" Honey.. please.. jangan marah. Maafkan aku, honey ? " mohon Rey pada Ifa yang masih memunggunginya.
" Aku yang harusnya minta maaf. Aku membuat mu lelah. Capek mengurusi aku. Mengurus perusahaan. Kamu tak pernah sedikit pun mengeluh. Aku yang kekanak-kanakan. Aku egois. Aku hanya ****** dan tak pantas buat kamu. Dan ya, tidak seharusnya aku terbawa perasaan. Karena aku bukan lagi kekasih mu. Mas hanya kasihan dan menolong ku saja. " keluh Ifa dengan emosi yang meledak-ledak.
Rey tak tahu lagi bagaimana menenangkan Ifa. Rey meredam amarah yang telah bergemuruh di hatinya.
Ia tak ingin menanggapi serius ucapan Ifa yang menurutnya hanya emosi sesaat. Karena kondisi mental Ifa yang masih labil.
Reydan membiarkan Ifa berbicara panjang lebar dan mengeluarkan semua unek-unek nya.
Reydan menarik tubuh Ifa agar menghadap padanya. Supaya ia leluasa memandangi wajah sang pujaan hatinya tersebut.
Ifa terdiam. Menatap ke arah yang berbeda bukan ke Rey, pria yang berada tepat di depannya. Dengan posisi yang sangat dekat.
Reydan tersenyum dan kemudian menghapus air mata di wajah gadisnya dengan ibu jarinya.
" Keluarkan semua yang ada dalam hatimu. Semua yang membebani pikiran dan perasaanmu sayang. Aku tak akan marah. Aku juga tak akan kemana-mana. Aku akan selalu bersamamu dalam keadaan apa pun. Aku akan mendengarkan mu semua keluh kesah mu honey. " terang Reydan dengan tatapan penuh cinta.
" Aku hanya takut berharap terlalu besar padamu. Seperti dulu, lalu kau juga yang mematahkannya lagi." jawab Ifa sendu.
" My If.. dengerin aku sayang.. asal kau tahu aku sama hancurnya dengan kamu waktu itu. Aku sudah berkali-kali bilang padamu dulu. Mama dan David saksinya. Kau bahkan tahu itu honey. Apa kamu masih tak yakin dengan perasaan ku ? Kamu tetap calon istriku. Tak ada yang bisa mengubah keputusan ku. Kau terima atau tidak. Aku tetap akan menikahi mu." tukas Reydan dengan tegas.
" Menikah !!! " pekik Ifa terkejut. Menggelengkan kepala seolah tak percaya mendengarnya.
" Iya, Menikah ??? Apa kau tak mau menikah dengan ku ??? " sahut Rey mengulang kata-katanya. Menjawab keraguan Ifa.
" A...apa aku tak salah dengar mas ? Mas yakin, dengan yang mas katakan barusan ??? " tanya Ifa tergagap karena masih ragu sekaligus bimbang.
" Honey ??? 100 % yakin !!! " jawab Reydan tegas.
Ifa menutup mulutnya. Tak bisa berkata-kata. Kaget dan shock.
" Tapi aku takut mas menyesal nantinya. Terus bagaimana keluarga mas. Mereka tak akan mau menerima ****** sepertiku." keluh Ifa lirih.
" Apa yang kau bicarakan honey. Aku tak suka kau bicara seperti itu. Aku tak mempermasalahkan masa lalu mu. Yan ku harapkan masa depanmu. Aku akan mengurus mereka. Tak perlu kau cemas honey. Bagi ku, kamu yang yg terpenting. " jelas Rey.
" Jelas itu menjadi masalah buat aku, Ay. Aku tak lagi punya masa depan sejak kehormatan ku dirampas. Apa mama Novia akan menerima ku mas ? Aku juga tak yakin , keluarga besar Syailendra akan menerimaku. Mengingat aku ini seorang PSK. Aku cukup tahu diri untuk itu. Maaf aku tak bisa menerima ini ? " ungkap Ifa menolak permintaan Rey.
" Aku tak memerlukan persetujuan mu sayang. Soal mama, kau tahu sendiri jawabannya apa. Setuju atau tidak, kau tetap akan menjadi wanita ku. " ancam Reydan.
Ia tak peduli lagi dengan nama baik keluarganya. Karena meskipun tak bersama Ifa sekali pun, nama besar Syailendra sudah hancur. Ulah ayahnya sendiri yang berkhianat.
Reydan masih menutupinya dari Ifa. Takut gadisnya semakin hancur. Dan akan kehilangan kepercayaan terhadapnya.
" Tapi mas Rey aku kan bekas...??? " ungkap Ifa. Ia tak melanjutkan kata-katanya. Ia semakin bersedih.
Ia masih tak yakin dengan keputusan Reydan yang tiba-tiba mengajaknya menikah. Banyak hal yg Ifa pikirkan. Tak cuma perasaannya semata. Namun, tentang keluarga besar Reydan.
Tak akan semudah yang dibayangkan. Mengingat dirinya adalah mantan PSK. Meskipun itu bukan keinginannya. Situasi dan kondisi yang memaksanya menekuni dunia malam tersebut.
Bayangan kehidupan kelam mengerikan yang ia jalani kala itu, masih tergambar jelas di otak perempuan mungil ini.
Kerasnya kehidupan dan kegagalan percintaannya. Kekerasan fisik, mental serta seksual yang ia alami membuat hidupnya hancur berkeping-keping.
Mulai dari kasus penculikan yang ia dan ibunya alami menambah beban pikirannya. Rumah dan toko peninggalan sang ayah yang tiba-tiba disita dan dibalik nama atas orang lain. Juga semakin menggoyahkan mentalnya.
Nasib buruk yang ia hadapi bertubi-tubi nyatanya mengguncang mental dan jiwanya. Ia berada di titik nadir. Mengharuskannya menjadi wanita kuat dan tangguh.
Ia pernah memiliki impian hidup bahagia. Mempunyai gelar sarjana. Memiliki kehidupan yang layak. Serta menginginkan hidup berumah tangga dengan Reydan lelaki yang menawan hatinya saat itu.
Impian tinggallah impian. Keinginan tak sesuai dengan realita yang ia hadapi saat ini. Tak ingin menjadi wanita egois. Ia hanya bisa pasrah. Impian itu hancur berkeping-keping.
" Cukup honey !!! Aku tak menerima penolakan !!! Aku tak mau kau selalu mengatakan hal itu. Kau !!! Hanya kau yang aku inginkan !!! " bentak Rey dengan meninggikan suaranya. Langsung bangun lalu melenggang pergi meninggalkan Ifa.
Reydan sudah tak bisa menahan kekesalannya terhadap Ifa. Ia tak tahan dengan sikap Ifa yang terus-menerus menyalahkan diri sendiri.
Reydan hanya menginginkan Ifa menerima ketulusan cintanya itu saja. Tanpa terbebani masa lalunya.
Reydan telah menyuruh kedua perawat Ifa untuk menemani Ifa di kamarnya. Rey juga pamit akan keluar sebentar dan pulang agak malam karena ada hal penting.
Tentu itu hanya alasan Reydan saja. Bukan untuk meninggalkan Ifa hanya ingin menenangkan diri dan menghindari pertengkaran yang menurutnya yg tak penting.
Dia akan menemui David, saudara angkatnya yang juga asisten pribadinya. Di saat seperti ini, hanya David-lah yang bisa menenangkan dirinya.
Reydan sudah berada dalam mobilnya yang masih di parkiran apartemennya.
......................
Malam semakin larut. Tapi Ifa belum bisa memejamkan matanya. Ia sengaja tak tidur hanya untuk menunggu Rey pulang. Ia bingung harus apa. Ia terus-menerus menangis. Ia takut Rey semakin marah padanya. Kepergian Rey siang tadi membuat ia khawatir dan merasa bersalah. Karena Rey pergi dengan amarah.
Kedua perawat yang menemani Ifa itu saling pandang. Sangat takut dan mengkhawatirkan nona nya.
Semenjak kepergian Reydan, Ifa terlihat murung dan sedih. Ifa tak menyentuh makanannya sama sekali. Tak meminum obatnya. Ia juga tak tidur siang. Ifa mogok makan dan mogok bicara.
Kedua perawatnya bingung dan cemas mengahadapi tingkah nona nya. Mereka juga tak berani melaporkan kondisi nona nya pada Reydan karena takut. Ifa mengancam akan menyakiti dirinya sendiri kalau mereka mengadukannya.
Jelas kedua suster itu mati kutu dan seperti makan buah simalakama. Mengadu salah tidak mengadu pun lebih salah.
Tapi dengan terpaksa Suster Ani mengirimkan pesan pada Reydan. Bahwa Ifa mengurung diri di kamar dan menguncinya dari dalam. Suster Rena masih terus membujuk Ifa supaya mau keluar dan membuka pintu kamarnya. Mereka takut Ifa akan menyakiti dirinya sendiri.
Tok ! Tok ! Tok !
Suara ketukan pintu dari sus Rena.
" Nona... tolong buka pintunya nona ? Nona dari siang belum makan. Ayolah nona ? " teriak suster Rena sambil mengetuk pintu kamar Ifa.
Tapi hening tak ada sahutan dari dalam kamar. Semakin membuat kedua suster itu cemas dan panik. Suster Ani terlihat keluar dari kamar dan telah menghubungi Reydan. Karena telpon selulernya tertinggal di kamar. Dia lalu berjalan menghampiri suster Rena.
" Suster Ani, apakah anda sudah menghubungi tuan Reydan dan tuan David ? Aku sangat mengkhawatirkan nona. " tanya suster Rena pada rekannya.
" Sudah Sus Rena ? Tuan bilang dia sekarang di perjalanan pulang bersama tuan David. " sahut sus Ani.
" Syukurlah. Semoga mereka segera cepat sampai. " tukas sus Rena lega.
Tiba-tiba mereka dibuat kaget dengan suara teriakan dan suara gaduh dari dalam kamar Ifa. Mereka semakin takut.
Ifa yang kalut dan tak bisa mengontrol dirinya. Kemudian membanting semua barang yang ada dalam kamarnya. Semua berantakan. Ifa juga berteriak tak jelas. Mengucapkan kata-kata kasar pada dirinya sendiri. Ifa menjambak rambutnya sendiri. Mencakar tubuhnya. Bahkan tak segan membenturkan keningnya di dinding.
Keningnya penuh darah. Pakaian yang ia kenakan sudah tak berbentuk.bTerlihat compang-camping.
Ia terus berteriak memanggil nama Rey agar Rey kembali. Dia juga terdengar meraung-raung. Meminta maaf pada Reydan. Karena hanya Reydan lah satu-satunya tempat bersandar baginya saat ini.
Ifa sebenarnya juga takut ditinggalkan oleh Rey. Tapi mengingat kondisinya sekarang. Ia tak bisa berbuat banyak. Hanya pasrah dengan keadaan.
"Nona...nona...apa anda baik-baik saja nona." panggil sus Ani dan sus Rena berbarengan.
" Nona...buka pintunya nona? " pinta sus Ani.
Mereka semakin panik. Terus menggedor pintu kamar Ifa. Tapi tak kunjung dibuka pemiliknya.
"Mas Rey.. Maafin Ifa. Jangan tinggalin Ifa mas...Ifa mohon...kembali..Ifa takut ..." lirih Ifa sendu. Ia sangat menantikan Rey.
Ia terus meraung mencari Reydan.
"Mas ke mana ... mas Rey... kembalilah..Ifa mohon...maafin Ifa...jangan pergi." ucap Ifa yg menyayat hati.
Prang !!!
Suara sesuatu pecah. Ifa melempar gelas. Tak tahu kapan gelas itu ia raih. Ifa terduduk lesu di lantai pinggir ranjang. Menunduk memeluk lututnya.
Mereka semakin panik. Karena teriakan serta tangisan Ifa semakin menjadi. Terdengar sangat menyayat hati.
"Bagaiman ini sus Ani. Apa kita minta tolong pengawal di depan saja supaya mendobrak pintu kamar ini. Saya takut nona kenapa-kenapa. Dan nona akan melukai dirinya." tanya sus Rena pada rekannya yang juga sedang panik memikirkan nasib nona nya di dalam kamar.
" Iya sus, aku setuju. Daripada kita di sini tak melakukan apa pun dan hanya dibuat cemas oleh nona. Setidaknya kita bisa menyelamatkan nyawanya. Sambil menunggu tuan Rey dan tuan David datang. " sahut sus Ani menyetujui saran sus Rena.
" Ayo.. kita panggil mereka. " tukas sus Rena sambil berjalan menuju pintu depan.
David melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Reydan yang juga bersamanya juga semakin panik. David pun sama.
Entah apa yang terjadi pada Ifa sekarang. Yang jelas mereka tak bisa membayangkan jika sampai Ifa kenapa-kenapa. Rey tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
Pikiran mereka kacau dan kalut sekarang. Tapi Rey juga sudah menghubungi para dokter untuk segera ke apartemennya.
" Sayang...apalagi yang kamu lakukan sekarang. Maafkan aku tadi terbawa emosi. Harusnya aku tak meninggalkan mu sendiri tadi. Kenapa kamu bodoh sekali Rey." Batin Rey. yang juga merutuki kebodohannya.
David juga tak tenang. Semakin kalut. Dia berusaha menghubungi para pengawalnya. Tapi cuaca yang buruk dan hujan lebat membuat koneksi buruk pada jaringan selulernya.
Lagi..lagi.. dan lagi. Rey merasa kecolongan. Andai saja ia tak terbawa emosi. Niat hati ingin menghindari pertikaiannya dengan Ifa. Dan memilih meninggalkan Ifa dan menemui David ke perusahaanya. Memberikan ruang untuk Ifa supaya bisa menenangkan diri.
Ternyata ia salah. Ia lupa bahwa kondisi mental wanitanya masih labil. Bukan seperti wanita normal pada umumnya.
Ia mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras.
" **** !!!! " gerutu Reydan mengumpat kasar.
David yang sedari tadi mengetahui gerak- geriknya itu pun mencoba menenangkan bosnya.
"Tenang bos !!! Kuta berdoa saja semoga nona dalam keadaan baik-baik saja ." kata David menenangkan hati Rey.
" Semoga saja Dev." sambung Rey lirih. Penuh harap.
Rey merasa perjalanannya kali ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments