Takdir Seorang Ibu Pengganti
"Buka bajumu, berbaring diatas ranjang dan buka kakimu lebar," perintah seorang dengan jas berwarna putih lengkap.
Gadis cantik yang terbaring di atas tempat tidur dengan sprei berwarna biru muda tersipu malu menutup matanya. Kelopak matanya bergetar dan raut wajahnya penuh emosi kesedihan.
Wanita itu bernama Honey Dee, gadis yang masih muda berumur 18 tahun itu dengan wajah yang merah padam membuka baju. bawahnya hingga ke atas pinggang dan mulai membuka kakinya lebar menunggu pemeriksaan.
Dee bisa merasakan tatapan penuh ejekan dari salah seorang perawat wanita. Mengira jika dirinya adalah wanita materialistis.
Baginya, ini pertama kalinya dia tanpa busana. Membuang rasa malunya jauh-jauh demi mendapatkan keinginannya.
Mendung tampak di wajahnya memperlihatkan badai dalam hati yang tengah dirasakan nya. Di umurnya yang masih muda dia harus menjadi ibu pengganti. Dadanya terasa sesak membayangkan itu. Namun, hanya itu yang bisa dia lakukan untuk orang-orang yang dia kasihi.
Dokter mulai memeriksa bagian bawah tubuhnya. "Sudah selesai." Dokter itu pergi ke ruang sebelah yang hanya dibatasi oleh korden panjang berwarna biru toska.
Dee menarik nafas lega. Dia mulai menurunkan rok panjangnya yang lusuh lalu turun dari ranjang. Dia merasa tenang sebagian uang perjanjian itu akan diberikan setelah ini.
Dia membenarkan pakaiannya ketika turun dari ranjang, berjalan ke arah sumber suara. Di sana sudah ada pria tua yang duduk menunggu hasil pemeriksaan.
"Bagaimana?" tanya pria itu menatap ke arah Dokter yang berjalan menuju ke kursi kerjanya.
"Tuan Jhon santai saja, dia masih perawan tidak ada penyakit dari tubuhnya," terang Dokter Afifah. Pak Jhon menatap ke arah Dee yang berdiri di sebelah korden.
Wajah putih nanti ayu milik Dee seketika memerah, dia menunduk dalam sambil menggigit ujung jarinya.
Pak Jhon melihat gadis muda di depannya. Anak itu memakai kemeja kebesaran yang dimasukkan dalam roknya. Terlihat rapi walau bajunya adalah baju lama yang tidak disetrika. Rambut panjang anak itu yang se punggung menutupi sebagian wajah, tetapi tidak bisa menyembunyikan kecantikan terpancar alami yang dimilikinya.
Dee tahu jika pria tua di depannya itu hanya perantara orang yang mencari ibu pengganti. Dia sendiri belum melihat seperti apa pria yang menginginkan dia menjadi Ibu pengganti. Sepertinya pria beristri yang menginginkan hadirnya anak dalam rumah tangga mereka, tetapi belum kesampaian juga.
Mungkin juga, pria yang ingin menyewa jasanya menjadi ibu pengganti itu bertubuh gemuk atau kurus. Entah dia sudah tua atau berumur. Tidak mungkin pria muda yang bisa mencari istri sehat untuk melahirkan anaknya.
Dee tidak peduli, yang dia pedulikan hanya keselamatan Ibu asuh panti yang kini sedang di rawat di rumah sakit ini.
"Kita ke ruang administrasi membereskan semua biaya pengobatan Ibu asuhmu dan semua anak-anak panti lainnya."
Dee menganggukkan kepalanya. Dia mengikuti jalan pria tua di depannya. Mereka membayar semua biaya administrasi di rumah sakit hingga lunas. Termasuk biaya operasi Ibu panti yang tidak sedikit sampai 60 juta Rupiah.
Setelah itu, Dee minta izin untuk menemui Ibu panti sebelum pergi dari menjalankan tugasnya sebagai ibu pengganti. Dia membuka ruang ICU di mana ibu panti berbaring.
Terdengar rintihan lirih, kesakitan dari wanita paruh baya itu. Atas tubuhnya ditutupi keranjang besar dengan kain berwarna hijau muda di atasnya agar kain itu tidak mengenai kulitnya yang terbakar.
Ibu panti mengalami luka terbakar 60 persen setelah menyelamatkan anak-anak panti dari kebakaran yang membumihanguskan satu-satunya tempat tinggal mereka.
"Ibu bagaimana keadaanmu?" tanya Dee parau menahan air matanya. Selama dia hidup hanya Ibu panti yang merawatnya penuh kasih sayang.
"Entahlah, apakah Ibu bisa bertahan atau tidak, Ibu sudah ikhlas Dee, " jawabnya dengan suara bergetar. Menatap Dee dengan senyum hangat seperti biasa.
"Ibu harus bertahan, kami semua masih butuh Ibu," balas Dee terisak. Seorang anak perempuan yang sejak tadi menunggu Ibu panti memeluk Dee dan ikut menangis.
"Jika Ibu sudah di panggil yang Kuasa, Ibu titip adik-adikmu ya, Dee. Yang sabar menjaga mereka."
Dee menggelengkan kepala. "Ibu harus kuat. Sebentar lagi Dokter akan melakukan operasi. Ibu akan sehat kembali seperti dulu dan mengurus kita semua. Dee mohon, tetap bertahan untuk semua orang yang menyayangi Ibu."
Dee terdiam sejenak, menatap ke arah Ana dan menganggukkan kepala.
"Ibu, Dee mohon ijin pergi bekerja keluar kota. Doakan Dee agar jalan yang Dee tempuh terasa mudah."
"Ya, doa Ibu akan selalu ada untukmu. Semoga kau menemukan kebahagiaanmu."
Dee keluar bersama Pak Jhon, sampai di luar Anna memanggil Dee.
"Kakak, mau kemana?" Netra remaja itu nampak berkabut.
"Kakak pergi jauh untuk setahun ini. Jaga Ibu dengan baik."
"Lalu bagaimana dengan Kak Rizki?" Anna sudah tahu jika Dee akan menjadi Ibu pengganti seseorang.
Dada Dee sesak tetapi dia mencoba untuk bersikap tegar.
"Kalau dia pulang, bilang jika Kakak sudah pergi jangan tunggu lagi," katanya tercekat di tenggorokan. Anna menggelengkan kepala memegang tangan Dee.
"Kak, haruskah melakukan ini? Pernikahan kalian dua bulan lagi, sebulan lagi Kak Rizki akan pulang." Pak Jhon nampak terkejut. Dia melihat ke arah Dee.
Dee menutup matanya sejenak, lantas menatap Anna lembut. "Biar dia dapatkan wanita yang lebih baik dari Kakak."
Dee melihat ke arah Pak Jhon.
"Ayo, Pak," ajak Dee tidak ingin berlama disana karena akan membuat hatinya lemah. Anna tetap memegang tangan Dee erat. Dee berusaha melepaskannya. Dee menggelengkan kepalanya.
Dee berjalan pergi. Dengan berat Anna akhirnya melepaskan tangan Dee.
Dee lantas pergi bersama Pak Jhon menuju sebuah villa di atas bukit. Hatinya sudah kacau sedari tadi.
"Nona Dee selama hamil sampai melahirkan dilarang untuk keluar dari tempat ini selangkah pun. Demi menjaga kesehatan anak dalam kandungan, Nona. Agar tidak tertular penyakit aneh. Untuk masalah biaya rumah sakit Ibu Panti dan keseharian adik-adik Nona, kami akan mengurusnya. Nona hanya perlu hamil dan melahirkan saja. Setelah itu, anak yang dilahirkan akan menjadi milik kami."
Rasanya sesak mendengar ini. Bagaimana bisa dia harus berpisah dengan sesuatu yang berkembang dalam dirinya. Dee menghela nafas panjang.
"Bila menelpon boleh?"
"Tentu saja boleh." Pak Jhon mengatakannya dengan lembut. "Sebenarnya bukan kami ingin memutuskan hubungan Anda dengan dunia luar hanya saja Tuan kami sudah membayar Nona dengan mahal. Jadi hargai apa yang telah dia berikan pada Nona."
"Total yang akan kami berikan pada Nona sebanyak 15 milyar setelah Nona melahirkan keturunan dari Tuan kami."
Dee terdiam. Hatinya sendiri mulai merasa cemas menanti masa depan gelap yang sudah menantinya.
"Ini salinan perjanjian kontrak yang pernah Nona tanda tangani. Nona akan menikah dibawah tangan dengannya nanti malam setelah Nona melahirkan maka kata talak akan segera dilakukan. Satu lagi, Nona tidak boleh mengatakan pada siapapun mengenai jati diri Tuan kami. Ini hanya sebagai formalitas agar anak yang dikandung bukan anak dari perbuatan haram tanpa nasab."
Dee menghela nafas dalam lagi.
"Kamar Nona di atas. Nona bersihkan dulu badan Nona karena Tuan orangnya suka pada kebersihan. Pakai baju yang sudah disediakan. Dua jam lagi Penghulu dan Tuan kami akan segera datang jadi bersiaplah."
Handphone di tangan Dee berbunyi, itu adalah panggilan dari Rizki, kekasihnya. Dee langsung melihat pada Pak Jhon. Wajahnya memucat seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Sarini Sadjam
halo ka mampir..
2022-11-06
0
Amelya Putri
hallo kan nana..author kesayangann..aku mampir lagii..aku nabung bab .mkny baru mampir 🤣
2022-10-14
2
teti kurniawati
Rasa-rasanya akan membawang. Top author👍 Jangan lupa mampir di novel aku ya kak
"Cinta berakhir di lampu merah. "
2022-10-03
3