Emilio menyaksikan semuanya dengan miris. Nona Dee yang baik hati diperlakukan begitu buruk oleh Tuannya.
"Nona, biar aku bantu," pinta Emilio hendak mengambil piring yang ada di tangan Dee..
"Tidak perlu," kata Dee tersenyum kecut. Butler mendekat ke arah Dee.
"Nona, tadi perutmu sakit bukan? Orang hamil tidak boleh terlalu lelah," ujar Butler.
"Sebetulnya keadaanku baik-baik saja. Kau tidak usah khawatir. Kau tahukan jika setiap gerak-gerik kita diamati oleh Tuan. Jika kalian membantu, maka Tuan akan melihat dan dia akan kembali marah padaku."
"Tapi Nona," kata Emilio dan Butler bersama. Mereka berat untuk membiarkan Dee melakukan semua ini. Bagaimana pun Dee adalah istri Tuan, tapi dia diperlakukan layaknya pelayan oleh Tuan.
Dee menyelesaikan semuanya dengan baik. Dia lantas memegang perutnya sendiri dan mengusap.
"Kau harus kuat, Sayang, demi Ibu. Ayahmu memang kejam, Sayang. Namun, kau jangan pernah ikuti sifatnya yang itu."
Piring terakhir telah dia letakkan diatas rak setelah dia cuci sampai bersih. Dee lantas membuatkan teh untuk Liliana. Wanita yang sudah menghinanya dengan sangat. Kane memang cocok bersanding dengan wanita itu mengingat sifat mereka yang sama buruknya. Tukang menghina, sombong dan arrogant.
Dee membawa teh itu ke ruang tengah kata pelayan yang tadi melihat mereka. Tanpa sengaja dia melihat Liliana sedang duduk di atas pangkuan Kane dan mereka berciuman dengan dalam. Dee menghentikan langkahnya.
Melihat itu membuat Dee menjadi muak pada Kane. Pria itu telah menyentuhnya dan kini menyentuh wanita lain di rumah yang sama. Entah diluar berapa wanita yang telah menikmati tubuh pria itu.
Rasa jijik menjalar di diri Dee. Membayangkan tangan dan tubuh yang pernah bersamanya pernah dirasakan wanita lain. Suara ******* dari bibir Liliana mulai terdengar membuat perutnya bergejolak keras dan dia tidak bisa menahannya lagi.
Uwek!
Dia memuntahkan isi perutnya ke baki berisi teh yang dia pegang. Kane dan Liliana terlihat terkejut menatap ke arah Dee.
"Kau, apa yang kau lakukan lagi kepada teh ku. Kau memang pelayan tidak tahu diri. Kane kenapa kau tidak memecatnya?" seru Liliana bangkit dari tubuh Kane. Wanita itu merapikan kancing bajunya yang hampir terbuka dan menampilkan pemandangan dua gundukan putih yang menggiurkan.
"Maaf, perutku terasa mual, mungkin tubuhku belum merasa baikan," ungkap Dee.
"Kau pergilah!" kata Kane dingin.
"Tapi Kane, dia …?" Jari Kane di letakkan di bibir Liliana.
"Jangan pedulikan dia karena akan merusak kesenangan kita."
Hari berikutnya dilalui Dee dengan menderita. Setiap Kane dirumah pria itu selalu saja memarahinya karena hanya perkara kecil. Tidak peduli dengan keadaannya yang tengah hamil.
Dee merasa seperti hidup di dalam neraka. Hanya chatnya bersama Rizki yang membuat dia semangat untuk menjalani hari. Ada masa depan cerah untuknya nanti bersama dengan Rizki
Siang ini seharusnya menjadi siang yang tenang untuk Dee karena ini saatnya dia bisa tenang ketika Kane pergi bekerja. Berharap pria itu pulang malam sehingga tidak melihatnya lagi atau juga tidak pulang sekalian.
"Nona, ini sudah siang sebaiknya kita membersihkan diri dan bersiap untuk makan," kata Emilio.
"Mendengar kata makan membuat perut Dee tiba-tiba berbunyi keras. Kandungannya sudah memasuki bulan ketiga dan nafsu makannya mulai naik dengan signifikan."
"Butler masak apa hari ini?" tanya Dee pada Emilio sembari membersihkan tangan dan kakinya.
Dia baru saja menanam bunga mawar di halaman belakang rumah. Itu adalah hal yang dia lakukan untuk mengisi kebosanannya tinggal di rumah itu. Kane tidak melarangnya malah menyuruh Emilio untuk membeli banyak bibit bunga mawar. Kata Kane ini untuk mengurangi biaya yang dia keluarkan untuk membayar tukang kebun.
"Saya kurang tahu, Nona."
Emilio tahu dirumah ini Dee diperlakukan tidak adil. Kane selalu bersikap keras padanya dan pelayan juga bersikap tidak senang padanya. Walau Dee sedang hamil anak Kane tetapi statusnya dalam rumah ini adalah seperti pelayan yang lainnya jadi dia tidak mendapatkan pelayanan spesial dari semua pesuruh Kane hanya saja Dee tidak diberi tugas seperti yang lain, selain tugas yang Kane berikan sendiri.
Liliana nampak masuk ke dalam rumah dengan gaya seperti Nyonya pemilik rumah itu.
"Hei, apa yang kalian kerjakan di rumah ini? Lihatlah sudut rumah itu, kotor, cepat bersihkan. Kane pasti tidak suka melihatnya."
Liliana berjalan mendekati Dee yang hendak naik ke atas.
"Eh, kau mau kemana? Tolong bantu bawakan belanjaanku," suruh Liliana menyerahkan banyak paper bag pada Dee. Dee menuruti wanita itu karena tidak ingin memancing pertengkaran.
Emilio ingin membantu, tapi Dee menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin membuat Kane mendapatkan masalah karena pertengkaran mereka. Bagaimanapun Liliana adalah tunangan Kane dan pertunangan itu terjadi karena Kane membutuhkan bantuan Ayah Liliana untuk usahanya. Ayah Liliana adalah salah satu Mentri dalam pemerintahan yang sering memberi Kane proyek besar untuk diselesaikan.
"Lelah sekali," kata Liliana mengipasi dirinya sendiri.
Dee meletakkan barang bawaan Liliana ke atas meja. Dia berbalik hendak pergi dari ruangan itu.
"Pelayan ambilkan aku segelas jus jeruk segar yang dingin, jangan memakai gula, itu akan membuat tubuhku bengkak," suruhnya lagi pada pelayan.
"Ehm tidak bukan kau tapi dia," tunjuk Liliana pada Dee.
Dee menghela nafasnya.
"Baik Nona," kata Dee menekuk kakinya dan berjalan menuju dapur tanpa melihat ke arah Liliana.
"Ini Nona." Dee menyerahkan minuman itu pada Liliana.
"Kau tidak memberikan racun di dalamnya kan? Kau dulu memberiku teh di beri bubuk cabai dan kedua kau memuntahinya dan kini?"
"Kali ini aman," ungkap Dee tersenyum gambar dengan paksaan. Dia lantas membalikkan tubuhnya hendak pergi.
Liliana menyruput minumannya. "Tumben kau melakukan pekerjaan dengan baik."
"Terimakasih, Nona. Saya mau pergi ke belakang dulu," pamit Dee.
"Tunggu, kau harus membantuku melakukan sesuatu. Aku ingin membuat makan malam berkesan untuk Kane, candle night kau tahu apa itu kan?" ucap Liliana. Dee kembali membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Liliana.
"Apa kau yakin Tuan akan setuju dan pulang cepat? Setahuku Tuan selalu pulang malam?"
"Itu urusanku, urusanmu adalah membantuku menyelesaikannya tapi sebelum itu kau pijat dulu kakiku. Kakiku ini sangat lelah karena telah mengelilingi mall untuk mencari pakaian apa yang akan kukenakan malam ini."
"Kenapa kau diam saja, ayo cepat buka sepatuku dan pijat!"
Para pelayan hanya bisa diam melihat Dee diperintah oleh Liliana. Tuannya saja kemarin membiarkan Liliana melakukan itu pada Dee. Lagipula Tuannya terlihat dingin pada Dee. Walau Dee adalah ibu dari anak yang Kane kandung tapi Liliana adalah calon dari Nyonya rumah ini.
Status Liliana nantinya akan lebih tinggi dari Dee. Bahkan nantinya Dee akan dibuang setelah meneruskan pewaris Kane.
Dee menghela nafasnya panjang. Kesabarannya telah habis kali ini. Kane selalu memerintahnya dengan seenak sendiri tanpa ampun sedangkan tunangannya juga ingin menyiksanya juga. Dia tidak akan membiarkan ini begitu saja.
"Atas dasar apa, Anda menyuruh saya untuk mengerjakan pekerjaan rendahan itu sedangkan status Anda dan saya itu sama saja," tandas Dee dengan suara lantang.
Para pelayan yang mendengar membelalakkan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Shepty Ani
semoga dee nanti bisa kabur biar kane tau rasanya kehilangan dan jangan takut sama si ulet bulu lawan aja klo emg kamu capek trd keguguran biarin aja toh salah mereka sendiri yg maksa kerja trs kamu bisa bebas keluar dr rumah itu kesel asli bacanya
2022-12-30
0
Puja Kesuma
bagus dee...jgn mau di tindas ulat bulu... lawan trus dee
2022-10-10
2
Azizka Amelia Putri
𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙖𝙨𝙖𝙧 𝙨𝙞 𝙠𝙚𝙣 𝙠𝙚𝙣 𝙜𝙖𝙠 𝙖𝙙𝙖 𝙥𝙚𝙣𝙜𝙚𝙩𝙞𝙖𝙣 𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙗𝙪 𝙢𝙞𝙡
2022-10-03
1