Dee memasak sesuai dengan pesanan Kane. Dia sangat kesal dengan Kane yang uring-uringan sedari kembali lagi. Baginya hidupnya tenang tanpa ada Kane di sisi. Bisa menghela nafas dengan lega.
Dia membuat pangsit isi udang dibantu dengan pelayan yang ada. Sebenarnya dia bisa melakukan itu hanya saja kata Kane dia harus diawasi takut jika Dee akan meracuninya.
Namun, itu memang benar. Dia ingin memasak pangsit level 20 yang akan membuat lidah Kane yang lemas panas. Lidah itu harus diberi pelajaran karena terus memarahinya dan menghina semua yang dia lakukan.
"Bi tolong ambilkan karet rambut untukku," pinta Dee pada koki masak, Butler. Butler memicingkan mata sejenak takut jika Dee kembali membuat ulah seperti yang gadis itu lakukan pada Nona Liliana.
"Kalau kau tidak mau mengambilnya maka aku yang akan ambil sendiri." Dee melangkahkan kaki keluar dapur begitu sampai di pintu dia memegang perutnya.
"Aduh," rintihnya.
"Nona Anda baik-baik saja?'' tanya Butler cemas takut jika sesuatu terjadi pada calon bayi Tuannya.
"Tadi aku berdiri berjam-jam karena memijat Tuanmu jadi mungkin aku kelelahan. Tapi aku baik-baik saja. Aku akan mengambil ikat rambutku di atas terlebih dahulu sebelum menyelesaikan masakanku. Kau tahu kan jika Tuan meminta sesuatu harus dipenuhi jika tidak ....
"Nona Anda harus istirahat."
Dee menggelengkan kepalanya."Aku tidak ingin mengecewakannya karena tidak jadi memasak makanan ini. Dia sedang menunggu masakanku. Kau dengar tadi kan bagaimana dia marah karena aku belum memasak untuknya."
Butler menghela nafas. Dia tadi sempat mendengar jika Kane marah karena Dee belum juga memasakkannya makanan.
"Aku akan ke atas untuk mengambil ikat rambut Nona. Anda di sini saja menungguku kembali. Jangan terlalu banyak bergerak karena aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada penerus keluarga ini. Anak ini adalah masa depan Tuan jadi kau harus menjaganya sepenuh hati."
Dee mengangguk.
Butler keluar dapur mengambil ikat rambutnya. Di saat itu Dee tersenyum samar menatap ke arah CCTV di dapur. Merencanakan sesuatu.
"Nona Anda telah menyelesaikannya?" tanya Butler yang sudah kembali ke dapur dan melihat kulit pangsit itu telah diberi isian dan dibentuk cantik oleh Dee tinggal mengkukusnya.
"Ya, aku hanya ingin pekerjaan ini lekas selesai dan aku bisa berbaring nyaman di kamarku."
"Seharusnya kau menungguku Nona," sungut Butler yang tidak yakin apa yang Dee lakukan dengan pangsit miliknya. Berharap Dee tidak memasukkan sesuatu yang bisa memancing kemarahan Tuannya.
Pangsit di kukus dan Dee duduk manis menunggu Butler menyelesaikan pekerjaan itu. Setelah Butler melihat Dee kesakitan dia tidak berani untuk membiarkan Dee kelelahan.
Menu yang Kane minta telah siap di meja beserta menu makanan lainnya. Butler sendiri yang memanggil Kane untuk turun ke bawah sedangkan Dee duduk menyiapkan makan siang untuk Kane.
"Akhirnya makanan siap juga. Aku kira kau tidur di dapur sehingga lama sekali untuk membuat seporsi makanan untukku," ucap Kane.
"Sebetulnya ini masakan Butler bukan aku," kata Dee melirik ke arah Butler.
Butler tertawa kecil dengan canggung dan takut. "Nona Dee terlalu merendah. Dia yang memasak ini semua, aku hanya membantunya sedikit. Dia sangat berbakat dalam hal memasak."
"Sungguhkah? Kenapa aku meragukannya?"
Kane dan Butler menatap ke arah Dee yang tidak perduli dengan perkataan dua orang ini.
"Ayo kita makan," ajak Kane pada Dee.
"Kau saja Tuan. Orang bawahan sepertiku tidak cocok untuk duduk di samping Tuan," jawab Dee.
"Akhirnya kau tahu kedudukanmu!" ujar Kane. Dee mulai menyiapkan makanan Kane dengan hati-hati.
Baru saja satu suap Kane melepeh makanannya. Dee sudah mengira ini akan terjadi. Kane sedari tadi memang sedang mencari masalah dengannya.
"Kau itu bisa masak atau tidak? Kenapa makanan ini tidak ada rasanya!" teriak Kane.
"Aku sudah melakukan yang kubisa untukmu maaf jika tidak sesuai seleramu!"
"Berikan saja makanan ini pada anjing penjaga, tidak layak bagiku untuk mengkonsumsinya. Aku berharap anjingku tidak mati karena makanan yang kau buat. Sebagai wanita bayaran kau tidak bisa melayaniku dengan baik diatas ranjang, sebagai wanita kau tidak becus untuk berdandan dan sebagai pelayan kau tidak bisa melayani Tuanmu dengan baik. Aku heran bagaimana kau bisa hidup di dunia ini? Apakah kau hidup dengan menjual belas kasihan pada setiap orang? Sungguh sangat menjijikkan!"
Mata Dee mengerjap cepat berusaha agar tidak ada air mata yang menetes untuk setiap kata yang Kane ucapkan. Hidup bersama Kane seperti berada di dalam neraka setiap harinya. Penuh dengan konflik dan penderitaan. Tidak ada waktu untuk tidak menghina serta mengejeknya. Dia selalu saja punya alasan untuk melakukan.
"Aku sudah melakukan yang terbaik yang bisa kulakukan jika itu belum cukup untukmu maafkan atas kekuranganku. Aku akan memperbaikinya lagi." Suara Dee terdengar lirih dan serak.
Dee menundukkan kepalanya dengan dalam, berusaha bernafas dalam tekanan berat yang menyerang dada.
"Selamat siang, Sayang." Terdengar sebuah suara merdu dan manja dari pintu. Semua yang ada di sana menatap ke arah Liliana yang menenteng wadah makanan.
"Kau sudah makan, Sayang?" tanya Liliana mencium pipi Kane.
"Belum, makanan ini tidak cocok untuk ku konsumsi. Sangat tidak enak dan rasanya menjijikkan," ujar Kane.
"Oh, untung saja aku membawa makanan untukmu."
"Kau memang selalu tahu apa yang dibutuhkan," ujar Kane.
Liliana meminta pelayan membereskan makanan di meja dan menggantinya dengan makanan yang dia bawa.
"Aku memasak kau pangsit daging, acar ikan dan sop rumput laut yang segar."
"Wah, makanan ini sama seperti dirimu, terlihat cantik dan menggiurkan," kata Kane memuji Liliana.
Dee ingin segera pergi dari ruangan itu, tapi langkah kakinya terhenti ketika Kane memanggilnya.
"Kau layaniku makan," kata Kane dingin tanpa melihat ke arah Dee.
"Biar aku yang melakukan ini untukmu, Sayang," kata Liliana.
"Kau itu ratu seharusnya dilayani bukan melayani," jawab Kane menatap Liliana lembut. Kane lantas menyuapi wanita itu.
"Tuangkan air minumnya," perintah Kane pada Dee. Dee dengan terpaksa melakukannya.
Liliana dan Kane makan dengan sangat mesra. Kane yang terlihat menyuapinya hingga makanan habis.
"Ada kotoran di mulutmu," ujar Kane mencium bibir Liliana yang ada makanannya membuat Liliana terkejut. Wajahnya secara otomatis memerah. Tidak pernah Kane bersikap semanis itu padanya.
Dee sendiri menatap malas pada pasangan itu.
"Kau bersihkan semuanya, dan jangan ada yang membantu!" suruh Kane pada Dee. Pria itu lantas berdiri mengulurkan tangan pada Liliana dan membawanya keluar ruangan itu sambil memeluk bahu wanita itu.
Sebelum benar-benar keluar Kane menoleh ke belakang.
"Dee setelah kau menyelesaikan semuanya, kau buatkan untuk Nona Liliana satu cangkir teh lemon yang segar, Liliana sangat menyukainya. Buatlah seenak mungkin dan jangan kecewakan aku untuk kesekian kalinya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
wuland
nanti kalau anaknya kane lahir, dia akan mengerjai papanya, karena semasa di dalam kandungan, mamanya dikerjain mulu
2022-12-30
0
Sri Sebayang
kan org hamil hrus byk istirahat,ini knapa mlahan fsuruh ini itu berdiri berjam jam bknya bikin kram perut g jlas critanya
2022-12-30
0
Shepty Ani
aneh kty sangat menginginkan bayinya tp disaat hamil muda malah nyiksa lahir batinnya masak nggak sedikitpun khawatir akan keadaan bayinya didlm klo dee kecapean atau bisa sakit trs keguguran.
2022-12-30
0