Kane mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali menatap Dee yang terduduk lemah di sampingnya. Badan mereka berdua basah kuyup, tapi Kane tidak peduli itu. Dia hanya ingin cepat sampai di rumah agar bisa segera memberikan obat untuk sang istri.
Beberapa pelayan langsung menyambut kedatangan Kane, mereka semua terkejut saat tuannya pulang bersama Dee dalam kondisi seperti itu.
“Rawat dia dengan baik,” perintah Kane kepada para pelayan wanita.
“Baik, Tuan.”
Kane lantas pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri. Sementara, Honey Dee mengikuti orang-orang yang akan membantunya. Mereka semua baik, menyiapkan air hangat untuk mandi, serta menyiapkan baju hangat.
Beberapa saat kemudian, Dee sudah dalam keadaan yang baik. Dia tidur di atas ranjang empuk dan hangat, dengan selimut tebal yang akan membuatnya tidak kedinginan lagi.
Akan tetapi, lama-lama dia merasa tidak enak badan. Kaki dan tubuhnya terasa sangat lelah. Kepala pun mulai sakit bersamaan dengan hawa dingin yang menyelimuti tubuhnya.
“Nona, apakah ada yang Anda butuhkan lagi?” tanya salah seorang pelayan.
“Mmm, tidak,” jawab Dee.
“Baiklah, kalau begitu kami izin keluar. Jika ada yang Anda butuhkan, bisa segera hubungi kami,” ujarnya lagi.
“Iya.” Dee menyahut sopan.
Kamar tempat Dee beristirahat sudah sepi setelah semua pelayan pergi karena perintah Kane. Laki-laki itu masuk ke kamar istrinya setelah mandi dan berganti pakaian. Dee yang terlanjur malu hanya bisa mengabaikan kedatangan Kane dengan memalingkan wajahnya.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Kane sambil berdiri di samping tempat tidur.
“Kau benar-benar mengabaikanku.” Kane menghela napas kasar.
Dia lantas duduk di tepi tempat tidur perempuan itu. “Jangan meremehkan aku. Kamu tidak bisa semudah itu untuk pergi,” ucapnya.
Dee hanya bisa menelan kasar salivanya. Namun, tidak mengatakan apapun dan terus saja terdiam. Akibat hujan-hujanan tadi, badannya mulai menggigil, tapi Kane belum menyadari itu.
“Seharusnya kamu tidak perlu pergi dan susah payah kabur dariku. Lihatlah. Aku bisa dengan mudah membawamu kembali,” kata Kane kemudian.
Laki-laki itu tersenyum sinis menatap Dee yang masih terdiam. Namun, kali ini dia menoleh pada Kane. “Kenapa kamu mencariku? Bukankah aku hanya beban?” tanyanya.
“Jelas saja aku mencarimu. Bukankah sudah ku katakan? Tidak semudah itu bisa pergi,” jelas Kane.
“Dasar __” Dee handak memukul Kane. Padahal tenaganya sangat lemah.
Kane yang sangat cekatan langsung menggenggam pergelangan tangan Dee, melindungi diri dari amukannya. Ekspresi mengerikan laki-laki itu seketika berubah saat merasakan suhu badan Dee yang panas.
Barulah Kane tahu jika Dee demam saat dia menyentuh tangannya. “Lihatlah, kamu sakit karena ceroboh,” kata Kane kemudian.
Dia memekik kesakitan saat Kane menyentuh keningnya, lalu sedikit menjentikkan jari di sana. Tanpa berpikir panjang, dia langsung mengambil handphone dari saku celana.
“Cepat datang.”
“Saya tidak mau tahu urusan kamu.”
Kane benar-benar aneh. Dia memaksa dokter pribadi keluarganya untuk segera datang, padahal sedang ada yang dikerjakan di luar sana.
Sementara itu, Dee hanya menghela napas panjang. Menatap Kane penuh rasa kesal seraya memicingkan mata. Rasanya, ingin sekali mengumpat laki-laki itu dengan kata-kata kasar. Namun, Dee menahannya karena melihat perlakuan Kane yang penuh perhatian.
Tidak begitu lama kemudian, seorang dokter datang dengan membawa obat-obatan lengkap. Dee mendapatkan pengobatan yang terbaik saat itu juga. Selama menunggu Dee diperiksa, Kane duduk di sofa yang bersebrangan dengan tempat tidur itu. Beberapa menit saja pemeriksaan pun selesai.
Kane tidak sabar ingin segera tahu bagaimana kondisi Dee saat ini. Dokter tersenyum ramah pada Kane ketika berhadapan dengannya. “Istri Anda baik-baik saja. Hanya dehidrasi dan demam, tapi tidak parah. Nanti akan segera pulih setelah meminum obatnya,” ujar sang dokter.
“Syukurlah,” sahut Kane. Dia langsung menghampiri Honey Dee.
Sementara, dokter itu pulang karena sudah menyelesaikan tugasnya di rumah Kane.
Kane sungguh kesal atas kecerobohan Dee tadi. Tatapannya cukup tajam sehingga membuat Dee memalingkan muka. “Untung saja tidak buruk,” ucap laki-laki itu.
“Kamu terlalu lebay,” cibir Dee.
Sedetik kemudian dia membungkam mulutnya karena sudah berkata yang tidak-tidak kepada Kane. Tetapi, Kane justru tersenyum kecil dan kembali duduk di tepi tempat tidur.
Sore hari menjelang malam, suasana di kamar itu sunyi sekali. Hanya ada Dee dan Kane yang saling terdiam. Dee tertidur nyenyak setelah meminum obat sehingga membuat Kane tidak tega meninggalkannya sendirian.
Namun, saat hari semakin malam, Dee mulai meracau tidak jelas karena mimpi buruk. Kane yang sedari tadi duduk di sampingnya khawatir sekali melihat kondisi Dee yang malah memburuk. Dia mengganti kain kompres secara teratur, berharap demamnya cepat menurun.
Sepanjang malam bahkan Kane tidak ingin tidur supaya tetap menjaga Dee dengan baik. Dia terus mengganti kain kompresan itu, sampai demam yang Dee rasakan berangsur turun.
Tengah malam, Dee sedikit membuka mata. Dia dalam keadaan setengah sadar menyentuh tangan Kane yang sedang mengusap lembut rambutnya.
“Tetaplah disini. Temani aku, aku takut,” gumam Dee dengan tatapan mata yang kacau.
“Iya,” jawab Kane singkat sambil terus mengusap puncak kepala Dee.
“Aku tidak kehilangan bayi ini, hiks,” lirih Dee lagi.
Kane pun menatap tangan Dee yang mengelus lembut perutnya. “Iya, bayi kita baik-baik saja,” ujarnya menenangkan.
“Tidurlah. Kamu butuh istirahat.” Kane tampak tersenyum kecil usai mengatakannya.
***
Kehangatan yang Dee rasakan membuatnya tidur sangat nyenyak semalaman. Pagi ini, dia tanpa sadar meringkuk ke dalam pelukan Kane. Kenyamanan itu rasanya belum pernah ia dapatkan sepanjang hidupnya.
Sementara, Kane merasa bahwa Dee mungkin masih kedinginan karena meringkuk seperti itu. Dia lantas memeluknya semakin erat, seraya mengusap puncak kepala Dee yang masih nyaman dalam tidurnya.
Kane tersenyum tipis saat memperhatikan Dee yang seperti anak kecil. Dia juga merasa bahagia bisa menenangkan perempuan itu meskipun harus menjaganya sepanjang malam.
“Eh!” Dee terkejut saat menyadari jika ada yang menyentuh kepalanya.
Ketika kelopak mata indah itu terbuka, betapa malunya Honey Dee mendapati Kane berada tepat di depannya. Dia reflek menjauhkan diri sehingga membuat Kane terkejut.
“Ada apa?” Kane bertanya dengan ekspresi datar.
Namun, suaranya terdengar lembut. “Ada yang sakit?” lanjut Kane penuh dengan perhatian.
Dee seketika terpaku mendengarnya. Tidak percaya, jika laki-laki itu bersikap sangat baik dan peduli sekali. Sementara, perempuan di dekatnya itu masih terdiam tanpa kata. Kane langsung mendekatkan wajah pada wajah Dee, lalu menempelkan keningnya pada kening Dee demi bisa merasakan apakah suhu tubuh Dee sudah turun?
“Hmm … tidak sepanas semalam,” gumam Kane.
Lagi-lagi Dee terkejut dengan perlakuan Kane. Dia malah mendorongnya sekuat tenaga sehingga tubuh mereka berdua tidak sedekat tadi. “Kamu … kenapa ada disini?” tanyanya, panik.
Seketika Kane menaikkan salah satu alisnya dan berkata, “Bukannya kamu sendiri yang melarangku pergi?”
Ketika Kane berkata seperti itu, Dee pun perlahan-lahan kembali mengingat apa yang terjadi semalam. Pipi Dee langsung memerah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Nining Rosmanah
apakah sebenarnya Kane orang yang baik dan lembut memperlakukan wanita atau ada maksud lain 🤔
2022-12-21
0
Humanoid
Kane OTW Bucin..
2022-12-15
0
Sweet Girl
maaf maaf... lagi amnesia.
2022-11-01
0