***
"Kenapa nyonya Widya meminta aku memanggilnya mama yah ? apa mungkin karena berita yang berenang sekarang masa iya mereka menyukai aku yang bukan siapa-siapa ini? "
Syifa masih berperang dengan pikiran nya sendiri masih teringat dan terbayang berbagai percakapan yang mereka bm lakukan selama proses perbelanjaan tadi pagi di supermarket itu. Dimana bu Widya sempat bertanya pasangan Syifa, tentang kapan rencana menikah, serta pandangan Syifa terhadap anaknya sendiri.
" Begini Syifa kemarin sebelumnya kan kamu menjadi sekretaris suami saya papa Angga, mama sangat senang dan berterima kasih sebelumnya kamu sudah membantu dengan baik dan bekerja dengan sangat baik sampai dia pensiun, " ucapnya
Mereka sedang duduk di sebuah tempat minum terdekat dari kace bu Widya mengajak Syifa untuk ngobrol sambil minum air dingin.
" Sekarang kamu sudah beralih menjadi sekretaris anak ku si Ervan, apakah dia membuatmu berat selama bekerja nak? " Tanya bu Widya penuh sirat yang membuat Syifa nggak enak hati.
" Eh nggak bukan begitu mah, Syifa bahkan sangat beruntung dan berterima kasih yang sebesar-besarnya karena kalian mau mempekerjakan saya di perusahaan sebesar ini, di jadikan seorang sekretaris menberikan kinerja terbaik daya adalah salah satu bentuk Terima kasih saya yang Sebesar-besar nya atas kesempatan dan semuanya" ucap Syifa dengan mantap dan haru.
" Mengenai sekarang saya menjadi sekretaris pak Ervan, dia sama sekali tidak pernah memberatkan saya ma, pak Ervan baik, dan dia juga profesional orang nya" jawab nya lagi dengan tenang.
" Syukurlah kalau begitu nak, Mama senang kalau semuanya baik-baik saja. Dia pernah trauma karena kehilangan istrinya beberapa tahun yang lalu dia bahkan tidak pernah berdekatan dengan wanita lain setelahnya hingga saat ini, Mama sangat takut dia memperlakukan kamu sama dingin nya dengan perempuan- perempuan yang pernah mendekatinya"
terdengar helaan nafas sebelumn melanjutkan ceritanya, sementara Syifa hanya menunggu dengan sabar mendengarkan curhatan sang Nyonya yang sekarang minta di panggil mama itu.
"Terutama Sitta adik iparnya dari almarhumah istrinya , Stita dan ibunya dulu mereka sempat meminta Ervan menikahi Sitta sebagai ganti sang anak sulung yang telah tiada, namun hal tersebut menyulut emosi Ervan dan menolak mentah-mentah permintaan mereka. Karena selain hati yang masih sepenuhnya belum sembuh dia juga sudah menganggap Sitta seperti adiknya terlepas dari pernikahan yang baru seumur jagung itu, mereka dulu penuh dengan kebahagiaan mulai dari SMA hingga menikah dan ternyata tanpa di ketahui Ervan bahwa tiba-tiba Yuna mengidap penyakit mematikan yang sudah stadium akhir sempat di bawak keluar negeri tetapi ternyata terlambat hanya 1 minggu menjalani perawatan yuna pun menghembuskan nafas terakhir di depan mata Ervan sendiri. "
Menghela nafas berat bu Widya melanjutkan cerita.
"Setelah itu Ervan tidak pernah mampu melihat wanita lain baginya kematian istrinya adalah keteledoran nya yang kurang perhatian bagaimana mungkin sudah berpacaran selama kurang lebih 3 tahun dan menikah 6 bulan dia tidak tahu kalau sang istri ternyata mempunyai penyakit se berbahaya itu"
Mama Widya menangis mengenang itu semua sambil mengelap air mata dia menatap Syifa penuh harap.
" Mamah sangat berharap dia membuka hati lagi dan membina keluarga lagi tapi dari kemarin-kemarin dia selalu menolak dan kamu tidak mau memaksa mengingat Ervan yang sempat terpuruk karena kepergian yuna, mama tidak mau dia mengalami hal yg sama lagi jadi kami memutuskan bersabar menunggu hatinya terbuka dan memenuhi harapan kami" tambahnya lagi sambil menggenggam tangan Syifa dengan haru.
Syifa yang bingung dengan sikap bu Widya pun membiarkan dan mendengarkan dengan baik isi hati mamah baru nya itu.
" Mama tenang saja pak Ervan pasti bisa menemukan kebahagiaan nya secepat mungkin, dia laki-laki yang baik pasti takdir baik pula yang akan menyertainya" Syifa mencoba menenangkan bu Widya.
" Sebenarnya dia sudah menemukan seseorang yang mampu membuka hatinya lagi nak, dan mami sangat bahagia, tinggal bagaimana perasaan wanitanya terhadap anak mama, nak mama sangat berharap untuk itu semua" ucapnya sambil menggenggam erat tangan Syifa penuh harap.
Hal itu membuat Syifa tambah bingung sekaligus hatinya seolah berdenyut merasakan perasaan aneh yang baru dia rasakan sakit ya, dia seperti merasa sakit mendengar bahwa Ervan sudah menemukan seseorang yang bisa membuatnya membuka tabir hitam kegelapan kehidupannya itu.
[ " Ternyata dia sudah menemukan nya, ternyata benar aku yang terlalu berlebihan menanggapi sikap baik nya selama ini" ]. Berbisik di hati Syifa.
Namun dia juga bingung kenapa bu Widya malah seolah berharap kepadanya tapi menaruh harapan apa ?, dia bingung dan hanya mengiyakan saja ucapan bu Widya tadi.
"Kamu sudah punya pacar nak? " ucap nyonya Widya lagi tambah membuat Syifa bingung dan terkekeh mendengarnya.
" Hehe belum mah, mana ada laki-laki yang mau menerima saya masih banyak tanggungan saya dari orang tua, saudara adik-adik saya yang masih sekolah jadi memikirkannya saja saya sudah mumet " Jawabnya dengan candaan untuk menutupi pedih di hatinya itu.
Namun berbeda dengan bu Widya yang seolah menemukan angin segar di tenaga gurun pasir yang tandus itu, menurutnya putranya terlalu lambat dalam bertindak kalau terlalu lama takutnya Syifa di ambil orang berabe bisa gagal punya mantu pikirnya.
Sebenarnya dia tidak kebetulan berbelanja bersama di supermarket itu, tadi sewaktu dia melewati jalanan dekat kost Syifa dia melihat Syifa berjalan dan memasuki supermarket itu mangkanya dia menyuruh sopir untuk berhenti dan berbelanja di sana saja.
" Kamu jangan merendah nak, bisa jadi besok akan ada seseorang yang akan membahagiakan kamu, kamu terlalu menganggap rendah pandangan mu nak. "
Aktingnya seolah-olah dia sedang menyemangati Syifa padahal sedang ingin jingkrak-jingjrak saja.
" Terima kasih ma" jawab Syifa tanpa curiga sana sekali.
[" Alhamdulillah peluang besar punya mantu nih tahun 2022"] mama Widya bersorak dalam hati, sambil tersenyum-senyum sendiri sehingga membuat Syifa bertanya.
" Mama kenapa? " jawabnya bingung padahal barusan mereka membahas hal sedih tapi mama Widya malah senyum-senyum sendiri.
"[Misi sukses, nggak sia-sia saya lewat sini, semoga jadi kenyataan nak"] monolognya lagi.
***
Dikediaman kusuma bu Widya sang nyonya besar pun buru- memasuki rumah diikuti oleh bisa Minah sang asisten rumah tangga yang tadi menemani dia berbelanja ke mall, yang nyatanya belanja di supermarket terdekat dengan kost Syifa.
Tujuannya sekarang adalah menemui suaminya dan menyampaikan hasil survei nya hari ini,
dasar bu Widya emang benar-benar unik sebegitu antusias dan bahagianya dia tentang perubahan anaknya itu sampai-sampai dia pun turut andil akan prosesnya itu.
" Pahhh mama baru saja ketemu calon mantu kita pah,? ucapnya sambil memeluk gemas suaminya itu.
" Mah tenang dlu, maksud mama ketemu siapa? calon mantu siapa pacar Ervan?" tanya nya
" Ish papa nggak peka, tadi mama baru ketemu Syifa pa dia berbelanja saat mama mau ke mall melewati kost nya kebetulan jadi mama sengaja pura-pura belanja juga disana deh" jawabnya antusias.
Dia menceritakan semuanya disambut gelanggang kepala oleh suaminya tersebut namun tak dapat di pungkiri bahwa Angga juga menaruh harapan dan bahagia akan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Ai Hodijah
semangat nya mama camer,mf thor ada tiponya jadi bacanya harus fokus😁🙏🙏
2023-01-02
0