"Didalam perjanjian itu tugas ku hanya untuk hamil anakmu. Jadi, kau tidak berhak untuk menyentuhku setelah aku hamil itu di luar dari perjanjian kita."
Dee melakukan ini karena dia sadar dia tidak uang sepeserpun lagi setelah kecopetan kemarin. Dia tahu jika harus mengumpulkan banyak uang untuk bisa kabur dari rumah ini. Selain harus bersembunyi dari Kane jika telah melarikan diri, dia juga tidak bisa bekerja untuk sementara waktu sampai anak ini lahir dan bisa untuk dia tinggalkan.
Sepertinya itu rencana bagus. Mengumpulkan banyak uang dan pergi saat ada kesempatan.
"Jadi kau ingin dibayar lagi?" ucap Kane sinis. Wanita itu memang sama saja selalu melihat sesuatunya dari kacamata uang, materialistis, dan tidak bisa untuk diberi hati sama sekali.
"Berapa yang kau mau?" tanya Kane jijik.
"Seratus juta untuk sekali permainan!" ujar Dee berani, menantang Kane.
"Hanya segitu hargamu!" ejek Kane. Dia lantas pergi keluar kamar dan kembali lagi dengan segepok uang yang dilemparkan ke atas tubuh Dee.
"Aku bayar kau lunas! Lain kali jika ingin pasang tarif tinggi maka puaskan pelangganmu!" Kane lantas keluar kamar dengan membanting pintu keras.
Bang!
Dee melonjak terkejut mendengarnya. Tidak lama kemudian dia mendengar suara mobil meninggalkan rumah itu. Hati Dee merasa dingin. Dia menangis untuk semua yang telah terjadi padanya sembari menatap ke arah uang yang ada di depannya.
"Jangan takut, Nak, kita akan keluar dari penjara ini dan hidup bersama. Ibu tidak akan mungkin untuk meninggalkanmu dengan pria seperti itu."
Dua hari ini Kane tidak datang ke rumah. Dee merasa lega dengan hal itu. Dia menggunakannya untuk berjalan-jalan di rumah Kane, melihat adakah celah yang bisa dia gunakan untuk kabur dari sini.
Namun sayang, semua tempat telah di pasang CCTV yang membuatnya merasa seperti diawasi setiap saat. Penjaga pun selalu berkeliaran untuk menjaga tempat itu. Dee seperti merasa tinggal di dalam penjara yang mewah saja. Dia tidak menemukan jalan keluar untuk menghadapi masalahnya.
Dia lantas kembali lagi ke dalam rumah dengan rasa frustasi yang amat tinggi berjalan ke lantai paling atas rumah Kane, berdiri dengan bersandar pada tembok pembatas menatap jauh ke taman mengelilingi rumah itu.
Dia menegakkan pundak seraya mengingat akan nasib yang dia alami dari kecil. Hidup tanpa kasih sayang kedua orang tua. Kemungkinan besarnya, orang tuanya tidak mengharapkan kehadirannya sama sekali.
Bayi ini tidak akan tumbuh seperti dirinya. Dia harus mempunyai semua yang anak lain miliki. Rumah yang hangat dan orang tua. Dee menelan keras emosi yang menyumbat tenggorokannya.
Bayinya akan punya ayah dan ibu nantinya. Hanya saja siapa yang jadi ibunya nanti, membuat Dee berpikir keras. Apakah ibu sambung itu akan menyayangi anaknya nanti ataukah malah berbuat buruk padanya?
Dee menepis rambut yang terkena angin dan menariknya ke belakang telinga. Duduk di pembatas sambil menengadahkan kepala menatap ke arah langit.
Andai saja ada kemungkinan dirinya bisa bersama dengan anaknya maka dia akan melakukan itu walau pun hidup dalam neraka bersama Kane. Dia tidak ingin anaknya kehilangan kasih sayang.
Dee ragu Kane yang baik untuk anaknya. Dilihat dari sifatnya yang dingin dan arrogan kemungkinan besar anak itu akan hidup sendiri bersama dengan pelayan serta hidup dalam keterasingan dan kesepian. Dee tidak ingin hal itu menimpa anaknya kelak.
Dee melihat ke arah samping dan baru sadar jika Emilio sedang mengawasinya sedari tadi.
"Aku tidak tahu kau ternyata di sini juga," ucap Dee bangkit.
"Perkerjaanku adalah untuk selalu berada di sekitarmu, Nona dan untuk itu aku dibayar."
"Oh, selain di awasi lewat CCTV ternyata pergerakanku juga dimata-matai olehmu? Aku serasa menjadi seekor burung yang terkurung dalam sangkar masih diikat pula. Sungguh malang nasibku."
Dee mengatakannya dengan mimik lucu sehingga sebuah senyum terbit di bibir Emilio yang dipenuhi jambang halus.
"Aku heran mengapa Tuan bisa terikat padamu?" tanya Emilio pada akhirnya mengakhiri kekakuan diantara mereka.
"Aku yang terikat padanya, itu lebih tepat."
"Sama saja," ujar Emilio menyalakan rokoknya dan menghisapnya dalam.
"Selama ini jarang ada wanita yang dekat dengannya kecuali Nona Liliana dan setahuku Tuan sangat anti Pati dengan yang namanya wanita dan ketika aku baru pulang kemarin, dia memintaku untuk mengawasimu karena kau hamil anaknya."
"Ceritanya panjang," kata Dee.
"Kalau begitu ceritakanlah."
"Aku rasa itu tidak ada manfaatnya untukku dan untukmu. Intinya adakah kini aku terikat disini, ingin pergi tapi tidak bisa."
"Akan sulit untuk bisa lepas dari Tuan kami, kau hanya akan mencari mati saja," ujar Emilio.
"Kau benar, dia selalu tahu kemana diriku pergi."
"Mereka bercerita bagaimana kau kabur dari Tuan Kane dan sepertinya itu seru. Sayang saat itu aku tidak ada di sini." Dee menatap ke arah Emilio.
"Pak Jhon tua yang malang, dia ikut berlari-lari mengejar ku padahal usianya sudah uzur."
Mereka berdua tertawa membayangkan hal itu. Terdiam untuk sejenak.
"Jadi kau telah hamil anak Bos?"
"Hmm."
Emilio mengernyitkan dahi seperti tidak percaya dengan semua ini.
"Sungguh anak Bos?" tanya Emilio lagi.
"Terserah kau mau percaya atau tidak. Aku lebih suka jika bosmu yang tidak percaya aku hamil anaknya dan bisa pergi dengan membawa anakku."
Dee menegakkan tubuh dan menepuk kedua tangannya. "Sudahlah, kita tidak usah membicarakan ini."
Emilio bisa melihat sikap tidak peduli Dee pada Kane, padahal setahunya semua wanita akan tergila-gila begitu melihatnya dan rela melakukan apa saja agar bisa bersamanya.
Dee pergi meninggalkan Emilio, tetapi pria itu berjalan di belakangnya.
"Apakah kau akan selalu mengikutiku?" tanya Dee.
"Itu perintah langsung Tuan," balas Emilio sambil menyisir rambut ke belakang dengan tangan. Tubuhnya tinggi dan besar sehingga bayangannya menutupi tubuh mungil Dee.
"Memang di mana dia sekarang?" tanya Dee.
"Tuan saat ini sedang ada di Singapura setelah itu terbang ke Shanghai untuk mengawasi proyeknya di sana."
"Shanghai?" gumam lirih Dee sambil bertanya dalam hati seberapa kaya Kane sehingga proyeknya ada di China juga. Tiba-tiba Dee membalikkan tubuhnya membuat Emilio terkejut dan mudnur
"Apakah kau telah lama bersama dengan Kane?"
Emilio mengangguk.
"Kalau begitu kau tahu kan jika dia telah bertunangan dengan Liliana?" Emilio mengiyakan lagi. Dia mulai merasa dijebak oleh pertanyaan lanjutan Dee.
"Jika dia telah mempunyai tunangan mengapa dia ingin punya anak dari wanita lain? Bukan dari tunangannya sendiri? Aku curiga jika sebenarnya Tuanmu itu tidak mencintai tunangannya karena jika cinta dia tidak akan mendua."
Benar saja pertanyaan ini akan sulit dijawab oleh Emilio karena dia sendiri bingung oleh kenyataan ini. Satu hal yang dia tahu dan dia mengerti adalah Tuannya sangat anti dengan namanya wanita karena pada dasarnya dia membenci wanita.
Jadi sangat tidak mungkin jika Tuannya menyentuhnya tanpa ada rasa. Apalagi Tuannya meminta Dee hamil anaknya. Itu pasti dengan pertimbangan matang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Ai Hodijah
sampai sini aku suka ceritanya
2023-01-02
0
noven yee
ooo jangan2 keluarga liliana yg membuat kane terpuruk jd dia ingin bls dendam ke keluarga liliana dgn cara mendekati liliana.
2022-10-11
2
Puja Kesuma
nah betul emilio..mana mgkin kane menyentuh dee tanpa ada rasa krn kame anti wanita... pasti da rasa tp gengsi
2022-10-10
1