"Terima kasih pak Ervan, semoga kerjasama ini terjalin dengan baik dan memperoleh kesuksesan sesuai yang kita harapkan" ucapan Riko.
Dan diikutin jabat tangan berlanjut dengan menjabat tangan Syifa juga hanya sebagai kepentingan kerjasama saja, walaupun memang sebenarnya ada ketertarikan Riko kepadanya.
"Senang dengan kerjasama ini juga nona, ternyata dibalik kesuksesan dan kebesaran perusahaan Kusuma ini ada sekretaris secerdas kamu, hehe"
tambah nya berbasa-basi sebelum beranjak pergi meninggalkan cafe tersebut.
"Sama-sama, senang bekerjasama dengan pak Riko juga, " jawab Ervan dengan seramah mungkin padahal dalam hati udah kayak ingin gebukin kan supaya tuh laki-laki usah ganjen lagi.
[Dasar tua-tua keladi, jelalatan tuh mata gua colok ntar], dumel Ervan dalam hati.
"Terima kasih juga pak, bapak terlalu berlebihan" balas Syifa.
Gak jauh berbeda dengan Ervan dia sebenarnya juga risih di tatap berlebihan oleh laki-laki seperti pak Riko ini.
......................
Sepanjang perjalanan tidak ada yang bersuara, Ervan dengan pikirannya yang entah cemburu, merasa rekan bisnisnya yang kegantengan kepada sekretaris nya itu.
[Dasar buaya darat, di setiap kesempatan kalau lihat cewek bening aja udah keluar tuh mata, awas saja kalau sampai gangguin Syifa, ] batin nya masih dongkol.
[Ehh kok aku malah posesif gini ya, tapi biarin ajalah aku harus memastikan perasaan aku ini benar apa nggak ] lanjutnya lagi.
Sedangkan Syifa sibuk dengan pikiran nya tentang sifat Ervan yang menurutnya seperti berbeda, mau ge er takut salah.
[Kok aku malah mikirin pak Ervan mulu ya, mana mungkin dia suka sama aku, secara kan cewek di sekeliling dia pada cantik-cantik dan dari keluarga kaya, membayangkan saja aku mungkin huuh] pikirnya menolak kemungkinan-kemungkinan itu.
[Lagian wajarlah dia nggak suka kalau ada klien yang aneh-aneh atau genit-genit sama sekretaris nya kan sekretaris juga tanggung jawab perusahaan juga]. Bantah nya lagi.
Hingga keheningan tersebut di pecahkan oleh suara Doni dari kemudi memberitahukan kalau mereka sudah sampai di restoran untuk makan siang karena memang jam sudah menunjukkan pukul 11.45 jadi memang sudah waktu makan siang.
"Maaf bro, kita sudah sampai" ucap Doni memberi tahu.
"Loh kita ke restoran ya kak?" jawab Syifa
[maklum Syifa kalau memanggil Doni memang kaka kalau diluar jam kantor dan itu atas permintaan Doni sendiri].
"Sudah jam 11.45 jadi sudah memasuki jadwal jam makan siang, jadi kita istirahat dulu saja disini" jawab nya.
Tanpa mereka sadari percakapan singkat tersebut menyulut api serasa terbakar dari dada seseorang yang tak lain Ervan, karena merasa percakapan meraka terlalu dekat sampai membuatnya seolah seperti orang ketiga, dan itu membuatnya benar-benar geram.
" Hemm, " dehem ervan mengkode.
"Kita pindah ke restoran bintang lima saja saya tidak suka menu di restoran ini" ucapnya beralasan.
Padahal dia hanya merasa kesal dengan Doni karena obrolan mereka tadi. Jelas itu membuat keterkejutan bagi Doni karena sebelumnya menu restoran ini adalah menu favorit sangat tuan muda sekaligus sahabatnya itu, tapi kok sekarang bilang tidak suka menu nya.
"Tumben, biasanya kamu suka menu di restoran ini katamu ini terlihat nyaman dan menunya enak-enak terasa pas dilidah? "
tanya Doni heran.
" Itukan kemarin aku suka sekarang aku nggak suka, bosan aku rasanya nggak berubah-ubah kayak gitu aja" alasannya,
"Udah jalan sekarang, keburu habis waktu makan siang, keburu lapar, " tambahnya sambil sesekali melirik Syifa yang nampak bingung, sebenarnya Syifa nggak tau dimana dan apa menu kesukaan bos nya itu jadi dia diam dan menurut saja toh yang penting perutnya kenyang pikirnya.
...****************...
Sekitaran 15 menit an mereka sampai ke restoran yang di maksud oleh Ervan barusan, mereka pun turun dan menuju ke restoran itu untuk mengisi kekosongan perutnya.
Terlihat kehadiran mereka di sambut baik oleh resepsionis restoran tersebut dan di arahkan ke ruangan viv.
Dengan telaten para pelayan mengantarkan makanan untuk mereka makan siang terlihat dari banyaknya makanan yang nggak biasa bagi Syifa yang biasa makan nasi padang di tongkrongan dan di bungkus. Dia hanya akan makan di cafe atau restoran jika ada rejeki lebih atau lagi ada kegiatan kantor seperti ini, kalau tidak maka sudah dipastikan dia lebih memilih membeli makanan warung-warung yang murah namun rasanya nikmat, karena bagi Syifa sangat disayangkan bila uang sampai jutaan hanya dihabiskan buat makan saja.
Setelah selesai menghabiskan makan nya mereka segera menuju ke hotel nya untuk bersiap-siap dan beristirahat karena nanti malam akan ada perjamuan dengan rekan kerjanya sebagai penutup kerjasama di hari ini, sebelum ke apartemen mereka ke butik membeli pakaian untuk digunakan Syifa di perjamuan nanti malam. Mulai baju, sepatu dan tas serba baru dan marching dengan pakaian yang ervan kenakan, bukan tanpa alasan Ervan nggak mau kalau sampai si Riko akan mengambil kesempatan bersama Syifa lagi.
"Ini terlalu berlebihan pak saya bawa pakaian buat nanti malam" ucap Syifa nggak enak.
"Nggak apa-apa ini juga fasilitas di berikan oleh perusahaan buat pegawainya, jadi kita harus terlihat bagus dan matching di setiap pertemuan" alasan Ervan
"Tapi kemarin pas bersama pak Angga saya cukup berpakaian yang sopan dan formal saja pak" jawabnya, " dan syukurnya semua berjalan lancar " tambahnya lagi.
Karena merasa ini berlebihan menghabiskan uang hingga ratusan juta buat pakaian yang hanya akan di pakai semalam itu, sungguh tidak enak menurut Syifa.
"Itu berbeda dibawah pimpinan saya sekretaris dan karyawan harus mendapat fasilitas yang memadai" kekeh nya lagi.
Terpaksa Syifa pun menurut dengan perasaan yang bergelut seolah nggak enak dan perasaan yang berlebihan ini, bagaimana tidak ini hal yang nggak pernah dia beli pakaian yang biasa Syifa pakai paling mahal 500 ribu saja dan itu sudah kualitas paling bagus menurutnya belum harga yang biasa hanya sekitaran kurang dari seratus ribu itu.
Sesampai di hotel Syifa mengistirahatkan dirinya dengan pikiran yang berkecamuk. hingga tanpa disadari dia tertidur. Tepat pukul 7.00 Syifa sudah rapi dengan dandanan yang menurutnya natural namun elegant itu bagaimana pun sebagai sekretaris perusahaan besar keluarga kusuma Syifa tidak mau memberikan kesan jelek atau menurunkan kapasitas dan citra perusahaan tersebut yang telah mengangkatnya dan menghidupi nya selama ini. Tapi sederhana menurut Syifa tidaklah buat Ervan, baginya tampilan Syifa bak model papan atas sangat cantik dan anggun sekali.
Dengan rambut di kuncir kuda lurus hitam kekuningan, hidung mancung riasan natural, memakai gaun berwarna hitam ber manik-manik indah, tas super mahal dan sepatu limited edition persis seperti nyonya mudah dari keluarga ternama pada umumnya, ini semua membuat Ervan tak berkedip [sungguh sempurna, ] isi hati nya.
Tampilan Syifa sangat matc sama pakaian Ervan yang memakai jaz mahal berwarna hitam bermanik dengan harga ratusan juta, bentuk badan yang atletis tinggi, ditambah tampang bak Dewa Yunani, sekilas seperti pasangan yang memang serasi sangat menawan. Tanpa sadar keduanya saling menatap cukup lama dalam perasaan yang berdebar-debar satu sama lain.
Deg Deg Deg
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Ai Hodijah
gak kebayang gimna ya babang ervab ganteung,yang pasti bikun cewe-cewe meleleh dan pada nempel kaya perangko🥰🥰🥰
2023-01-02
1