Kane menggigil akibat terpaan angin. Berjuang dengan frustasi menggelegak yang tidak bisa disembuhkan meski telah dua minggu mengasingkan diri secara sukarela. Dia melompat dari helikopter berjalan menuju rumah.
Meskipun dia berhasil menjaga jarak sejauh beberapa negara dan laut di antara mereka, dia gagal menghapus Dee dari ingatannya. Bahkan urusan perusahaan yang rumit dan kesuksesan menuntaskan negosiasi yang menjamin dana investasi asing miliaran dolar tidak berhasil menghentikan fantasi erotis yang mendominasi benaknya bersama dengan Dee.
Bahkan saat sebagian dirinya marah atas perkataan Dee yang dinilai murahan olehnya dia masih sempat memikirkan tubuh Dee yang luar biasa. Dia tahu jika Dee hanya wanita yang rela menjual diri demi sejumlah uang, tetapi yang benar-benar tinggal di kepalanya hanya senyum menawan dan bibir Dee yang manis.
Sejatinya itu bukan masalah karena dia bisa membayar Dee sebanyak yang dia mau. Toh, ketika dia sudah bosan dia bisa mencari wanita lainnya.
Sewaktu Ken mendekati rumah, dia mendapati dua penjaga yang tidak dia kenal membukakan pintu untuknya dengan sikap tegak lurus dan tatapan ke depan.
Kane berhenti, "Dimana Emilio?"
"Di dapur," jawab petugas itu.
" Kapan dapurku menjadi risiko keamanan utama?"
"Dia bersama dengan Nona Dee."
Setelah secara pribadi menyampaikan perintah bahwa Emilio harus mengawasi wanita itu, Ken sedikit rileks. Dua minggu mungkin sulit untuk Dee karena harus menghadapi kepala keamanan yang keras karena Emilio adalah mantan marinir angkatan bersenjata. Kane membayangkan Dee akan kesulitan hidup dengan pria itu. Lagi pula wanita itu telah berani kabur darinya sekali jadi dia melakukan pengawasan yang ketat setelahnya. Tidak ingin kecolongan lagi.
Menuju dapur dengan pikiran wajah Dee yang ditekuk karena telah hidup dalam tekanan cara militer. Kane mendorong pintu hingga terbuka dan terkejut mendengar tawa Emilio yang langka dan lebih terkejut lagi melihat kepala keamanan nya yang terbiasa terlihat kaku sedang meluruskan jepit di rambut Dee yang berantakan, sikap yang tidak disangka oleh Kane karena perlakuan Emilio penuh kasih sayang.
Dee tersenyum lantas berterima kasih, Kane merasa seperti penyusup yang mengganggu moment pribadi mengintip berdiri di ambang pintu, merasakan semburan liar gelombang kemarahan yang tidak mampu dijelaskan.
"Tuan Muda," ucap Emilio berdiri dengan posisi hormat. "Saya baru mau keluar untuk menyambut Anda, Tuan."
Kane perlahan membuka jas yang dia kenakan. "Aku yakin itu pekerjaan berat yang banyak menuntut waktumu, Emilio." Sarkas Kane.
Emilia ragu-ragu dan melirik Dee. "Anda memiliki alarm yang saya berikan, Nona, seandainya Anda membutuhkan saya untuk apa pun."
Tanpa suara Kane mengawasi interaksi tersebut dengan tidak percaya. Rasa nyeri terasa menyayat menembus kabut merah gelombang kemarahan yang begitu Dahsyat sehingga mengguncang dirinya.
Diluar kehendaknya dia seolah dibawa kembali ke masa kecil dan tiba-tiba ia melihat seorang wanita tersenyum kepada pria lain.
Kane melirik tangannya dan menyadari dia mencengkram punggung kursi begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih.
"Tuan. Apakah kau baik-baik saja?" tanya Dee menembus otaknya.
Kane mengunci pikiran, fokus tanpa ampun, mengalihkan tatapan pada Dee, rasa pahit penghianat masih tertinggal.
"Emilio pria yang sudah menikah apakah kau akan merayunya juga?"
"Apa maksudmu?" tanya Dee tidak mengerti dengan tuduhan keji yang Kane lancarkan. Wajahnya dari yang sendu berubah merah padam.
"Aku bukan seperti wanita yang kau tuduhkan, yang akan mengencani beberapa pria di saat yang sama!" seru Dee tidak terima.
"Oh, sungguh kah?" Nada suara Kane terdengar menghina
"Demi Tuhan, kau itu pria paling picik yang pernah kutemui. Kau pikir semua orang seburuk kelakuanmu sendiri yang akan melakukan apapun untuk memenuhi keinginanmu."
Kane mengangkat tinggi alisnya, tidak mengira Dee akan seberani ini padanya.
"Kau mungkin tidak mengenalku, tapi kau pasti tahu Emilio. Dia telah bersamamu selama sepuluh tahun ini dan dia bersedia mati untukmu. Lalu bagaimana kau bisa berpikir seperti itu terhadap seseorang yang begitu dekat denganmu?"
Kane tahu benar jika orang terdekat mampu melakukan pengkhianatan terbesar. Lalu menyebabkan rasa sakit terbesar.
Kane melepaskan cengkeraman di kursi dan meluruskan jarinya yang kaku.
"Apapun sifat hubungan kalian, Emilio bertanggung jawab atas keamananmu, dia tidak bisa melakukan tugasnya secara efektif jika dia bergenit-genit di dapur."
"Dia juga tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan perut kosong. Apakah stafmu tidak diperbolehkan untuk makan siang?" lanjut Dee menerangkan apa yang sedang terjadi.
"Dia punya ruangan tersendiri untuk makan dan kau tidak ditugaskan untuk melayaninya!" ungkap Kane sarkas. Dia menghela nafas mencoba mengendalikan amarahnya.
"Apakah ada dalam perjanjian yang melarang aku untuk berbicara dengan semua pegawaimu di sini dan makan bersama dengan mereka?" balik Dee.
Wanita ini memang terus memancing kemarahan Kane.
Kane mengambil segelas air putih dan meneguknya dalam-dalam kemudian meletakkan gelas, matanya beradu pandang dengan mata Dee.
Seketika dia ditelan gelombang bahaya lalu berusaha menganalisis apa yang ada di diri wanita itu yang dia dapati begitu seksi dan menggiurkan. Melupakan kemarahannya pada diri wanita itu untuk sejenak.
Kecantikan wanita itu bukan hasil dari kosmetik mahal atau tangan terampil ahli bedah. Honey Dee adalah wanita yang penuh semangat, bertubuh seksi yang sangat menggairahkan. Yang inginkan dilakukan oleh Kane hanya membaringkan wanita itu di meja dan mengulang kembali momen kebersamaan mereka .
Kane mulai bingung dengan rasa yang ada pada dirinya, sebagian ingin marah dan sebagian lagi ingin meluapkan rasa lapar dari perut bagian bawahnya.
Kane lantas mengalihkan tatapannya kembali ke wajah Dee. "Kini sifat asli pembangkangmu mulai terlihat lagi setelah kutinggal dua Minggu ini."
"Aku tidak bersalah. Aku sangat bosan. Dan harus melakukan sesuatu dengan hariku yang membuatku merasa jenuh dengan rutinitas yang itu-itu saja. Aku butuh seorang teman untuk berbicara. Kebanyakan pelayan adalah pria dan hanya Butler yang wanita dan aku rasa dia tidak suka padaku." ujar Dee setengah berbisik.
"Tapi kau tidak harus melakukan pembicaraan dengan sangat intim pada orang lain?"
"Intim kau lihat itu sebagai hal intim? Aku hanya menganggapnya sebagai seorang kakak saja tidak lebih." Dee meletakkan sendok ditangannya ke meja dengan keras.
"Aku memperkerjakan mereka untuk menjaga calon pewaris ku bukan untuk menemanimu mengobrol!"
"Apakah hanya ini yang kau pikirkan? Tidak ada hal lain? Tingkah mu itu nampak berlebihan jangan sampai mereka mengira jika kau sedang cemburu!" ungkap Dee berani.
"Cemburu? Untuk apa aku cemburu pada wanita sepertimu?" balik Kane.
Dee terdiam untuk sesaat. "Jika begitu mengapa kau marah secara berlebihan?''
"Karena itu tidak pantas dilakukan oleh wanita terhormat. Mereka tidak bersikap akrab pada bawahannya!" tegas Kane dengan sorot mata tajam.
"Kau kemarin mengatakan jika aku adalah wanita murahan dan kini kau mengatakan jika aku seharusnya melakukan hal terhormat."
"Aku hanya mengajarimu untuk menjadi wanita berkelas!"
"Apakah wanita berkelas itu seperti Liliana?"
Brak! Kane memukul meja dengan kuat. Dee terkejut melangkah mundur secara otomatis sambil memeluk perutnya sendiri. Wajahnya nampak pucat pasi.
"Kau sedikit kesal, kau mungkin lapar," ujar Dee mengalihkan pembicaraan. Dia sudah hidup dan bertemu dengan berbagai karakter di panti. Dia harus pandai membawa diri dalam segala suasana yang akan bisa memicu pertikaian dengan Kane, itu tidak akan baik baginya.
Di saat yang sama suara oven berbunyi secara otomatis. Dee membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju ke arah oven. Dia mengeluarkan sebuah loyang berisi pastry yang beraroma harum dan menyebar ke seluruh penjuru ruangan.
"Aku membuat ini," kata Dee meletakkan kue itu ke depan Kane sambil mencoba tersenyum manis.
"Kau ingin menyogokku dengan kue itu?" Kane melirik dengan sinis, tapi hatinya terasa menghangat.
"Tidak, aku hanya ingin kau mencobanya. Aku kira aku akan memakannya sendiri tadi jadi aku menyuruh Emilio kemari untuk menemaniku makan ini. Tapi kau sudah datang terlebih dahulu dan menuduhku yang tidak-tidak." Dee mengambil satu dan memotongnya, menancapnya dengan garpu lantas meniup.
"Kau ....," perkataan Kane menguap begitu saja ketika sepotong roti dimasukkan ke mulutnya. Manis.
"Enak kan? Dulu aku berkerja di cafe dan suka menemani koki di sana untuk membuat kue ini," terang Dee.
"Tidak enak!" kata Kane mengunyahnya habis.
Dee meletakkan kue itu ke atas piring dan hendak membawanya keluar.
"Kalau tidak enak aku akan membaginya pada pegawaimu yang lain, termasuk Emilio," ungkap Dee membawa piring itu.
Kane langsung meraihnya.
"Kau menawarkannya untukku. Apa yang sudah menjadi milikku tidak boleh dimiliki orang lain!" Kane mengambil kue itu dari tangan Dee.
Dee ingin mengatakan sesuatu, tetapi ditelannya kembali.
"Kau mandilah, aku tidak suka dengan wanita yang bau asap dapur," ujar Kane pergi dari ruangan itu meninggalkan Dee yang berdiri tertegun sendiri. Wanita itu lantas tersenyum kecil.
Dasar Iblis Tampan.
Dee pergi ke ruang kerja setelah Pak Jhon memberitahu jika Kane memanggilnya. Dengan pelan dia mengetuk pintu dan masuk setelah Kane mempersilahkan.
"Untuk apa kau memanggilku?" tanya Dee.
"Buatkan aku kopi," ucap Kane tanpa mengalihkan tatapan dari map. Dee lantas pergi ke dapur membuatkan kopi untuknya.
Kembali lagi ke ruangan Kane dengan secangkir kopi yang mengepul dan mengeluarkan aroma khasnya.
"Kau memberiku pastry ini, tidak akan cocok jika meminumnya dengan kopi hitam. Jadi buatkan aku cappucino."
Dee menghela nafasnya. Dalam hatinya kesal mengapa pria itu tidak mengatakannya sedari tadi.
"Ekhm ,ini kurang creamnya," ujar Kane.
"Ini terlalu manis, memang kau tidak bisa membuatnya yang benar."
"Apakah kau ingin meracuniku dengan kopi yang pahit ini?"
Dee pergi membuatnya lagi sampai pada cangkir ke lima.
"Aku tidak akan membuatnya lagi, terserah kau mau meminumnya atau tidak," omel Dee kesal. Kane menutup map-nya dan melihat ke arah Dee.
"Kau tidak ada hak untuk mengeluh di sini!"
"Lalu kau boleh mempermainkan aku? Wow, hebat," jawab Dee meletakkan baki dengan keras ke atas meja.
"Ingat statusmu," jawab Kane meminum kopi hitam Dee.
Dee yang melihatnya mengepalkan tangan.
"Dipikir kopi hitam itu selalu cocok untuk diminum setiap saat." Kane mengatakan itu tanpa dosa membuat Dee ingin memaki dan mengumpat tapi ditahannya.
Dee memalingkan wajah ke arah lain. Dia menghembuskan nafas kasar mengendalikan emosi yang ada.
"Kau, pijat pundak ku."
Dengan kaki yang dihentakkan Dee maju ke depan dan berdiri di belakang Kane.
"Ayo, cepat!"
Dee mulai memijat pundak keras pria itu dengan malas.
"Yang keras sedikit, seperti siput saja lembek," ujar Kane.
Dee lantas menguatkan tekanannya.
"Aww! Aku bukan batu bata yang akan kau temukan. Bersikaplah lemah lembut seperti wanita berkelas. Kau bisa membuat roti itu maka pijit aku seperti kau membuat adonannya."
Dee menghela nafasnya. Mulai memijitnya dengan pas.
"Ekhm, itu pas tapi jangan monoton di satu tempat," ujar Kane. Menyandarkan tubuhnya di kursi.
"Tangan ini belum?"
"Kepalaku pun pusing," lanjut pria itu menyandarkan kepalanya dan memejamkan mata.
Kaki Dee sampai kebas karena berdiri terlalu lama.
"Seharusnya kau itu menjadi penurut sehingga tidak akan membuatku marah," ujar Kane. Dee mencibirkan bibirnya.
"Mulutmu itu seperti petasan jika sedang menjawab omonganku," lanjutnya. Dee mengepalkan satu tangan ingin memukulnya. Di saat yang sama Kane membuka mata, membuat Dee mengusap rambutnya. Lantas tersenyum canggung.
Tatapan mata mereka bertemu. Tiba-tiba timbul rasa kecewa dalam diri Kane. Wanita itu diam-diam masih berhubungan dengan pacarnya. Rasa marah kembali bersarang dalam dada.
"Cepat pijat jangan melamun saja? Apa kau juga sedang berpikir untuk minta bayaran dari pelayananmu ini, tenang saja aku akan memberikannya nanti. Aku ini pria kaya yang dermawan." Hina pria itu.
Pria itu memang tidak tahu diuntung. Selalu saja punya cara untuk memarahi atau mengerjainya juga menghina. Pikir Dee. Entah kapan dia berhasil kabur dan pergi dari pria itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Puja Kesuma
olah dee suamimubitu ngeselin bgt ya...kau jitak aja kepalanya dee 😁😁
2022-10-10
1
Azizka Amelia Putri
𝙙𝙖𝙨𝙖𝙧 𝙠𝙚𝙣 𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙩𝙖𝙝𝙪 𝙖𝙙𝙖 𝙘𝙖𝙡𝙤𝙣 𝙗𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙪 𝙠𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙢𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙖𝙞𝙣 𝙠𝙖𝙨𝙖𝙧🤦♂️
2022-10-02
0
noven yee
gengsimu gede banget kane, akui saja klo kamu suka sm dee. mau bikin dee cemburu saat bersama dgn liliana eh gatot 🤣🤣. suka? bilang bos
2022-09-24
0