Switzerland
Swiss atau lebih dikenal dengan nama Switzerland, negara yang berada di Eropa bagian tengah, Ibukota negara ini adalah Bern.
Kota Swiss berbatasan dengan Negara Jerman di bagian utara, Negara Prancis di barat, Negara Italia di Selatan, Negara Liechtenstein dan Negara Austria di Timur.
Swiss merupakan negara federal, sebuah negara yang berisi 26 kanton, dan sebuah negara yang sebagian wilayahnya terdiri dari pegunungan Alpen yang ditutupi es.
Negara Swiss terkenal dengan banyak hal, dari mulai destinasi wisata, produk industri berkualitas seperti pisau lipat atau jam tangan. Dan juga sistem perbankan sampai ideologi netralnya.
Ada banyak kota indah yang menjadi tujuan wisata, tapi yang paling terkenal adalah kota Interlaken, kota Bern, Kota Jenewa, kota Zermatt, desa Morcote, Montreux, desa Wengen serta kota Zurich.
Liburan kali ini sesuai keinginan Kirana, destinasi yang dituju cuma kota Bern, kota Jenewa serta terakhir kota Zermatt.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 18 jam, akhirnya sampailah di kota Bern tepat dini hari waktu setempat.
Papa Kirana sudah mempersiapkan segalanya demi kenyamanan Istri dan Anaknya. Mulai dari tiket penerbangan, hotel di kota yang dituju, serta akomodasi lainnya sudah siap.
Seperti sekarang ini, dengan fasilitas hotel yang menyediakan mobil jemputan sudah beserta sopirnya, datang ke bandara untuk menjemput mereka bertiga.
Menyusuri jalan sepi kota Swiss untuk menuju hotel yang sudah di pesan. Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk hotel. Hotel De La Rose, dipilih Papa Kirana untuk bermalam di kota Bern.
Setelah melakukan cek in mereka dibawa menuju kamar yang akan mereka tempati.
Sesampainya di dalam kamar, mereka kembali tidur setelah mengalami jet lag yang parah.
Baru kali ini Kirana mendapatkan kualitas tidur yang baik, dari mulai di dalam pesawat sampai tiba di hotel dia lebih banyak tidur.
Mama dan Dita sudah bangun lebih dulu, dan mereka tidak membangunkannya.
Membiarkan Kirana untuk tidur lebih lama. Mengonsumsi obat anti depresi sudah berkurang, itu terjadi setelah mendapat wejangan dari Aditya dan pengobatan ke dokter yang menangani Kirana.
Menggeliat pelan, lalu matanya perlahan terbuka. Mencoba mengingat di mana dia berada, karena suasana kamar yang berbeda.
“Pagi, Sayang,” sapa lembut Mamanya.
“Pagi, Ma. Ini di mana? Kok beda sama Kamar aku?” jawab Kirana masih sambil melihat sekeliling.
“Masa lupa, kita sudah sampai di Bern. Sebentar, biar mama buka kordennya.”
Mama Kirana beranjak dari kursi menuju sisi lain kamar untuk membuka korden. Kirana masih rebahan di atas ranjang, terasa berat untuk beranjak.
Korden tersibak, tampaklah pemandangan indah bangunan tinggi dengan nilai sejarah yang luar biasa.
“Ayo bangun, sudah siang. Apa kamu tidak ingin jalan-jalan, hem?” ajak Mama Kirana yang sudah duduk di pinggir ranjang. Membelai lembut rambut Kirana dengan kasih sayang.
Merasa keenakan, Kirana malah menaruh kepalanya di pangkuan sang Mama. Menghadap perut Mamanya lalu membenamkan wajah sambil mengalungkan tangan ke pinggang berisi Mamanya.
Sepasang mata sedang meneteskan air mata saat melihat pemandangan indah di depan mata.
“Hangat tapi aku sudah lupa kapan hal itu aku rasakan.” Katanya lirih kemudian beranjak pergi meninggalkan kamar.
**
Hari pertama mereka lalui dengan kegiatan yang menyenangkan, mulai dari menyusuri jalanan kota Bern yang kiri-kanan terdapat bangunan peninggalan abad romawi.
Menyusuri sungai Aare yang sangat terkenal di dunia dengan airnya yang bening. Dan mengunjungi tempat wisata lainnya, tidak lupa untuk mengunjungi pusat oleh-oleh untuk dibawa pulang.
Hari kedua mereka ke kota Jenewa, waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 1 jam 47 menit, jadi mereka menggunakan transportasi umum kereta api. Mereka bertiga berangkat setelah sarapan.
Sesampainya di Jenewa, langsung saja mereka menuju ke tempat wisata yang populer di kota tersebut. Menuju air mancur Jet d'Eau dengan ketinggian kurang lebih 140 meter yang bisa dilihat dari berbagai sudut kota Jenewa. Mengambi beberapa foto di tempat tersebut, kemudian melanjutkan langkah menuju Kantor dewan keamanan PBB, WTO dan beberapa organisasi besar dunia lainnya.
Sayang mereka tidak bisa berkunjung karena tidak mendaftar secara online, jadi cuma berfoto di depan gedung.
Merasa perut sudah minta di isi, mereka menuju ke restoran Chez Ma Cousine. Restoran yang menyajikan ayam panggang nan lezat. Setelah itu mereka mengunjungi kota tua Jenewa.
Kota tua Jenewa memiliki dua spot paling penting, yaitu kawasan Bel Air dan kawasan katedral St. Peter.
Mereka hanya mengunjungi kawasan Bel Air, sebuah kawasan yang berfungi sebagai pusat perbelanjaan. Setelah selesai belanja, mereka pulang ke Bern dengan menggunakan transportasi yang sama yaitu kereta api.
Keesokan harinya perjalanan wisata hanya seputar kota Bern. Mereka mengunjungi kebun raya. Kebun raya yang berisi beberapa bagian yaitu Alpinum yang berfokus kepada ekosistem pegunungan, vegetasi, lingkungan dan gurun tropis maupun subtropis.
“Mama, ayo Ma. Katanya kuat, mana?” ejek Kirana ke Mamanya.
Mama Kirana yang mendapat ejekan anaknya, hanya geleng-geleng kepala.
“Mama sudah tua, Nak. Tenaga juga sudah berkurang banyak.”
“Ayo, Ma. Tinggal sedikit lagi.”
“Enggak-enggak, Mama sudah enggak sanggup dua hari kalian ajar Mama jalan kaki.” Tolaknya sambil memegang pinggang. “kamu pergi saja sama Dita, Mama tunggu di sini. Beneran Mama enggak kuat, Sayang.”
“Sudah, biar Bunda istirahat. Ayok jalan lagi kita belum menjelajah bagian lain kebun raya.”
“Ok, Kirana jalan dulu, Ma.”
“Ya sana. Mama tunggu di sini.”
Setelah itu mereka berdua kembali berkeliling, menjelajahi setiap sudut kebun raya.
Setelah puas berkeliling kota , mereka kembali le hotel. Sebelum bertolak ke Zemarrt dan kembali pulang ke Indonesia.
Malam harinya, mereka membereskan barang bawaan, karena dari Zemarrt langsung pulang.
Kirana berjalan seorang diri menuju balkon hotel. Memandangi megahnya katedral St. Vincent yang berada tidak jauh dari hotel.
Merenungi apa yang dia alami belakangan ini. Dia masih belum bisa menerima nasib yang menimpanya. Dia bersyukur, keluarganya sangat-sangat menyayangi dirinya.
“Bagaimanapun jangan pernah merasa sendiri, Na. Kirana yang aku kenal sangat kuat, meskipun kadang juteknya minta ampun.”
Dita ikut bersandar dipagar balkon, ikut melihat objek yang dilihat sahabatnya. Dita yang tidak mendapati Kirana di kamar, bertanya kepada Melisa di mana Kirana pergi.
“Entahlah Dita. Sekuat-kuatnya kita bakal ada sisi rapuh yang kita punya.”
Mereka berdua diam, tenggelam dengan pikiran masing-masing. Mereka menikmati indahnya malam kota Bern. Malam terakhir sebelum mereka pulang. Malam semakin larut, udara dingin sudah mulai mereka rasakan. Dengan bergandengan tangan, mereka kembali ke kamar untuk beristirahat.
Keesokan harinya mereka bersiap untuk perjalanan terakhir. Memutuskan untuk naik kereta karena jarak yang hanya ditempuh dengan waktu 2 jam 07 menit.
Setelah sampai mereka disuguhkan pemandangan yang menakjubkan. Pemandangan yang biasa terpampang di kalender, kenyataannya sangat indah. Rumah kayu dan bata tertata apik di sepanjang jalan.
Para wisatawan banyak sekali yang membawa berbagai macam peralatan ski. Namun, karena mereka tidak membawa peralatan, mereka hanya bisa ke daerah Riffelberg.
Berganti stasiun dan kereta, mereka mulai perjalanan. Pemandangan selama naik kereta sungguh luar biasa.
Beberapa kali kereta memasuki terowongan. Sekitar 2-3 kali terowongan panjang dan pendek berlalu sebelum kereta berhenti di Riffelberg.
Keluar dari setasiun, salju tebal sudah berada di depan mata.
“Wahh! Salju.”
Dita berlari menerjang tumpukan salju, seperti anak kecil yang girang setelah dibelikan mainan. Kirana dan Mamanya hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Dita.
Dita berdiri menarik Kirana untuk ikut bergabung bersama mereka. Mereka? Ya, kebanyakan yang bermain adalah anak-anak. Orang dewasa mengambil jalur untuk bermain ski.
Kirana tertawa lepas saat seorang bocah mendapat serangan bola salju dari saudaranya. Tidak mau kalah, Dita melempar bola salju tepat di badang Kirana. Merasa tidak Terima, Kirana membalas lemparan Dita, sehingga terjadi perang bola salju antara Dita, Kirana dan anak-anak yang berada di sana.
Mama Kirana yang menunggu bersama Orang tua anak-anak tersebut ikut tertawa melihat tingkah mereka.
Setelah puas bermain salju, mereka menuju kawasan bermain ski, mereka menyewa peralatan ski yang tersedia di lokasi.
Setelah puas bermain dan makan siang, mereka kembali ke stasiun untuk pulang ke kota Bern. Karena terbentur jadwal pulang ke Indonesia.
Sesampainya di hotel, mereka bergegas membersihkan diri kemudian langsung cek out. Menaiki mobil hotel mereka menuju ke bandara untuk pulang.
“Selamat tinggal kota Bern, selamat datang kota Jakarta, kota penuh perjuangan hidup,” ucap Dita lirih sambil melihat pemandangan langit lewat kaca jendela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments