Penyelamatan 1
Alvin mengemudikan mobilnya di atas rata-rata, Dita yang berada di kursi samping sampai menahan napas.
“Dita, lo ambil ponsel Abang, coba hubungi Aditya.” Perintahnya sambil mengarahkan dagu menunjuk di mana ponselnya berada.
Dengan cekatan Dita mengambil ponsel Alvin, membukanya lalu berkata, “ Kata kuncinya, Bang?”
“Tanggal lahir Kirana.”
Dita langsung menekan angka-angka sesuai tanggal lahir Kirana, dan terbukalah ponsel tersebut, dan dia tertegun melihat foto yang ada dilayar ponsel Alvin. Terlihat foto yang bertuliskan 'keluargaku'. Ada dia dan keluarga Kirana waktu liburan ke Bali.
“Elah, pakai bengong segala, cepat Dit. Kalau sudah terhubung tolong aktifkan pengeras suara.”
Dita segera mencari lambang berwarna hijau, membukanya lalu mencari nama Aditya di sana. Setelah ketemu dia menekan gambar gagang telepon kemudian mengaktifkan pengeras suara.
[Ya]
“Posisi lo di mana?”
[Lagi di rumah sama si kembar, kenapa? ]
“Kebetulan, tolong kamu ke Jalan X. Bawa si kembar juga.”
[Memang ada apa di sana?]
“Adik gue. Mau dirudapaksa bergilir sama pacar dan teman-temannya. B4ng ke emang tuh bocah.”
[.... ]
“Halo Adit, lo masih hidup, kan?”
[Gue berangkat]
Dita meletakkan ponsel Alvin ke tempatnya setelah Aditya memutuskan sambungan. Alvin terus saja melaju dengan kencang, untung jalanan sudah mulai sepi.
“Coba lo telepon rumah, kasih tahu orang rumah. Sekalian suruh Papa hubungi polisi.”
“Bang.”
“Hem.”
“Boleh pinjam ponsel Abang?”
“Ponsel kamu ke... Haish, ambil sana, cepat!”
Dita mengambil kembali ponsel Alvin, menghubungi Papa dan Mama Kirana. Dita mencoba menjelaskan apa yang terjadi, hingga terdengar suara benda terjatuh dan Mama Kirana berteriak. Bisa Dita duga kalau sedang terjadi kehebohan. Sambungan tiba-tiba terputus setelah Papa Kirana mengatakan akan menyusul mereka.
Jarak yang ditempuh memang jauh, berkali-kali Alvin membunyikan klakson supaya pengendara lainnya memberinya jalan.
Memasuki daerah yang dituju, Alvin mulai mengurangi kecepatannya. Alvin dan Dita menoleh ke kanan dan ke kiri mencari alamat yang mereka sebutkan tadi, berbelok menuju jalanan sepi dengan beberapa rumah kosong di kanan, kiri jalan dengan hiasan rumput yang sudah tumbuh tinggi.
Dari kejauhan tampak satu buah mobil minibus dan tiga orang laki-laki sedang berdiri bersandar di badan mobil. Akhirnya Alvin menambah sedikit kecepatannya supaya segera sampai.
Alvin menghentikan mobil tepat di belakang mobil minibus. Mereka berdua segera keluar dari dalam mobil, setelah Alvin mematikan mesin. Terlihat di samping kiri mereka sebuah rumah yang sudah tidak berpenghuni, dengan pagar besi yang sudah mulai keropos yang tertutup rapat.
“Bener di sini tempatnya, Vin? Kita udah keliling, tapi tidak menemukan jejak apa-apa.” Aditya membuka suara.
“Mereka bilang di sini, Dit. Eh, Dita, lo hafal nomor pengawas lo?”
“Hafal, Bang.”
“Coba lo telepon dia, tanya tuh anak masih di sana apa sudah kabur?” perintah Alvin sambil menyerahkan ponselnya ke Dita.
Segera Dita mengambil ponsel Alvin dan mulai mengetik nomor pengawasnya. Menunggu beberapa detik hingga tersambung.
“Halo Pak, ini Dita, aku pakai ponselnya Bang Alvin, ponselku masih belum aku betulkan.”
[Ya, kenapa Dita? Udah ketemu belum teman kamu?]
“Belum Pak. Anu, apa cowok yang tadi apa masih di kafe?”
[Masih, polisi belum ke sini]
“Minta tolong tanyakan di mana tempat pastinya, Pak. Teman Bang Al sudah cari keliling tidak ketemu.”
[Sebentar aku tanyakan]
Hening, hanya terdengar suara sol beradu dengan lantai. Sambil menunggu, Dita, Alvin, Aditya dan temannya berpencar untuk mencari petunjuk sesuai yang disebutkan para pemuda di kafe.
Beruntung, keadaan sekitar sangat sepi dan minim penerangan, sehingga kegiatan mereka tidak ada yang mencurigai.
Semua mendekati rumah kosong tersebut, Aditya mencoba melihat apakah pagarnya terkunci atau tidak. Meraih gagang pagar lalu mencoba membukanya, ternyata tergembok.
Disisi lain Dita dan Alvin menyisir bagian samping rumah, terlihat pagar rumah yang catnya sudah kusam.
“Adikku enggak bilang apa-apa sama Kamu, Dit?”
“Cuma pamit kalau malam ini Bima mau ajak dia ke ultah keponakannya, kemarin dia ajak aku ke toko mainan buat beli kado, Bang.”
[Halo, Dita]
“Ya, Pak. Bagaimana?”
[Katanya, rumah pojok sisi kanan dengan pohon kersen di depan, sedangkan pintu masuk ada di samping tertutup tumbuhan menjalar yang lebat]
“Oh, ok, Pak. Terima kasih.”
[Sama-sama, Dita. Segera temukan, belum terlambat]
“Baik, Pak.”
Alvin yang mendengar apa yang diucapkan pengawas Dita, langsung saja berlari menuju tempat yang disebutkan.
Aditya dan si kembar yang mengetahui Alvin menuju seberang, mengikutinya dari belakang.
Ternyata benar, ada pintu lain setelah Alvin membuka sulur tanaman yang menjuntai, mereka berempat masuk. Ternyata di dalam sudah ada dua mobil yang ditutupi dengan terpal.
Aditya mendekat, membuka terpal yang menutup bagian depan, meletakkan tangannya di atas kap mobil.
“Masih hangat, mungkin belum lama mereka sampai,” katanya memprediksi.
“Vin, tuh cewek mending tunggu di sini, deh,” saran salah satu teman Alvin.
“Dita, lo gak papa di sini sendiri? Nunggu Papa sama polisi datang.”
“Enggak apa-apa, Bang. Dita tunggu di sini.”
“Ok, bawa saja ponsel Abang. Tapi awas, jangan buka-buka sembarangan!”
“Dih, siapa juga yang buka-buka.”
“Lah, mereka pada kemana?” ucap Alvin celingukan karena ketiga temannya sudah tidak ada.
“Sudah masuk, Bang,” sahut Dita malas.
“Dita, hati-hati. Kalau teman mereka ada yang datang, cepat sembunyi.”
Setelah berucap, Alvin berlari menyusul temannya yang lebih dulu masuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
ayo cpt Vin...
2022-09-18
0