Tuan Misterius (4)

Kedua pelayan dibuat terkejut disuguhi pemandangan mengerikan di tubuh polos gadis di hadapannya. Terpampang nyata bekas luka cambukan berjejer di kulit putihnya. Darah yang telah mengering serta banyak luka lebam di punggung, bahu dan tangan cantik Ifana.

Mbak Lastri menuntun Ifana agar masuk ke dalam bathtub yang sudah terisi air hangat serta minyak esensial.

Ia berharap tubuh sang nona bisa sedikit rileks dan hilang rasa penatnya.

"Semoga anda suka dengan aromanya nona ?" Kata mbak Lastri namun Ifa masih bergeming.

Rintihan tertahan dan kesakitan Ifa berubah menjadi tangisan. Hingga tubuhnya bergetar.

Rasa perih dan sakit di sekujur tubuhnya ia luapkan dan tumpahkan seiring dengan guyuran air dari tangan mbak Lastri.

"Isssss...." merintih Ifa menahan perih. Masih dengan berurai air mata.

"Nona ? Apa ini sakit ? Maafkan kami jika telah menyakiti anda, nona ?" kata mbak Lastri.

Ifana menggelengkan kepalanya tak mau menjawab pertanyaan dari kedua pelayan tersebut.

Lastri ikut meringis tatkala rintihan terdengar dari mulut Ifana. Menahan sakit, nyeri dan perih.

"Pasti ini perih sekali ya nona? Astaga !!! Siapa yang telah tega membuat tubuh anda seperti ini, nona?" ucap Yati iba sekaligus miris sudah berlinang air mata.

Mbak Lastri menyenggol lengan Yati dan melotot padanya. Agar tak ikut mengomentari. Lastri tahu tabiat Yati akan terus nyerocos tanpa mau berhenti. Layaknya mobil yang remnya blong.

Kedua pelayan itu telah usai melakukan tugasnya.

Setelah tubuh Ifa bersih dan dipakaikan kemeja milik Randy yang kebesaran menurut Ifa.

Kedua pelayan tersebut meninggalkan kamar yang ditempati Ifa.

"Nona ? Kami permisi. Jika anda menginginkan sesuatu bisa panggil kami ? Permisi ?" pamit mbak Lastri.

"Baik mbak, terima kasih. Tolong panggilkan tuan Boy." Ucap Ifa kemudian duduk di tepi ranjang.

Kedua pelayan tersebut saling tatap, bingung. Ketika Ifa menyebut tuannya dengan sebutan, apa ?

"Boy..???" cicit Lastri. Namun, ia tersadar dan langsung menjawab.

"Oh, baik nona. Apa ada lagi nona ?" tanya mbak Lastri.

"Tidak itu saja" sahut Ifa.

"Baik, kami undur diri nona. Selamat beristirahat."

kata mbak Lastri disambut anggukan kepala Ifa.

Mbak Lastri menutup pintu kamar tersebut. Diikuti Yati.

Ia langsung mencari sang tuan. Berniat melaporkan apa yang baru saja ia lihat.

"Mbak Yati, tolong kamu bantu yang lain menyiapkan hidangan. Saya akan segera menyusul. Saya mau menemui tuan muda sebentar," pinta mbak Lastri pada rekannya.

"Jangan beri tahu yang lain dulu tentang apa yang baru saja kita lihat. Ingat ! Tuan bisa mengamuk jika kita bergosip di belakangnya. Mengerti !" sambung mbak Lastri mengingatkan Yati.

"Iya mbak." sahut Yati singkat.

"Ya sudah, sana." titah Lastri. Disambut anggukan Yati sambil melangkah meninggalkan Lastri.

Villa pribadi milik Randy memang cukup besar, berlantai dua.

Terdapat kolam renang di lantai atas. Kamar milik Randy.

Namun, Randy lebih sering tidur di bawah, kamar yang sekarang ditempati Ifa sebab merasa nyaman.

Jika badan sudah letih tak akan bertambah letih jika sepulang bekerja tak harus naik tangga ke lantai dua. Malas saja menurut Randy. Sebab villanya belum dilengkapi fasilitas lift. Itulah alasannya kenapa ia meninggalkan banyak kemeja kerjanya di lemari kamar bawahnya.

Mbak Lastri sudah tiba di depan kamar Randy. Ia mengetuk pintunya.

Tok ! Tok ! Tok !

"Tuan muda ! Tuan !" panggil sang Bibi sedikit cemas.

Setelah cukup lama menunggu si empunya kamar, pintu pun terbuka.

Ceklek !!!

"Iya mbak ? Ada apa ? Maaf baru selesai mandi." jawab Randy.

Randy menautkan alisnya sedikit berpikir ada apa gerangan sang bibi memanggilnya dengan raut wajah cemas begitu.

" Anu...itu...nona muda.. aduh piye iki. Dipanggil nona tuan. Dan maaf tadi. Saya..." ucap mbak

Lastri tersendat-sendat. Bingung cara mengutarakan apa yang telah dilihatnya pada tuan mudanya ini.

"Mbak ? Bicaralah yang jelas." tegas Randy.

"Tuan, maaf jika saya lancang mengadu pada anda. Tapi sepertinya ini harus anda ketahui. Pas tadi saya membersihkan tubuh nona. Saya menemukan banyak bekas luka ditubuh nona Ifana, tuan. Semacam bekas cambukan atau apalah saya kurang paham. Yang jelas luka itu sangat banyak di punggung nona. Serta banyak luka lebam seperti bekas pukulan benda tumpul gitu tuan." terang mbak Lastri panjang lebar.

Randy tertegun tak percaya. Bahkan ia sampai melongo mendengarkan ucapan si mbaknya.

"Apa !!! Mbak Lastri nggak salah lihat kan ?" sungut Randy.

"Benar tuan ? Mana berani saya berbohong tuan ? Kasihan nona Ifana tuan. Seperti korban KDRT saja. Tadi nona menangis kesakitan ketika saya mandikan tuan. Saya sama Yati sampai ngeri dan iba dibuatnya. Kalau tidak percaya ini, saya punya buktinya. Saya sengaja memfoto supaya anda percaya tuan?" jelas si mbak Lastri seraya memperlihatkan foto yang sengaja ia ambil tanpa sepengetahuan Yati rekannya dan juga Ifana tentunya.

"Apa benar yang diucapkan mbak Lastri ? Apa mungkin Ifana korban KDRT ?" pikirnya.

Randy meraih gawai milik mbak Lastri melihat dengan teliti.

Dia tercengang luar biasa tatkala melihat gambar yg menunjukkan punggung Ifana penuh luka sabetan gesper serta banyak luka lebam di sana. Ia pun meringis seperti ikut merasakan perih tak tertahan.

"Mbak, kirim foto ini ke nomor saya. Itu bisa jadikan tanda bukti suatu saat nanti jikalau dibutuhkan. Akan aku simpan bukti ini di ponsel ku. Jangan beritahu siapa pun dan rahasiakan ini semua. Paham ?" titah Randy pada si mbaknya.

"Paham tuan?" menganggukkan kepalanya.

"Apakah makanan sudah siap?" tanya Randy lagi.

"Sepertinya sudah tuan. Mari segera turun, kasihan nona pasti sudah lama menunggu anda, tuan ?" jawab si bibi.

......................

Randy sudah sampai di kamar bawah, tempat Ifa beristirahat sekarang.

Mungkin karena kelelahan dan terlalu lama menunggu Randy. Ifana tertidur meringkuk ke samping memeluk guling.

Netra Randy menatap tubuh molek Ifana yang berbalut kemeja miliknya. Paha mulusnya terpampang. Randy menelan ludahnya. Lelaki mana yang hasratnya tak menggelora kala disuguhkan pemandangan yang menggoda selera.

Andaikan ia seekor kucing, pasti dia sudah melahap santapan di hadapannya. Apalagi jika santapan itu seekor ikan. Habislah Ifana dilahapnya.

Otak Randy masih bekerja. Imannya tak kan goyah. Meskipun Imron nya sudah meronta-ronta. Karena dia bukan tergolong lelaki hidung belang yang asal celup sana-sini.

Kewarasannya dan keperjakaannya masih terjaga sampai sekarang. Ia tak memungkiri banyak godaan setan di mana pun ia berada. Beruntung dia bisa menahan diri untuk tak berbuat senonoh kala disuguhi paha mulus di luaran sana.

Randy berjalan mendekati tubuh mungil yang tergolek pulas di ranjang king size tempatnya biasa terlelap.

Dengan gerakan perlahan. Ia membuka kancing baju Ifana satu per satu. Sangat perlahan agar Ifana tak terganggu tidurnya.

Setelah terlepas semua ia menyingkap sebelah lengan baju Ifana sampai semua terbuka.

Betapa terkejutnya Randy.

Matanya sudah memerah menahan amarah yang bergemuruh di dada. Randy mengusap wajahnya dengan kasar. Melihat dengan kilatan api yang akan menyambar kayu bakar.

Dia heran kenapa masih banyak orang yang melakukan kejahatan pada wanita. Sepertinya kasus penganiyaan dan pelecehan terhadap perempuan kian berkibar.

Randy tak habis pikir kenapa banyak pria tega melakukan hal serendah ini. Entah siapa yang salah dan siapa yang benar. Hal ini tidak dibenarkan.

Pantang baginya serta keluarga besarnya memukul perempuan. Karena sejatinya wanita itu harus dilindungi bukan dipukuli.

Tubuh mulus itu terlihat banyak sekali luka. Randy yang sedari tadi membawa obat oles dengan telaten langsung mengobati luka Ifana. Meski tak tega, sesekali Randy meringis layaknya ikut merasakan perih tersebut.

Ifana berjengkit kaget dalam alam bawah sadarnya. Badannya terlihat menggeliat kala rasa perih menyapanya dalam lelap.

Perlahan, ia mengerjapkan matanya. Lalu membuka matanya. Melenguh, merasakan perih bercampur nyeri dipunggung.

Ada sensasi tiupan kecil angin di balik

punggungnya. Beserta hawa dingin yang merasuk menembus tulang. Menyapa tubuh ringkihnya.

Dia membalikkan badannya. Shock !

" Aaaaa !!! " teriaknya menatap seseorang di depannya yang sudah membuat kaget.

Ia terpaku, dengan secepat kilat ia meraih selimut di kakinya yang masih terlipat rapi.

"Mas boy ! A..apa yg kamu lakukan di kamar ini?" cicit Ifana merasa takut.

"Sst... jangan berteriak. Tenanglah. Aku tidak berbuat jahat. Aku hanya mengobati luka mu." jawab Randy gentar takut dikira mesum oleh Ifana.

"A..apa ? Be...benarkah?" Ifana yang ketakutan menundukkan kepalanya. Kemudian sembunyi di balik selimut lalu mengecek sendiri inci per inci tubuhnya.

Randy tersenyum geli melihat apa yang dilakukan Ifana.

"Nona ? Tak terjadi sesuatu pada kita. Kamu masih utuh tak kurang suatu apa pun. Hanya saja mataku ini sudah ternoda tidak suci lagi. Maaf. Aku sudah melihat punggung serta bagian tubuhmu yang lain. Bahkan aku juga sudah membelainya. Berarti tangan ku ini juga ternoda. Tapi tenanglah, saya akan bertanggung jawab." canda Randy mengulas senyum menggoda Ifana.

Ifana pun tersenyum kecut. Masih menundukkan kepala.

"Memang aku sudah sudah tak suci lagi" lirihnya sampai suaranya tak terdengar oleh Randy.

"Apa nona mengatakan sesuatu ?" tanya Randy pada Ifana lagi.

"Ti..tidak !!" sahutnya cepat. Ia tak akan mungkin mengatakan pada Boy alias Randy tentang siapa dirinya sebenarnya.

Selain belum siap, dia juga tak mau merasa dikasihani.

Ifana menggigit bibir bawahnya. Sesak dadanya menghantamnya bertubi-tubi tanpa jeda.

Pikirannya kalut melayang menguar dengan sempurna. Bagaimana jika pria di depannya ini tahu bahwa Ifana seorang ******.

Ia pasti akan mencelanya. Batin Ifa berkecamuk. Ia tak peduli lagi dengan kehormatan dan harga diri. Karena semuanya yang dimilikinya itu telah tergadai.

Randy mendekati Ifana yang terus menjauh darinya. Randy hanya cemas jika Ifa terus menghindarinya akan terjerembab ke lantai.

"It's O.k sorry baby. Aku minta maaf. aku benar-benar minta maaf sudah lancang. Mbak Lastri yang memberitahu ku. Bahwa tubuhmu penuh luka. Jawab pertanyaan ku ! Siapa yang melakukan ini ?" tanya Randy pelan.

"Mas...Mas...ah itu... ini hanya luka kecil." jawab Ifa berusaha menutupi hal ini.

"Ifana, kita memang baru kenal. Tapi setelah kamu minta pertolonganku tadi. Itu berarti kamu menjadi tanggung jawab ku sekarang. Mengertilah. Luka kecil kamu bilang ! Punggung mu terluka. Banyak bekas cambukan dan luka lebam bekas pukulan. Apa kau sengaja menutupi ini supaya mereka yang telah berbuat bisa bebas berkeliaran ? Ini tak bisa dianggap remeh dan sepele. Bukalah matamu, Baby? Sekarang kamu bisa menutupinya dariku. Tapi aku tak akan tinggal diam. Akan aku cari tahu sendiri siapa yang melakukan ini padamu ! Tidak atau tanpa ijin darimu !!!!" Randy bangkit dari ranjangnya dan tengah berdiri.

Namun kegiatannya terhenti kala tubuhnya dipeluk Ifana dari belakang. Dengan terisak.

Grep !!!

"Mas boy, tolong, tolong aku. Aku lelah. Aku sudah tak sanggup. Aku, hiks, hiks, hiks.Arrgggggg !!! Aku benci diriku !!!" Ifana berteriak histeris setelah meluapkan kekesalannya. Ia masih belum menjelaskan secara rinci hanya meminta tolong pada Boy.

Boy masih diam membisu tak bergeming. Ia berdiri bak patung berusaha menahan diri untuk tak bergerak.

"Mas tolong Ifana ? Jangan tinggalkan aku? Aku kesepian. Aku sendirian. Aku ? Tolong ?" Ifana makin terisak lemah dan sudah luruh di lantai. Nadanya tercekat.

Randy pun tak tega. Akhirnya ia mengangkat tubuh wanita itu dan kemudian duduk di tepi ranjang, meletakkan Ifa di pangkuannya. Merengkuh pinggangnya. Mengarahkan tubuh mungil itu menghadapnya. Menangkup wajah gadis itu dengan kedua telapak tangan kekarnya.

Ifa menatap intens mata tajam pria di depannya. Mencari celah apakah pria ini sungguh-sungguh atau hanya berpura-pura. Karena dia sudah banyak mengenal pria bermuka dua selama ini. Berkata manis di depan pada akhirnya hanya ingin mengecap tubuh moleknya saja.

Namun, ia tak menemukan kebohongan di raut wajah pria ini.

"Aku akan membantumu. Asal kamu mau jujur." terangnya.

Dengan tatapan sendu dia mengangkat wajahnya.

Wajahnya sembab tak beraturan. Tiba-tiba Ifana mendaratkan kecupan di pipi Randy dengan spontan.

Tentu Randy sangat terkejut menerima perlakuan Ifana. Muka sangarnya bersemu merah bak kepiting rebus.

"Mas Boy, apakah kamu serius ingin membantuku ?" sela Ifana di saat Randy masih dalam mood keterkejutannya.

Randy yang langsung tersadar dari lamunannya pun spontan menjawab.

"Hemmm," sahut Randy dengan deheman sebab masih shock.

Ifana terlalu senang serta sangat bahagia karena telah dikirimkan malaikat penolong. Tanpa sadar, ia kembali memberikan kecupan bertubi-tubi pada seluruh wajah Randy. Hingga berakhir mendarat di bibir pria tegas tersebut.

Semakin berdebar jantung Randy dan juga bertambah shock. Dia tak membalas kecupan Ifana karena saking terkejutnya.

"Oh, ya Tuhan, terima kasih. I love you, My Boy." ucap syukur Ifana. Sambil terus mengecup pipi Randy. Dan terus mengulas senyum manisnya.

"Sebahagia inikah kamu. Hanya karena aku menyetujui permintaan kecil mu itu, Baby ?" tanya Randy penasaran. Karena Ifana berubah manis dan raut mukanya tampak bahagia.

"Of, course. Thank you so much, Baby. Aku bahagia." jawab Ifana menggebu-gebu. Bersorak bahagia.

Randy menarik tengkuk Ifana lalu melayangkan kecupan di bibir Ifana dengan begitu mesra.

"I love you too, Baby." ucap Randy. Membuat Ifana menghentikan tawanya. Pernyataan Randy membuat Ifana sadar. Apakah keputusannya ini benar ? Melibatkan Randy dalam masalahnya sekarang.

Episodes
1 Tak Sengaja
2 Sadar
3 Menolak
4 Bersabar
5 Fakta Baru 1
6 Fakta Baru 2
7 Fakta Baru 3
8 Fakta Baru 4
9 Fakta Baru 5
10 Menyalahkan Diri
11 Mengakhiri Hidup !
12 Ketakutan Reydan
13 Ungkapan Hati Ifa
14 Ungkapan Hati Ifa ( 2 )
15 Kesungguhan Reydan
16 Hilang Kendali
17 Tuan Misterius
18 Tuan Misterius (2)
19 Tuan Misterius (3)
20 Tuan Misterius (4)
21 Tuan Misterius (5)
22 Tuan Misterius (6)
23 Tuan Misterius (7)
24 Kenangan Randy
25 Kenangan Randy (2)
26 Kenangan Randy (3)
27 Permintaan Ifa Naura Karna
28 Imelda Suprapto
29 Jordan Michael
30 Rahasia Jordan Michael
31 Dewa Penolong Naura
32 Dewa Penolong Naura (2)
33 Untuk mu Naura
34 Untukmu Nura (2)
35 Meninggalkan Naura
36 Amarah Jordan
37 Terus Terang
38 Terus Terang ( 2 )
39 Mengambil Hati Diandra
40 Mengambil Hati Diandra ( 2 )
41 Kegelisahan Jordan dan Randy
42 Menemui Mami Novia
43 Keegoisan Syailendra
44 Buah dari Keegoisan
45 Kabar Gembira
46 Bertemu Anggi
47 Mami Olivia Doris Satya
48 Olivia vs Syailendra
49 Kemarahan Suprapto
50 Imelda Hamil
51 Kandungan Imelda
52 Perhatian Suprapto
53 Ketabahan Kristin
54 Masalah Baru
55 Curhat dengan David
56 Kembali Ke Rumah Besar
57 Nostalgia di Rumah Besar
58 Ifa Berulah Lagi
59 Sisi Lain Seorang Rey
60 Kegusaran David
61 Bima menemui Rey
62 Menjenguk Ifa Naura Karna
63 Terbang ke Negeri Singa
64 Meminta Penjelasan (1)
65 Meminta Penjelasan (2)
66 Meminta Restu
67 Kembali Berseteru
68 Informasi dari Jordan
69 Mencari-cari Kesalahan
70 Sedikit Mengusik
71 Jiran dan Lilian
72 Menemui Jordan
73 Dilema Jordan
74 Setengah hati Jordan
75 Tamu tak Diundang
76 Dibuat Geram
77 Peringatan Pertama
78 Teror Kedua
79 Hukuman untuk Lili
80 Bimbang
81 Mencari Lili (1)
82 Mencari Lili (2)
83 Mencari Lili (3)
84 Sekeping Hati Randy
85 Hati Yang Rapuh
86 Hati yang Rapuh (2)
87 Sangat Menyiksa
88 Mengagumimu
89 Heart to Heart
90 Pergi Bersama
91 Seseorang di Masa Lalu
92 Cemburu
93 Terkenang
94 Memendam Rindu
95 Draft
96 Menghadapi Singa Jantan Mengamuk
97 Menghadapi Singa Jantan Mengamuk (2)
98 Skin to Skin Contact
99 Diterpa Rasa Canggung
100 Tumbang
101 Membujuk Bayi Besar
102 Peringatan
103 Peringatan ( 2 )
104 Panik
105 Di Posisi yang Sama
106 Luka Jordan
107 Masih Menutup Diri
108 Perdebatan
109 Simalakama
110 Ruang Hampa
111 Pergolakan Batin
112 Jalan Buntu
113 Karma Berbalas
114 Kesal
115 Menguntit
116 Perasaan Lelah
117 Penculik Masa Lalu
118 Penculik Di Masa Lalu (2)
119 Uring-uringan
120 Merasa Kehilangan Lagi
121 Penyatuan Terlarang
122 Si imut Sedang Bertanduk
123 Klarifikasi AUTHOR
124 Tak Sempurna
125 Keraguan
126 Malam Pengantin
127 Singa yang Mengamuk
128 Singa Mengamuk ( 2 )
129 Cerita Rey
130 Mencair
131 Selangkah Lebih Maju
132 Di titik terendah
133 Perubahan
134 Kesibukan
135 Sekretaris Baru Suprapto
136 Kagum
137 Bertemu Randy
138 Empat Mata
139 Tersulut Emosi
140 Kecewa
141 DM Dari Seseorang
142 Amarah Terpendam David
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Tak Sengaja
2
Sadar
3
Menolak
4
Bersabar
5
Fakta Baru 1
6
Fakta Baru 2
7
Fakta Baru 3
8
Fakta Baru 4
9
Fakta Baru 5
10
Menyalahkan Diri
11
Mengakhiri Hidup !
12
Ketakutan Reydan
13
Ungkapan Hati Ifa
14
Ungkapan Hati Ifa ( 2 )
15
Kesungguhan Reydan
16
Hilang Kendali
17
Tuan Misterius
18
Tuan Misterius (2)
19
Tuan Misterius (3)
20
Tuan Misterius (4)
21
Tuan Misterius (5)
22
Tuan Misterius (6)
23
Tuan Misterius (7)
24
Kenangan Randy
25
Kenangan Randy (2)
26
Kenangan Randy (3)
27
Permintaan Ifa Naura Karna
28
Imelda Suprapto
29
Jordan Michael
30
Rahasia Jordan Michael
31
Dewa Penolong Naura
32
Dewa Penolong Naura (2)
33
Untuk mu Naura
34
Untukmu Nura (2)
35
Meninggalkan Naura
36
Amarah Jordan
37
Terus Terang
38
Terus Terang ( 2 )
39
Mengambil Hati Diandra
40
Mengambil Hati Diandra ( 2 )
41
Kegelisahan Jordan dan Randy
42
Menemui Mami Novia
43
Keegoisan Syailendra
44
Buah dari Keegoisan
45
Kabar Gembira
46
Bertemu Anggi
47
Mami Olivia Doris Satya
48
Olivia vs Syailendra
49
Kemarahan Suprapto
50
Imelda Hamil
51
Kandungan Imelda
52
Perhatian Suprapto
53
Ketabahan Kristin
54
Masalah Baru
55
Curhat dengan David
56
Kembali Ke Rumah Besar
57
Nostalgia di Rumah Besar
58
Ifa Berulah Lagi
59
Sisi Lain Seorang Rey
60
Kegusaran David
61
Bima menemui Rey
62
Menjenguk Ifa Naura Karna
63
Terbang ke Negeri Singa
64
Meminta Penjelasan (1)
65
Meminta Penjelasan (2)
66
Meminta Restu
67
Kembali Berseteru
68
Informasi dari Jordan
69
Mencari-cari Kesalahan
70
Sedikit Mengusik
71
Jiran dan Lilian
72
Menemui Jordan
73
Dilema Jordan
74
Setengah hati Jordan
75
Tamu tak Diundang
76
Dibuat Geram
77
Peringatan Pertama
78
Teror Kedua
79
Hukuman untuk Lili
80
Bimbang
81
Mencari Lili (1)
82
Mencari Lili (2)
83
Mencari Lili (3)
84
Sekeping Hati Randy
85
Hati Yang Rapuh
86
Hati yang Rapuh (2)
87
Sangat Menyiksa
88
Mengagumimu
89
Heart to Heart
90
Pergi Bersama
91
Seseorang di Masa Lalu
92
Cemburu
93
Terkenang
94
Memendam Rindu
95
Draft
96
Menghadapi Singa Jantan Mengamuk
97
Menghadapi Singa Jantan Mengamuk (2)
98
Skin to Skin Contact
99
Diterpa Rasa Canggung
100
Tumbang
101
Membujuk Bayi Besar
102
Peringatan
103
Peringatan ( 2 )
104
Panik
105
Di Posisi yang Sama
106
Luka Jordan
107
Masih Menutup Diri
108
Perdebatan
109
Simalakama
110
Ruang Hampa
111
Pergolakan Batin
112
Jalan Buntu
113
Karma Berbalas
114
Kesal
115
Menguntit
116
Perasaan Lelah
117
Penculik Masa Lalu
118
Penculik Di Masa Lalu (2)
119
Uring-uringan
120
Merasa Kehilangan Lagi
121
Penyatuan Terlarang
122
Si imut Sedang Bertanduk
123
Klarifikasi AUTHOR
124
Tak Sempurna
125
Keraguan
126
Malam Pengantin
127
Singa yang Mengamuk
128
Singa Mengamuk ( 2 )
129
Cerita Rey
130
Mencair
131
Selangkah Lebih Maju
132
Di titik terendah
133
Perubahan
134
Kesibukan
135
Sekretaris Baru Suprapto
136
Kagum
137
Bertemu Randy
138
Empat Mata
139
Tersulut Emosi
140
Kecewa
141
DM Dari Seseorang
142
Amarah Terpendam David

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!