"Dari mana Ayah tahu berita tentang ini?" Kane mengatakannya tanpa ekspresi seolah ini bukan masalah besar untuknya.
"Ha... Ha... kau tidak perlu tahu tentang itu, Nak, yang jelas aku selalu tahu apa yang kau kerjakan!" Park Yang berjalan maju lalu duduk di kursi, yang bersebrangan depan Kane.
"Jadi perusahaan KK akan bertarung dengan perusahaan Diamond di acara lelang jalan tol itu?" tanya Park Yang langsung ke inti.
"Kau sudah tahu itu," jawab Kane dingin.
"Aku minta kau mengalah kali ini. Aku akan menggantinya dengan proyek rumah sakit milikku di daerah Jiaju, jika kau bisa memilikinya maka usahamu di sini akan semakin dilihat oleh banyak orang dan menjadi sorotan," ujar Park Yang.
"Ayah, bertarunglah secara adil. Bukankah kau ingin aku melakukan ini untuk kepentingan David? Kau ingin agar usahanya di Indonesia berhasil?" balik Kane yang tahu jika Park Yang akan melakukan apapun untuk kemajuan usaha adik tirinya, Davit.
"Kita bicarakan ini nanti setelah acara ulang tahunku bulan depan. Kau harus bawa istrimu untuk menemuiku," ujar Park Yang.
"Dia bukan istri resmiku," ucap Kane tidak senang.
"Simpanan kah?" tanya Park Yang. "Kau memang sangat pandai sekali, sama sepertiku. Kita harus bisa memilih wanita yang bisa menguatkan dan mendukung kedudukan kita di dunia ekonomi. Sedangkan wanita yang lain hanya untuk bermain-main."
"Aku tidak jadi sepertimu yang punya sifat licik! Aku ingin seorang anak secepatnya untuk mewarisi hartaku jika sewaktu-waktu aku mati mendadak. Aku tidak rela jika hartaku jatuh ke tangan kalian!" ungkap Kane.
"Kane kau memang anak kurang ajar!" bentak Park Yang menunjuk ke arah Kane.
"Tuan Besar, tenanglah," ujar Pak Jhon memegang mantan majikannya.
"Apa itu yang kau ajarkan padanya Jhon, untuk membangkang padaku!" seru Park Yang.
"Ayah, aku tidak punya waktu untuk berbicara denganmu. Lain waktu aku pasti akan datang ke acara ulang tahunmu dan memberi sebuah kado indah. Aku takut jika tidak datang aku akan menyesal karena itu tahun terakhirmu untuk hidup."
Amarah Park Yang bertambah.
"Anak sialan kau dan ibumu sama saja sialan!" Tuan Park membenarkan jasnya lantas keluar dari ruangan itu dengan umpatan serapah yang dikeluarkan dari mulutnya.
***
Kembali ke dua Minggu setelahnya.
Dua jam Dee memijat Kane yang bekerja tanpa berhenti. Tangannya sudah merasa sakit dan pegal.
Dia menghembuskan nafas kesal. Ingin rasanya dia menarik rambut tebal Kane itu dengan keras sehingga rontok dan menjadi botak lalu tertawa di atas penderitaan pria itu.
"Katakan saja jika kau suka meremas rambutku, tidak usah ragu. Aku suka jika kau melakukannya ketika berada di bawahku."
'Dasar pria narsis yang tidak punya malu,' umpat Dee.
"Sudah ... sudah ... pijatanmu ini sangat tidak enak, tidak bertenaga. Seharusnya kau makan yang banyak agar bisa menghasilkan energi lebih. Sekarang sudah siang, buatkan aku makanan yang enak. Hm ... aku rindu makanan Chinese, pangsit kuah isi udang. Aku pikir tanganmu lebih berguna jika melakukan pekerjaan di dapur karena setahuku apapun yang kau lakukan tidak pernah benar."
Dee mencengkeram erat ujung bajunya dengan wajah yang menggelap. Pria itu mengatakan tidak bisa melakukan apapun padahal dia telah membuatkan lima gelas kopi yang semuanya sudah habis dan memijatnya selama dua jam sampai kakinya merasa pegal. Itupun dengan mendengar omelannya yang mengatakan jika kurang keras atau terlalu keras menekan atau pula hal lainnya. Itu semua belum cukup dan masih ingin dia memasak makanan Chinese. Okey, akan dia lakukan.
"Aku akan membuatnya tapi jika tidak sesuai dengan seleramu maaf karena lidah orang bawahan ini berbeda dengan lidah orang kalangan atas," sindir Dee berjalan keluar dari ruangan itu.
"Ya, lidah orang bawah kurang dididik jadi tidak beretika sedangkan lidah orang atas itu penuh dengan pertimbangan setiap mengeluarkan kata."
Dee rasanya ingin muntah mendengar hal itu. Kane terlalu menyanjung dirinya sendiri.
Dee lantas keluar dari ruang kerja Kane. Tidak lupa dia ke kamar terlebih dahulu dan membersihkan tangannya dari bekas sentuhan Kane. Pria itu sebenarnya bersih namun tingkahnya itu membuat dia sebal.
Ketika sudah membersihkan tangannya dan keluar dari toilet, Dee melihat ke arah laci yang menyimpan handphone miliknya. Dia mengambil benda pipih itu dan melihat ada notifikasi pesan.
Netranya yang lembut menjadi sendu ketika membaca sebuah pesan yang ada.
'Dee aku pulang kembali ke Jakarta dua hari lagi. Aku sudah membayangkan melihat wajahmu yang ayu tersenyum menyambutku di bandara. Aku punya sebuah kejutan untukmu yang pasti kau tidak akan menyangkanya. Jangan kau tanya apa itu karena aku akan memberitahu itu ketika kita bertemu nanti.'
'Aku berpikir tentang hidupmu di sana bagaimana? Apakah kau baik-baik saja setelah hidup sendiri tanpa ada keluarga yang menemani? Itu membuatku tidak tenang dan ingin membawamu turut serta bersamaku. Alasan inilah yang membuatkan mempercepat cuti tahunan ku. Aku ingin melakukan pernikahan secepatnya denganmu serta membawamu pergi ke kota ini dan tinggal bersamaku.'
'Walau aku tidak sekaya para konglomerat tapi aku masih bisa mencukupi kebutuhanmu di sini sehingga kau tidak perlu khawatir jika kita pindah kemari.'
'Kita akan mewujudkan mimpi kita untuk selalu bersama setiap saat dan setiap waktu.'
'Aku mencintaimu Dee dengan segenap hatiku. Dulu, kini dan hingga nanti hanya kaulah yang ada di jiwaku. Salam rindu dari kekasihmu, Rizki.'
Chat dari Rizki membuat hati Dee bergetar. Dia teringat bagaimana Rizki yang selalu melindungi dan memperhatikannya setiap saat ketika mereka masih sama-sama di panti. Membayangkan bagaimana mereka membuat mimpi untuk bisa membina rumah tangga yang sederhana dan bahagia selamanya.
Dia pun sangat mencintai Rizki dengan sepenuh hati.Namun, jika Rizki tahu apa yang terjadi apakah cinta pria itu akan tetap sama untuknya? Apakah pria itu bisa menerimanya dan bayi ini? Dee tidak yakin.
Kalau Rizki bisa menerima kehamilannya maka dia akan meminta Rizki untuk membawanya pergi jauh dari Kane. Dia ingin hidup bersama dengan anaknya, bukan menyerahkannya pada pria dengan perangai buruk seperti Kane.
Tiba-tiba air matanya menetes tanpa bisa dia tahan. Dia ingin membalas chat dari Rizki tapi apa? Jarinya hanya bisa gemetar di atas layar tanpa bisa mengetikan apapun.
Prank!
Terdengar suara keras dari arah luar. Dee lekas menyimpan kembali handphone miliknya, tetapi sebelum itu dia menghapus pesan yang ada. Tidak ingin jika Kane dan Pak Jhon tahu jika dia masih berhubungan dengan Rizki lewat telepon seluler.
Suara pintu dibanting mulai terdengar. Dee terkejut memegang dadanya.
"Bagus, aku kelaparan dan kau malah asik duduk di sini, Nona Dee?" seru Kane dengan suara mengejek. "Bukankah sudah kukatakan untuk memasakkan ku makanan? Tugasmu itu melayaniku seperti pelayan karena aku telah membayarmu mahal. Bukannya malah duduk-duduk bermalas-malasan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
wuland
Kane marah2, krn tau Dee lagi baca pesan dr riski. Kane cemburu yaa
2022-12-30
0
Puja Kesuma
wih knp kau marah marah kanr.mcm org datang bulan aja...ah pasti kau tau kan klo dee dpt pesan dr pacarnya rizky dan kau marah cembiri..hayoo ngaku aja kau kane..kau udah retas hp dee kan jadi kau tau apa yg masuk dan kluar dr hp dee...😁😁
2022-10-10
1
teti kurniawati
akhirnya ketahuan...
2022-10-03
0