"Ibu... Ibu...," teriak Dee dari luar kamar
Ketika Dee sampai dikamar rumah sakit, perawat baru saja menutup kain putih ke kepala Ibu Panti.
"Tidak...." serunya sekuat tenaga. Tangisnya pecah seketika.
Tubuh Dee limbung ke belakang, untung Anna dengan cepat memegang tubuhnya. Mereka lalu berpelukan.
"Ibu... Ibu...," tunjuk Dee pada Ibu Panti tidak bisa mengatakan apapun lagi selain memanggil namanya.
Dengan langkah yang terasa berat Dee berjalan mendekat ke arah Ibu Panti membuka penutup wajah dan melihat orang yang paling dia cintai pergi untuk selamanya.
Dadanya terasa sesak ketika melihat wajah pucat dengan bibir yang sudah membiru dan beberapa luka bakar yang masih basah. Dee menggelengkan kepala.
Dee menciumi wajah Ibu Panti dan meraung keras. "Ibu kenapa meninggalkan Dee, bukankah sudah Dee katakan untuk bertahan. Dee butuh Ibu. Dee ingin Ibu datang ke acara pernikahan Dee. Kenapa Ibu setega itu pada Dee," ungkapnya sedih.
Semua terdiam melihat yang terjadi. Diantara anak Panti memang Dee yang paling dekat dengan Ibu Panti dan paling peduli padanya. Hingga ketika yang lain memutuskan untuk pergi setelah mendapatkan pekerjaan Dee memilih untuk tetap tinggal di Panti. Membantu Ibu mengurus anak-anak dan keuangan Ibu Panti dengan menitipkan barang dagangan ke toko-toko di sekitar daerah itu.
"Anna, Ibu pasti sedang bercanda kan?" tanya Dee. Anna memeluk bahu Dee.
"Sabar Nona, Ibu Anda sudah tenang diatas sana dan sudah tidak merasakan sakit lagi. Kami yakin dia akan diterima dengan baik oleh Tuhan karena selama hidupnya selalu membantu anak-anak yatim. Nona lihat, Ibu Anda terlihat tersenyum ketika menutup mata," ucap salah seorang Dokter.
Dee menatap Ibu Panti dan mengusap wajahnya. Menarik nafas dalam dan mencoba menerima kenyataan. Dokter lantas membawa janazah Ibu Panti untuk dirawat.
"Kami dari pihak rumah sakit turut berduka cita atas kematian Ibu Panti Mentari. Semoga arwahnya diterima di sisi Alloh dengan baik. Untuk Nona-nona semoga kalian diberi ketabahan dalam menjalani ini semua. Kalian mesti kuat karena ada adik-adik Panti yang harus kalian urus nasibnya ke depan."
Dee hanya mengangguk diam seraya menyeka air matanya.
***
Banyak yang hadir pada acara pemakaman kali ini, masih ada lima belas anak Panti yang menyaksikan Ibu asuh mereka masuk ke dalam liang lahat. Dee berusaha untuk tetap tabah agar adik-adik Panti yang lain bisa kuat menerima kenyataan ini. Bagi mereka Ibu Panti adalah Ibu sesungguhnya karena dia yang merawat mereka sedari kecil dan memberi kasih sayang berlebih. Dari dia mereka mengenal dunia dan mengerti bahwa hidup harus berjuang tanpa melupakan Tuhan dan nilai luhur adab.
Rencananya pemerintah akan mengambil alih anak-anak Panti yang masih dibawah umur untuk tinggal di Panti lain. Sedangkan Dee dan Anna akan mencari tempat tinggal baru.
Kini di tanah makam hanya tersisa Dee dan Anna saja. Dee masih memeluk tanah di depannya seperti tidak rela meninggalkan Ibu Panti sendiri di sana.
"Sudah, Kak kita pulang dan cari tempat baru untuk tinggal."
Dee lantas bangkit ingat jika rumah Panti yang mereka tinggali dulu sudah tidak bisa mereka gunakan lagi. Dia menyeka air matanya mencoba tersenyum pada Anna.
Tiba-tiba seorang wanita paruh baya dengan dandanan glamour datang mendekat. Dia tertegun melihat Dee.
Dee pun sama. Dia merasa mengenal wajah wanita itu hampir sama seperti wajahnya. Jangan-jangan? Lidahnya kelu seketika.
"Apakah itu makam dari Ibu Panti Mentari yang baru saja meninggal?"
"Iya... Ibu siapa?" tanya Anna seraya melirik ke arah Dee.
"Saya... saya...," ujar Ibu itu menatap lekat Dee. "Nama saya Linda dan saya kemari untuk mencari anak perempuan saya yang delapan belas tahun lalu saya titipkan di sini."
Mata Dee kembali memerah. Bibirnya terkatup semakin rapat. Dadanya bergemuruh dengan keras menanti apa yang wanita itu katakan selanjutnya.
"Mungkin dia sudah diadopsi oleh orang, Bu," kata Dee. "Ibu datang terlambat, Ibu Panti sudah tidak ada dan tidak ada informasi siapa anak Ibu. Ayo Anna kita harus secepatnya pergi dari sini."
Hati Dee sudah mati. Jika benar di depannya adalah Ibu kandungnya dia tidak akan mengakuinya. Dia sudah kecewa berat.
"Tunggu, Ibu sepertinya tahu siapa anak Ibu. Dia punya tahi lalat di jarinya dan itu sama dengan punyamu. Apakah umurmu juga delapan belas tahun?" tanya Ibu itu dengan suara parau dan bergetar.
"Iya saya memang sudah berumur delapan belas tahun. Soal tanda lahir ini bisa dimiliki oleh siapapun."
"Tapi kau sangat mirip denganku sewaktu aku masih muda," ucap Ibu itu tercekat.
"Dengar Ibu, walau Ibu adalah Ibu kandungku aku tidak ingin mengenalmu, kenapa bagiku kau telah mati lama. Aku tidak ingin mendengar penjelasanmu mengapa aku dibuang olehmu sendiri bukan orang lain. Itu artinya dari awal aku lahir aku sudah tidak diinginkan olehmu. Andai Ibu Panti tidak merawatku pasti aku sudah tidak bernyawa jadi yang menjadi Ibuku adalah Ibu Panti dan kau hanya orang asing yang tidak ingin kuketahui dan kukenal. Anggap aku tidak ada dan aku juga akan menganggapmu sudah tidak ada. Lagian untuk apa kau mencariku sekarang di saat aku sudah bisa berdiri sendiri tanpa butuh bantuanmu."
Ibu Linda membeku mendengar ucapan Dee. Dia melihat anak itu berjalan melewatinya.
"Honey Dee apakah itu namamu?" tanya Ibu Linda membuat langkah Dee terhenti.
"Ya, itu namaku tetapi aku mohon anggap aku sudah mati bersama dengan Ibu Panti karena aku tidak ingin bersama dengan orang yang tidak menginginkan kehadiranku ke dunia ini sekalipun dia Ibu kandungku." Dee pergi meninggalkan Ibu Linda sendiri di sana dalam penyesalan. Sejenak dia menyeka air mata yang menetes ke pipi. Anna memeluk saudara se panti seraya mengusap lengan Dee.
"Apa kau benar-benar tidak ingin memeluk Ibumu?"
"Ibuku adalah Ibu Panti, dia hanya kebetulan wanita yang telah melahirkan aku. Lima belas tahun aku menantikan kedatangannya dan akhirnya aku lelah dan telah meyakini jika Ibuku telah tiada karena dia tidak pernah sekalipun menengok ku ataupun peduli akan keadaanku."
Anna menghela nafas panjang. Dee baru terguncang hatinya dan mungkin ini bukan saat yang tepat bagi wanita itu datang. Belum lagi yang terjadi dengan Dee dan pria asing yang telah membayarnya, itu menambah kesedihan Dee semakin dalam.
"Kita akan jalani ini bersama." Anna menggenggam tangan Dee erat.
Dee mengangguk setuju dan menghela nafas panjang. Dia berharap bisa melupakan semua hal buruk yang sudah terjadi.
Mendadak handphone di tangan Anna berdering. Dari Rizky. Hati Dee mendadak tidak karuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Azizka Amelia Putri
𝙙𝙖𝙩𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙖𝙩𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙢𝙜𝙖𝙠𝙪𝙞𝙣 𝙨𝙚𝙩𝙚𝙡𝙖𝙝 𝙨𝙚𝙠𝙞𝙖𝙣 𝙩𝙖𝙝𝙪𝙣 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙠𝙚𝙢𝙖𝙧𝙚𝙣 𝙠𝙚𝙢𝙖𝙣𝙖 𝙖𝙟𝙖
2022-10-02
2
Puja Kesuma
enak kali ya anak dibuang di panti udah besar tinggal mengakui aku ibumu...dulu kmn bu waktu kau buang anakmu gk ada hati keibuanmu itu...klo biasanya ank yg durhaka tp itu ibunya si honey durhaka sama anknya...
2022-09-16
0
tegar chaliq
terharu aku 😭😭😭
2022-09-16
0