengetahui tangan Adit semakin bergetar saat akan memulai semuanya.
Mungkin bisa dikatakan, Adit seorang laki-laki yang pemalu atau penakut walau dia merupakan seorang pria yang berpangkat mayor.
Benar ... Adit yang sudah mulai menerima kenyataan dengan menerima perjodohan keluarganya ini, membuat dirinya semakin terbebani dengan status Nancy yang merupakan wanita baik-baik.
Akan tetapi, rasa traumanya yang menyelimuti perasaannya, membuat dia enggan untuk menjelaskan bagaimana perasaan hati Adit yang sesungguhnya.
Pekerjaan yang akan meninggalkan Nancy lebih lama, membuat dia takut untuk melakukan hal itu, karena akan terjadi pengkhianatan dikemudian hari, menurut pikirannya saat itu.
Entah angin apa ... Malam ini, kedua-nya benar-benar terlarut dalam suasana hati bahagia, didukung cuaca yang sejuk, membuat Adit benar-benar melakukan tugasnya sebagai seorang suami ...
Nancy meremas kuat lengan suaminya, saat akan menerobos lembah surga halalnya, yang sama sekali belum pernah tersentuh oleh suami sendiri.
Berkali-kali Adit memposisikan dirinya, agar dapat menembus dinding penghalang kulit terhalus sang istri dibawah sana, namun lagi-lagi gagal ia lakukan ...
Nancy sedikit meringis, karena gesekan yang membuat intinya sedikit sakit ...
"Mashh ..."
Nancy mengigit bibir bawahnya, meringis menahan rasa perih, yang akan diarahkan kembali oleh Adit ...
"Aaauugh Mashh ... Sa-sa-sa-sakit banget ... Neng enggak kuat ..." ringisnya mendekap tubuh kekar Adit yang sudah mengeluarkan keringat dingin.
"Aduuh, sakit yah? Ini ni, yang membuat Mas enggak tega, Neng! Maaf yah ...?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Tari Gan
wkwkwk pelan2 pak mayor
2022-09-25
3
DearPE
Waduhh nanggung tuhh, dikit lagi🤭🤭
2022-09-25
3
Chay-in27
auuugh ... perjodohan yang polos dua-duanya...🤣😬🤭
2022-09-25
3