"Bukan luka penting," ujar Kane masuk ke dalam kamar mandi.
Pak Jhon menatap nanar ke arah pintu kamar mandi yang telah ditutup dalam hatinya bertanya Sebenarnya apa yang telah terjadi. Ini tidak seperti apa yang telah mereka rencanakan sebelumnya, hubungan tanpa ikatan, tanpa hati, tanpa perasaan pada akhirnya akan menjadi rumit ke depannya.
Pak Jon sepatunya sana kita seseorang yang bisa menemaninya hidup ke depan. Namun, sepertinya itu sulit karena sifat Kane dan Dee yang saling berlawanan.
Kane lebih memakai logikanya dan Dee yang melakukan segala sesuatunya dengan perasaan. Dee bukan seperti wanita lainnya akan menurut dengan semua perintah dari Kane. Dia pendiam namun sifat pemberontak ada dalam dirinya. Seperti seekor kucing liar yang terlihat jinak, tetapi jika didekati maka akan dicakar. Seseorang harus bisa mendekati dengan hati, apakah Kane bisa melakukan itu?
Dee mulai membuka matanya ketika dokter dan perawat sedang memeriksanya.
"Nona sudah sadar rupanya. Syukurlah," kata dokter pria yang telah menolong Dee kemarin.
Dee masih nampak kebingungan. Kepalanya masih terasa berat sehingga dia tidak bisa mengangkat tubuhnya untuk duduk. Rasa nyeri di perutnya masih terasa dan lamat-lamat dia mengingat kejadian terakhir sebelum dia pingsan.
Dia mengalami pendarahan. Reflek Dee langsung memegang perutnya.
"Untung saja suami Anda datang tepat waktu jadi kami masih bisa menyelamatkannya. Telat sebentar saja Anda akan mengalami pendarahan hebat yang bisa berakhir pada keguguran," terang Dokter itu mengerti apa yang Dee pikirkan.
Netra Dee mencari sosok yang dia kenal yang mungkin berada di ruangan ini. Pelayan Kane mungkin karena tidak mungkin pria itu akan menunggunya sepanjang malam.
"Suami Anda baru saja keluar dari ruangan ini," ungkap dokter itu.
"Dia sangat manis, terjaga sepanjang malam menunggui Anda. Tidak beranjak sedikitpun dari sisi Anda," lanjut perawat.
"Anda beruntung mempunyai suami seperti itu, tampan, kaya dan perhatian. Bukankah dia adalah Kane Yang, pengusaha muda yang namanya sering muncul di berbagai majalah bisnis?"
Dee tersenyum dan mengangguk. Otaknya saat ini belum bisa menerima dengan kenyataan yang baru dia dengar. Statusnya di rumah sakit ini adalah istri dari Kane. Berarti pria itu tidak menutupi hubungan mereka.
Yang kedua Kane menungguinya semalaman penuh, akh itu mungkin karena dia merasa cemas pada anak ini bukan dirinya. Tidak mungkin pria itu memberi perhatian padanya karena hal ini.
Kane tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Seperti biasanya wajahnya tanpa ekspresi, tapi tidak mengurangi ketampanannya yang tidak tertandingi. Wajah putih bersih tanpa cela sedikitpun, mata yang dalam dan tajam serta hidung tegak lurus yang menjadi bagian terbaik dari wajahnya.
Bibirnya tipis dengan garis keras diantaranya yang menandakan bahwa dia tidak akan mengucapkan sesuatu yang tidak penting. Bagi pria itu mengejek Dee termasuk hal penting. Itu pikiran Dee.
"Oh, Tuan Yang sudah datang. Istri Anda sudah siuman dan kondisinya mulai stabil. Mungkin masih ada rasa kram diperutnya tapi berangsur akan hilang dengan sendirinya ketika kondisi janin dalam perutnya sudah kembali stabil dan membaik," terang sang dokter.
Kane mengangguk melihat Dee dengan tatapan yang Dee tidak mengerti. Dingin tetapi ada perhatian di sana, mungkin.
"Satu jam lagi setelah makan pagi, Anda harus menemui Dokter kandungan. Akan dilakukan pemeriksaan secara detail oleh Dokter spesialis."
"Kami akan kesana setelah Dee makan," jawab Kane.
"Kalau begitu saya ijin pamit keluar karena masih ada pasien yang harus saya periksa. Usahakan kurangi pergerakan pasien sebisa mungkin. Jika kurang nyaman memakai kateter bisa dilepas, tapi nanti Anda harus menggendongnya setiap akan ke kamar mandi. Intinya dia tidak boleh banyak bergerak."
"Saya mengerti Dokter. Saya akan memastikan dia tidak akan menggerakkan satu jari pun tanpa sepengetahuan saya."
"Semua pria seharusnya belajar dari Anda bagaimana cara menjaga istrinya dengan baik." Mendengar perkataan Dokter itu membuat Kane tersenyum kecut.
Dokter dan perawat itu lantas keluar dari ruangan. Kini tinggal Dee dan Kane yang ada di sana. Suasana menjadi tegang dan udara mendadak terasa dingin bagi Dee.
Wajahnya menyiratkan ketakutan yang teramat sangat. Tangan Kane diangkat ke atas. Dee menutup wajahnya secara otomatis.
Dee terkejut ketika tangan Kane yang halus menyentuh dahinya lembut.
"Kau sudah tidak demam lagi," kata Kane. Dia mengambil nampan yang ada di atas nakas. Kedua alisnya disatukan dan dia mendekatkan wajah untuk mencium bau masakan itu.
"Apakah makanan ini sudah memenuhi unsur sehat?" celetuk Kane menatap ke arah menu masakan itu membuat Dee mengangkat wajahnya dan melihat isinya.
"Ayam itu akan lemak, sayur bayam itu bergizi dan tahu tempe itu mengandung protein. Semua unsur gizi sudah ada dalam makanan itu."
Kane menatap tidak puas pada Dee. "Dan ini susu putih, kau tidak menyukainya kan?"
Dee tidak menyangka jika Kane tahu apa yang dia sukai dan tidak dia sukai padahal pria itu nampak tidak perhatian padanya dan cenderung tidak peduli.
"Aku akan meminta Pak Jhon untuk membawakan susu coklat untukmu," ujar Kane lagi.
Dee tersenyum. Hatinya menghangat dengan sikap Kane yang sedikit peduli padanya.
"Aku akan menyuapi dirimu," kata Kane.
"Ekhm ... aku tidak suka nasi semenjak hamil," ungkap Dee takut-takut.
"Aku tahu, kau makan lauknya saja," lanjut Kane.
Dee mulai makan dari suapan Kane. Dia tidak menyangka Kane akan bertindak sebaik ini. Dee menatap Kane terus menerus.
"Aku tahu aku tampan dari sisi manapun, kau tidak perlu mengagumiku seperti itu."
Dee mencibir.
"Tuan."
"Panggil Kane saja." Bola mata Dee membesar mendengar itu. "Itu lebih enak didengar."
"Ka ... Kane," ucap Dee ragu. Pria itu menepuk pucuk kepala Dee dengan pelan terlihat puas.
"Baru kali ini kau menurut tanpa memberontak. Lain kali tetap seperti ini. Jangan memancing kemarahanku."
Mereka terdiam sejenak.
"Apakah kau tidak marah atas kejadian ini?" tanya Dee cemas. Mengamati setiap perubahan ekspresi wajah Kane. Bersiap pria itu akan melontarkan komentar pedas.
"Lain kali jaga bayiku dengan baik dan jangan memancing emosi orang lain. Kau itu selalu mencari masalah."
"Dia yang memulainya terlebih dahulu," ujar Dee tetapi dia langsung menggigit lidahnya sendiri. Kane tidak mungkin akan membelanya. Baginya Liliana jauh lebih penting. Dia hanya ibu pengganti bagi calon anaknya saja.
Kane menghela nafas. "Aku tahu kau tidak salah sepenuhnya, tapi jika kau waspada dan bisa membaca kondisi, situasi ini tidak akan terjadi. Kau terlalu mengikuti kata hati tetapi tidak memakai otak dalam melakukan segala sesuatunya."
"Apakah kau tidak marah?" tanya Dee sekali lagi meyakinkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Puja Kesuma
kau yg gk pakel otak kane... udah punya istri tp msh melanjutkan pertunangan dgn wanita lain....
2022-10-10
0
Siti Sa'adah
lanjut
2022-10-07
0
noven yee
seiring berjalannya waktu kane akan menerima dee sepenuhnya dan tdk akan memisahkan dee dgn anaknya
2022-10-07
0