Mobil yang dikendarai Reydan melesat dengan kecepatan tinggi. Membelah jalanan sepi yang diguyur hujan lebat. Cuaca buruk tak lagi dihiraukan oleh David yang mengemudikannya.
Tampak raut wajah keduanya yang panik serta takut. Takut akan nasib sang wanita yang selama ini mereka rawat.
David sudah menganggap Ifa seperti adiknya sendiri. Terang saja jika ia juga sama khawatirnya dengan Reydan.
Sedang di apartemen Reydan, semua dibuat panik dan ketakutan. Para pengawal Reydan yang berjaga di luar ruangan juga sama takutnya dan kalang kabut. Kedua suster kini tengah berada di dalam ruangan bersama dua pengawal yang telah mereka panggil.
Namun kedua pengawal itu tak berani untuk mendobrak pintu kamar tuannya. Karena mereka tak ingin semakin membuat nona mereka histeris dan ketakutan.
Dokter Elvi, beserta dua orang rekannya juga telah sampai di apartemen Reydan. Mereka segera masuk karena pintu tak terkunci.
Dokter Indra langsung menerobos masuk saat pintu telah dibuka oleh dokter Elvi.
" Permisi " , ucap dokter Indra yang sudah menerobos masuk dan menghampiri kedua suster dan para pengawal tersebut.
" Silakan dokter Indra ?" jawab suster Ani mempersilakan.
Nampak dokter Elvi dan dokter Hendi berjalan beriringan di belakang dokter Indra.
" Sejak kapan nona mengurung diri kamar sus Rena? " tanya dokter Elvi pada suster Rena.
" Sudah sejak siang tadi dok. Nona juga sama sekali tidak menyentuh makanan dan obat yang kami siapkan dok. " jawab suster Rena.
" Nona menolak semua yang kami tawarkan. Nona bahkan mengancam akan menyakiti dirinya jika kami melaporkannya pada tuan Reydan." sambung sus Ani ikut menimpali.
" Kenapa tak kalian dobrak saja pintu ini Ton !!! " tanya dokter Hendi yang mengenal salah satu dari kedua pengawal tersebut.
" Maaf Dokter Hendi. Kami ingin sekali mendobraknya. Tapi, mengingat kondisi mental nona kami urungkan. Kamu takut nona histeris melihat kami. Seperti pertama kali kami disini. Nona ketakutan. Beruntung ada tuan Reydan. " timpal Anton pengawal yang mengenal Dokter Hendi.
" Lalu ? Apakah kita harus menunggu Pak Rey datang ? Apa tak sebaiknya kita dobrak saja sekarang ? Aku mengkhawatirkan kondisi nona El ? " sahut Dokter Indra meminta persetujuan dari Dokter Elvi.
" Dobrak saja. Aku yang akan bertanggung jawab." jawab dokter Elvi meyakinkan pada semuanya.
" Kau yakin El ??? " sahut Indra.
" Bagaimana jika tuan Rey marah dok ? " timpal sus Rena yang takut tuannya mengamuk.
" Aku yang akan menjelaskan pada Reydan nanti. Kalian tak perlu cemas akan Reydan. Dia pasti mengerti. Keadaannya darurat. " Terang dokter Elvi panjang lebar.
" Baiklah kami akan segera melakukannya. " jawab Anton.
Brak !!!
Satu kali dobrakan tapi belum berhasil.
Kedua pengawal tersebut memasang kuda-kuda kembali.
Brak !!! Jedak !!!!
Anton menggunakan kekuatan tangannya sedangkan rekannya menggunakan kekuatan kakinya.
Akhirnya pintu terbuka. Namun, di kamar tak gelap, hening dan tak ada suara.
Anton menekan saklar lalu semua lampu menyala.
Semua dibuat terperanjat. Kaget dan terkejut luar biasa.
" Nona !! " panggil Anton. Memekik melihat Ifa meringkuk di lantai tak sadarkan diri.
Kamar milik Reydan bak kapal pecah yang diterpa ombak ganas. Semua barang di atas nakas dan meja rias hancur berserakan.
Kasur yang semula tertata rapi sudah berantakan tidak pada tempatnya. Tampak pecahan gelas dan vas bunga dari kaca yang telah hancur lembur berserakan di lantai.
Suster Rena berlari ke dapur untuk mengambil peralatan kebersihan.
Darah bercecer di lantai. Membuat para suster dan dokter bergidik ngeri.
Suster Ani dengan segera merapikan ranjang yang tak berbentuk itu dibantu kedua pengawal.
Dokter Elvi menitikkan air mata melihat Ifa meringkuk di lantai dengan penuh luka. Dengan mata sembab. Dia tak sadarkan diri karena kelelahan menangis sepanjang hari dan tak ada sesuap pun makanan serta minuman yg masuk ke perutnya.
Dokter Hendi segera membopong tubuh mungil Ifa dan membaringkan Ifa di ranjang dengan perlahan.
Dokter Indra lalu memeriksa seluruh tubuh Ifa. Terlihat luka di kening Ifa. Luka cakaran di kedua tangannya. Dan luka di telapak kakinya mungkin karena menginjak pecahan kaca yang berserakan di lantai. Luka menganga di kedua telapak kaki Ifa.
Para dokter langsung membersihkan dan mengobati semua luka di sekujur tubuh Ifa. Suster Ani mengganti pakaian Ifa yang sudah koyak. Sus Ani menghela nafasnya. Ia sangat miris melihat keadaan Ifa yang berantakan serta kacau.
Dokter Elvi terlihat frustasi. Karena menurutnya Ifa telah terlihat baik-baik saja kemarin. Tak lagi jika hari ini dia memiliki PR yang berat. Nyatanya Ifa belum membaik.
" Sus, apa yang membuat Ifa seperti ini ? Kemarin dia masih baik-baik saja. " tanya dokter Elvi pada kedua suster penuh selidik. Panik dan was-was.
" Mm anu...dok. Sepertinya, tuan dan nona bertengkar tadi pagi. Kami tak tahu apa masalahnya. Yang jelas tuan murka dan pamit pada kami untuk ke perusahaan dan akan pulang larut malam. Itu saja pesan tuan pada kami dok. " jawab sus Ani menjelaskan.
" Terus apalagi yang dilakukan nona sebelum akhirnya mengurung diri, sus ? " sambung Elvi lagi penasaran.
" Sejak kepergian tuan, nona sama sekali tak mau makan dan minum obat dok. Nona terus termenung dan berdiam diri. Tak mau bicara sama sekali. " tukas suster Rena.
......................
Sementara di perjalanan hujan sudah reda. Berharap serta memastikan jaringan telah terhubung. Reydan mengambil ponselnya lalu menekan tombol dan menghubungi salah satu pengawalnya.
" Kirimkan rekaman cctv hari ini di apartemenku sekarang juga !!! " bentak Rey pada seseorang di ujung telpon sana.
( ..... )
"Baiklah. Aku ingin secepatnya. Segera !!!" sambung Reydan lagi dengan nada tinggi.
( ..... )
Beberapa saat kemudian mobil yang dikendarai Reydan telah sampai di basemen apartemen.
Ting !!!
Suara notifikasi dari ponsel Reydan berbunyi. Reydan mengangkat tangannya. Lalu membuat David menghentikan aktifitasnya dengan segera.
" Sebentar Dev. " ucap Rey pada David.
" Ada apa bos ? " jawab David dengan mengerutkan dahinya.
" Lihatlah... " lirih Reydan sambil mengulurkan ponsel. Dan melihat video rekaman cctv di apartemennya. Memperlihatkan aktifitas Ifa seharian sebelum dan setelah kejadian Ifa mengurung dirinya di kamar.
Reydan mengeratkan kepalan tangannya. Rasa marah bercampur dengan kesedihan yang luar biasa. Amarahnya kian memuncak manakala cctv menunjukkan Ifa berada dalam kamarnya hilang kendali dan melukai dirinya. Dan melihat darah kemana-mana. Serta di sekujur tubuh wanitanya.
Rahang Rey mengeras, matanya memerah menahan amarah, dadanya bergemuruh. Sesak yang kini ia rasakan.
" Argggggg !!! Apa yang kau lakukan honey... !!! " teriak Rey yang frustasi. Rey menjambak rambutnya dengan kasar. Tak tahu lagi bagaimana menghadapi kekasihnya itu.
"Bos, tenangkan dirimu bos." ucap David menenangkan bosnya sekaligus saudara angkatnya itu.
David pun merasakan luka di hatinya. Karena merasa tak bisa menjaga wanita pujaan hati bosnya. Yang sangat Rey cintai. Ia juga merasa bersalah.
"Kita harus segera turun bos. Nona Ifa butuh anda sekarang."tang David pada Rey.
"Kamu benar Dev. Ayo. " timpal Rey membenarkan ucapan David. Lalu mengajak David turun dari mobil.
Kedua saudara angkat itu berjalan beriringan dengan tergesa. Mereka semakin mempercepat langkah mereka.
Dengan hati yang sama-sama terluka. Dan pikiran yang melayang entah kemana. Karena rasa khawatir, takut, kesal dan amarah yang bercampur aduk menjadi satu.
......................
Reydan dan David telah sampai di unit apartemennya. Semua pengawal menundukkan kepala. Tatapan bengis Rey yang tajam seakan ingin memangsa mereka saat ini juga.
David sengaja mengumpulkan mereka semua untuk dimintai keterangan tentang kejadian di apartemen.
Deg !!!
Jantung mereka semua berpacu. Keringat dingin mengucur deras. Meskipun mereka terbiasa menerima amukan David.
Tapi mereka belum pernah menghadapi kemarahan Reydan serta menerima tatapan intimidasi dari sang bosnya Reydan secara langsung seperti sekarang. Karena selama ini Meraka jarang beratap muka dengan Rey.
" Matilah kita " ucap salah seorang pengawal yang berdiri di barisan paling belakang. Dengan berbisik pada rekan di sebelahnya. Mereka saling sikut.
"Diam lah !!! Atau kita benar-benar mati sekarang," sahut rekan di sebelahnya. Mengingatkan.
"Tamatlah riwayat kita semua." lirih teman satunya lagi ikut menimpali.
Mereka yang telah berbisik menghela nafasnya dengan kasar.
Mereka yang ditugaskan Rey mengawasi Ifa merasa gagal dan kecolongan. Mereka semua pasrah jika nanti sang tuan Reydan Syailendra mengamuk.
David pun tak kalah garang. Rahangnya juga mengeras. Ia menatap satu per satu para bawahannya. Kepalan tangannya kencang berurat.
Tatapan kekejaman bak elang yang siap menerkam mangsanya
" Aku tunggu kalian di ruang kerja ku di unit sebelah. Pasang baik-baik telinga kalian !!! Mengerti !!!" bentak David pada semua bawahannya.
Dengan mata yang melotot dan anda ancaman mengintimidasi para bawahannya.
Glek !!!
Mereka semua menelan ludahnya.
Sementara Reydan telah memasuki kamar di mana Ifa dirawat. Reydan membeku. Menatap nanar sosok gadis yan terbaring tak berdaya dengan berbagai alat yg menempel di tubuhnya.
" My If..." lirih Rey memanggil nama sang pujaan hati. Hati Reydan hancur dan semakin hancur. .
Perasaannya kali ini semakin tak karuan. Faktanya Ifa tak terkendali lagi tanpa dirinya. Jika ia tak meninggalnya tadi siang, tak bakal seperti ini kejadiannya.
Terguncang ? Jelas Rey terguncang dengan keadaan ini. Meskipun diterpa masalah dalam keluarga besarnya. Nyatanya, Ifa-lah satu-satunya alasan yang membuat ia lemah.
Goncangan angin dan ombak masalah keluarga dan perusahan selama ini menerpa, masih bisa ia atasi dengan baik dibantu David tentunya. Tapi, ia lemah pada masalah hatinya yang masih terpaut dengan pujaannya, Ifa Naura Karna tentunya.
Apalagi sekarang, kondisi Ifa membuat hidupnya tak bersemangat.
Semua petugas medis yang berdada di sana seketika menoleh ke arah sumber suara.
"Rey" . Panggil dokter Elvi yang tengah menangis langsung berlari menghambur memeluk Reydan.
Sedari tadi Elvi memang ia menahan diri untuk tak menangis. Berusaha menguatkan diri mengobati Ifa membantu dua rekannya sesama dokter.
Ternyata, kedatangan Reydan membuat benteng pertahanannya runtuh. Elvi merasakan hal yang Reydan rasakan. Hancur.
Ini adalah kali kedua Elvi menangani kasus yang sama pada orang terdekat dalam hidupnya. Meskipun Ifa bukan siapa-siapa. Namun, ia telah menganggap Ifa sebagai adiknya.
" Maafkan aku El. Aku tak bisa menepati janjiku padamu. Aku gagal menjaganya. Aku bodoh telah meninggalkannya. Aku menuruti egoku. Maaf El.. maaf ??? " ucapan Reydan membuat Elvi semakin terisak.
"Hiks...hiks...Rey. Aku tak tahan berada di dekatnya. Aku tak sanggup." sahut Elvi dengan lelehan air mata sudah membasahi pipinya.
Reydan yang sedari tadi terpaku. Lalu mengusap punggung Elvi.
Yang masih tetap dalam pelukannya. Berusaha menguatkan Elvi meskipun dirinya sendiri sama hancurnya.
Semua menatap sendu adegan itu. Semua terdiam membisu. Tenggelam dalam pemikiran mereka masing-masing.
Mereka ikut larut dalam kesedihan. Kedua perawat yang tengah menemani Ifa itu pun ikut meneteskan air mata. Ifa sebenarnya memiliki pribadi yang luar biasa. Ceria dan berkarisma.
Tapi hari ini seolah hilang dan lenyap bersama gejolak jiwanya yang tak terkendali.
Mereka juga tak tahu harus bagaimana menjelaskan dan memberikan pengertian pada tuannya ini.
Perasaan bersalah seakan berkecamuk dalam pikirannya. Dada mereka sesak seakan nafasnya tertahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments