Bab 14

Liburan

Seminggu setelah pulang dari Rumah Sakit, dan mendapat persetujuan dari Dokter untuk rawat jalan. Papa Kirana mulai memesan tiket perjalanan wisata ke Swiss sesuai permintaan Kirana. Kirana, Dita dan Istrinya yang bakal berangkat. Dia dan Alvin tidak bisa menemani karena kesibukan keduanya yang tidak bisa ditinggal dan diwakilkan.

Waktu liburan telah tiba, keesokan paginya, rumah yang biasanya tidak terlalu ramai, mendadak ramai bukan main. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Alvin dan Dita. Di ruang tamu rumah Kirana, Alvin sedang melancarkan aksinya menggoda Dita.

Alvin senang sekali menggoda Dita, Alvin yang sukanya jail, seperti yang terjadi sekarang ini. Alvin yang tahu ini adalah perjalanan internasional pertama bagi Dita. Bukannya kasih nasihat yang bijak, malah menakut-nakuti, Dita. Penghuni rumah yang sudah hafal akan kelakuan keduanya, hanya menahan tawa, karena melihat ekspresi yang ditunjukkan. Alvin dengan ekspresi tengilnya sedangkan Dita dengan ekspresi takut.

“Cil, kamu kan kurang piawai bahasa Inggris, hati-hati, pokoknya jangan jauh-jauh dari Mama dan Kirana.”

“Emang kenapa, Bang. Kan ada aplikasi penerjemah.” Jawab Dita sambil memeriksa kembali barang bawaannya supaya tidak ada yang tertinggal.

“Di Swiss itu, pada pakai bahasa Prancis, Italia, Jerman. Jadi kalau kamu ngomong pakai inggris, mana tahu lah. Apalagi Inggris kamu belepotan semua. Terus pas kamu tanya ke mana, di sasaran sama orang sono, gimana?”

“Masa sih, Bang? Negara maju gitu masa penduduknya gak bisa Inggris?”

“Pan orang sono kebanyakan udah usia, Cil. Mana ngerti.”

“Gitu ya, Bang.”

“Iya. Terus pas di bandara jangan ke mana-mana. Beda terminal beda jalan. Nanti kek di film home alone. Mending tuh anak bawa tas bapaknya, lah kamu? Gak jadi ke Swiss deh. Dan asal kamu tahu, panorama di sana itu, beuhh, bagus banget, Cil. Aku lihat tujuan terakhir kalian ke kota Zemart. Sayang kalau enggak main ski, kamu pertama juga, ‘kan main ski nya? ”

Dita mendengarkan dengan serius apa yang dikatakan Alvin. Sesekali mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Alvin. Dia tidak peka kalau Alvin sudah menahan diri untuk tidak tertawa melihat ekspresi Dita.

“Alvin sudah, kok senang sekali ngejailin Dita,” tegur Papa Alvin.

“Eh, gimana, gimana, Om?”

Meledaklah tawa Alvin, dia terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya karena terlalu banyak tertawa.

Segera, Dita mengambil bantal sofa yang ada di sebelahnya, lalu dilemparkan dan mengenai muka Alvin.

“Bang Al rese.”

Setelah berkata demikian dia beranjak ke dalam, melihat Kirana dan Bunda apakah sudah siap. Koper-koper sudah dimasukkan ke dalam bagasi mobil.

“Sudah siap, Bunda?”

“Sudah, tinggal Kirana masih belum turun.”

“Perasaan tadi udah beres, Bunda.”

“Coba kamu lihat, mungkin dia butuh bantuan.”

“Siap Bunda.”

Dita berjalan menuju tangga, menaikinya satu persatu, kemudian menuju kamar Kirana.

“Na, sudah, belum?” tanyanya sambil membuka pintu kamar.

Dilihatnya Kirana duduk di tepi ranjang sedang melakukan panggilan video bersama Bima.

“Bentar, Dit. Sudah ya Sayang, aku berangkat dulu. Takut mepet sama jadwal penerbangan.”

[Ok, hati-hati di jalan, jangan cari cowok lain]

“Enggak, lah. Kan udah punya kamu, ngapain cari yang lain. Sudah ya, sudah ditunggu sama yang lain.”

[Ok, salam sama Papa, Mama kamu]

“ Ok, by Bi.”

Kirana mematikan ponselnya, kemudian berdiri lalu berjalan ke arah sahabatnya untuk sama-sama turun.

Setelah siap, semua berangkat dengan menggunakan dua mobil. Alvin dan Papanya ikut mengantar hanya sampai ke bandara.

Papa Kirana memilih pemberkatan pagi hari, agar Dita bisa beristirahat yang cukup karena dia kerja dan pulang malam. Apalagi jarak Jakarta-Swiss mengharuskan terbang selama 17 jam 48 menit.

Setelah satu jam perjalanan sampailah rombongan di tempat parkir bandara. Satu persatu koper dikeluarkan dari bagasi mobil.

Mereka berlima jalan menuju lobi bandara.

Sampainya di dalam, Kirana, Dita dan Melisa menuju loket maskapai Garuda Airlines untuk menyerahkan tiket mereka.

Setelah semuanya beres, mereka bertiga menuju di mana Papa dan Kakak Kirana berada, untuk menunggu jam penerbangan.

“Di sana senang-senang ya, Sayang.” Papa Kirana berucap sambil mengelus rambut panjang putrinya.

Kirana hanya tersenyum simpul dan mengangguk. Tidak lama, dia menyandarkan kepala di bahu Papanya. Tangannya turun ke bahu Kirana, mengusap lengannya untuk memberikan dukungan.

Mama Kirana tak mau kalah sama anaknya, dia juga bersender dibahu suaminya. Sedangkan Alvin dan Dita hanya melongo melihat kelakuan tiga orang di hadapan mereka.

“Nasib jomblo gini amat, ya,” sindir Dita. “seharusnya tadi Bang Al sekalian bawa Kak Sherly, biar aku ngenes sekalian.”

“Yang jomblo dilarang protes.” Kirana menimpali.

“Abang tahu kalau kamu bakal ngenes, jadi Abang enggak ngajak Sherly. Baik kan Abang mu ini?”

“Baik dari Hongkong. Semoga di sana aku bisa dapat cowok, Aamiin.” Dita mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan.

“Cowoknya yang kagak mau sama kamu, Cil. Mereka cari yang dewasa bukan bocil macam kamu,” ledek Alvin.

“Yang penting berusaha, Bang. Om Hadi, Bunda, Bang Alvin suruh cepet nikah gih. Biar gak gangguin aku mulu.” Protes Dita sambil cemberut.

“Alvin.” Panggil Papa Kirana karena melihat Alvin akan membalas perkataan Dita.

Dita yang merasa di bela, menjulurkan lidahnya untuk mengejek Alvin. Alvin yang diledek tidak Terima, segera saja dia membalasnya dengan cara mengempit dan menjitak kepala Dita.

Akhirnya pengumuman pemberangkatan telah terdengar. Mereka berlima berjalan ke terminal pemberangkatan internasional. Setelah saling berpamitan, mereka bertiga berjalan menuju area pesawat setelah menunjukkan tiket kepada petugas.

Berjalan menuju pesawat yang sedang parkir di landasan. Menaiki tangga satu persatu kemudian menuju tempat duduk yang sudah tertera di tiket masing-masing.

Setelah semua penumpang naik, para pramugari dan pramugara memberikan informasi terkait kenyamanan dan keamanan ketika pesawat take off.

Tidak lama, terdengar suara mesin pesawat menandakan bakal lepas landas menuju tempat tujuan.

“Selamat tinggal Jakarta, selamat datang Switzerland,” ucap Dita sambil menutup matanya dengan kain penutup bergambar keropi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!