Satu bulan kemudian di sebuah kamar Kost.
"Kak, kau harus makan. Dari kemarin kau belum mau makan aku khawatir dengan kondisimu."
Anna membuka dua bungkus nasi padang kesukaan Dee di depannya. Seketika mendapat bau makanan yang menyengat membuat perut Dee mual. Gadis itu langsung berlari ke arah kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya yang tinggal hanya ada cairan berwarna kekuningan.
Anna yang mengikuti Dee menunggunya dengan cemas di belakang pintu kamar mandi.
"Wah, Kakakmu lagi hamil kali, dari kemarin muntah melulu," celetuk salah seorang penghuni kost lainnya.
"Ih, Mba Bella, ngomong apa sih? Kak Dee itu cuma sedang masuk angin." Anna tidak suka dengan wanita itu karena kerjanya hanya bergosip di tempat ini.
"Eh, itu sih perkiraanku deh, melihat tanda-tandanya. Lebih baik kau antar dia ke Dokter biar tahu sebenarnya dia itu masuk angin atau kemasukan kecebong," lanjut wanita itu dengan tingkah gemulai.
"Lagian sekarang biasa wanita hamil diluar nikah. Bukan aib lagi seperti dulu. Sekarang kalau iya, tinggal cari siapa yang hamilin, mau tanggung jawab nggak. Syukur tanggung jawab tidak ya ditanggung sendiri. Nanti kita bantu ngrusin kalau Dee memang hamil. Tempat kost ini akan ramai. Sudah lama nggak ada anak kecil di sini."
Dee keluar dari kamar mandi. Dia tersenyum pada Mba Bella. "Aku baik-baik saja kok Mba, cuma masuk angin saja. Namun, saran Mba sepertinya bagus juga agar aku memeriksakan diri ke Dokter."
"Nah, iya kalau nggak hamil dan tahu penyakitnya kan bisa langsung diatasi," lanjut Bella.
Setelahnya, Dee dan Anna akhirnya benar-benar ke pusat kesehatan Masyarakat karena di sana bayarnya jauh lebih murah. Di sana dia terpaku mendengar ucapan Bidan yang sedang melayani Dee.
"Selamat Nyonya Anda sedang hamil, dan kehamilannya masih berusia lima Minggu. Jika engkau kurang puas, kau bisa langsung datang ke Dokter kandungan agar bisa USG dan melihat anak Nyonya. Kehamilan di usia muda memang sulit tetapi jika semua saran kami dilakukan dengan baik maka akan terasa mudah." Anna tertawa lebar dan memeluk Dee dengan erat.
"Iya, Bu Bidan. Saya akan menjaga Kakak saya ini dengan baik," ucap Anna senang karena dia akan mendapatkan keponakan.
Dee sendiri masih terdiam. Dia merasa sedih karena harus melahirkan anak tanpa ayahnya, tetapi senang karena sekarang dia punya seseorang yang akan menemani dan mencintainya sampai tua.
"Beritahu Ayahnya jika dia harus menjaga istrinya dengan baik. Lain kali jika kemari harus bersama dengan suami Ibu."
Dee menganggukkan kepala dan tersenyum kecut.
"Saya akan memberikan Ibu vitamin dan penambah darah. Harus banyak istirahat dan jangan banyak pikiran karena itu akan mempengaruhi kondisi kehamilan." Bidan itu menuliskan resep di atas sebuah kertas.
"Dimana Ayahnya?" Bidan itu menatap ke arah Dee.
Dee saling tatap dengan Anna. "Dia ada di luar pulau. Pulangnya setahun sekali, Bu."
"Wah kalian harus beritahu berita membahagiakan ini pada Ayahnya. Dia pasti akan lebih semangat bekerja."
Dee menyentuh perutnya sendiri. Di sini sudah ada calon anaknya yang sedang tumbuh. Hati Dee menghangat seketika.
"Kalian nanti ke apotik untuk menebus resep ini."
"Baik, Bu Bidan."
Mereka lantas berjalan ke loket apotik. Dia memegang kertas hasil pemeriksaan dan melihatnya bersama dengan Anna.
"Kau lihat tertulis di sini sudah ada lima Minggu. Dia ada untuk menggantikan kepergian Ibu Panti, untuk menghibur kita."
Anna mengangguk.
"Kita harus segera pergi dari daerah ini. Aku takut jika ayah dari bayi ini tahu jika aku hamil dia akan mengambilnya."
"Kau benar Kak. Tinggal di kota ini sangat membahayakan. Sebaiknya kita cari tempat lain yang lebih aman agar tidak berpapasan lagi dengannya."
Mereka tidak melihat di depan mereka ada sosok yang sedang berjalan cepat di lorong bersama dengan beberapa orang di belakangnya. Tubuh pria itu dan Dee saling bertabrakan.
Kertas ditangan Dee terjatuh. Dia terkejut ketika menengadahkan kepala menatap wajah tampan dan berkharisma milik pria itu. Wajahnya dingin menatap Dee, dengan bibir tipis yang terkatup rapat seperti tidak berperasaan. Bola matanya menggelap membuat tubuh Dee merinding, wanita itu melangkah mundur. Bingung harus mengatakan apa.
"Maaf, Tuan," akhirnya hanya kata itu yang terucap dengan susah payah. Dee lantas pergi berjalan dengan menarik tangan Anna, meninggalkan tempat itu secepatnya tanpa menunggu jawaban dari pria yang sudah dia tabrak tadi.
Anna sendiri terlihat bingung. Dia menatap pria tampan yang wajahnya seperti aktor Korea yang tampan. Kane melihat Dee hingga tidak terlihat lagi.
Pak Jhon mengambil kertas yang terjatuh dan membacanya.
"Tuan," ucap pria itu menyerahkan kertas hasil pemeriksaan kehamilan Dee. Bola mata Kane membesar. Dia mengusap dagunya dengan satu tangan.
"Kalian bawa dia kembali ke Villa secepatnya."
"Lantas bagaimana dengan Nona Liliana?"
"Itu urusanku." Kane lantas pergi berjalan menuju ruangan Dokter.
Di sana dia menemukan Liliana sedang terbaring penuh luka di kakinya. Kane menghela nafas panjang.
"Akhirnya kau datang juga," ucap Liliana mendengus kesal. Kane mendekat dan mencium pipi wanita yang akan menjadi calon istrinya.
"Tadi aku sedang rapat." Kane menatap dingin pada Liliana. Dia menyentuh pelan luka Liliana. "Apa yang terjadi?"
"Aku tadi sedang menyeberang eh ada motor yang melaju cepat. Untungnya ada pengawal yang menarik jadi cuma luka lecet." Liliana sudah terbiasa dengan sikap Kane yang dingin dari awal, hubungan mereka itu terbentuk karena keinginan Ayah Kane bukan inisiatif Kane sendiri.
"Untung saja hanya lecet."
"Tapi bagaimana dengan perjamuan makan malam besok malam?" kata Liliana.
"Kau tinggal datang ke sana."
Kane melihat ke arah Dokter. "Apakah sudah boleh pulang sekarang?"
Dokter itu mengangguk. "Kondisi Nona Liliana dalam keadaan baik-baik saja. Dia hanya mengalami memar dan sedikit lecet."
"Ayo pulang," kata Kane.
"Gendong," ucap manja Liliana mengulurkan tangan ke depan Kane.
Akhirnya Kane mengalah menggendong Liliana. Wanita itu tersenyum penuh kemenangan. Mereka berjalan keluar rumah sakit.
Seseorang yang melihat kebersamaan dua orang dari dua perusahaan besar bersama lantas mengabadikan kejadian itu dan memasukkan dalam laman sosial media. Dengan caption. Kemesraan dua pewaris dari perusahaan raksasa negeri ini. Terlihat foto mesra keduanya.
Dee sedang beristirahat karena lelah berlari ke tempat kostnya yang tidak jauh dari Puskesmas. Dia memegang perutnya.
"Sebenarnya siapa dia itu Kak?" tanya Anna penasaran sambil meneguk air mineral yang baru dia ambil dari galon.
"Dia itu, ehm, ayah dari anak dalam kandunganku."
"Apa?" teriak Anna.
Terdengar suara pintu kamar kost di ketuk oleh seseorang.
"Nona Dee, kami tahu Anda di dalam. Kita harus berbicara sekarang juga." Dee dan Anna saling memandang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Azizka Amelia Putri
𝙖𝙥𝙖 𝙠𝙖𝙝 𝙞𝙩𝙪 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙪𝙧𝙪𝙝𝙣 𝙨𝙞 𝙠𝙚𝙣𝙚🤔
2022-10-02
0
Raynafsir Nafsir
ceritanya nga seru lagi lembab. Dee cewek goblok nga mau kabur jauh jauh.
2022-09-29
0
noven yee
pertahankan pernikahan kamu dee wlupun cm siri, yakin saja kedepannya psti si kutu kupret kane bakalan bucin dan lbh memilih kamu. lagian si kutu kupret sama liliana kan atas pilihan ortu bkn pilihan kane sendiri.
2022-09-19
0