Pagi mulai menampakkan sinar nya. Suara berisik dari kendaraan bermotor pun kembali memekakkan telinga di setiap pagi siang sore dan malam.
Tak pernah ada yang nama nya suara kicauan burung di pagi hari, yang ada hanya lah suara kendaraan yang berlalu lalang tanpa henti.
Rutinitas hari ini masih seperti biasa, tidak pernah ada yang luar biasa. Bang darma yang sibuk bekerja dan aku yang sibuk ngurusin rumah dan berjualan.
Tak ada yang berkesan semua nya serba biasa-biasa saja.
Setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah yang gak ada habis nya, aku memanjakan diri sejenak di atas sofa sambilduduk selonjoran menonton tv.
"Hufff, capek nya." gumam ku.
Aku memijat-mijat betis dan lutut yang terasa pegal-pegal. Lagi enak-enak nya bersantai, tiba-tiba si pengganggu pun datang menghampiri ku.
"Lagi ngapain, say?" tanya bang Agus.
Dia muncul di depan pintu dan langsung menyergap tubuh ku dari belakang. Aku yang sedang fokus memijat pun langsung terkejut akibat ulah nya.
"Eh copot eh copot."
Aku langsung melatah saking kaget nya mendapat kan serangan mendadak dari bang Agus.
"Dasar botak, udah kayak jailangkung aja nih orang." batin ku mengumpat sambil mengelus dada.
"Lepasin, bang! Abang ngapain sih kesini? Nanti kalau ada tetangga yang lihat bisa gawat loh." oceh ku.
Aku terus saja meronta-ronta dari dekapan bang Agus, hingga akhirnya dia pun melepaskan dekapan nya.
"Ya karena kangen lah, say. Maka nya abang kesini." balas bang Agus.
Dia mengecup pipi ku dan duduk berdampingan dengan ku di atas sofa.
"Balek sana, gih! Ngapain juga datang-datang kesini? Nekat kali jadi orang." umpat ku lagi.
Aku mendorong pelan badan bang Agus yang masih anteng duduk di samping ku. Dia tetap cuek dan acuh dengan ocehan-ocehan ku barusan.
"Di kira nya aku ini kaleng rombeng kali ya. Udah capek-capek ngoceh malah gak di perduli kan sama sekali." batin ku kesal.
Aku kembali mengumpat dalam hati sambil menatap tajam pada bang Agus.
"Bang, iiihhhh! Gak dengar kuping nya ini ya aku ngomong apa barusan?" ujar ku geram sambil menjewer kuat telinga nya.
"Adoooh sakit, say! Tega banget sih sama abang, sakit nih."
Pekik bang Agus sembari meringis kesakitan, memegangi telinga nya yang sudah memerah akibat perbuatan ku.
"Sokor, siapa suruh mendadak jadi budek. Maka nya punya kuping itu di korek di bersihin, biar gak pekak!" lanjut ku.
"Iya nyonya, nanti abang korek ya biar gak pekak lagi!" balas bang Agus memanyunkan bibir nya.
"Oke god, anak pintar. Hihihi."
Aku cekikikan melihat raut wajah bang Agus yang cemberut dengan bibir yang mengerucut, persis seperti pan**t ayam.
"Hahaha. Botak...Botak..." batin ku sembari tersenyum.
Sedang asyik berseteru dengan si botak tuyul tiba-tiba...
"Assalamualaikum."
Salam tetangga wanita yang rumah nya tepat di belakang rumah ku yang bernama mbak Rita, dia adalah janda beranak satu.
Mbak Rita mengucapkan salam dan berjalan masuk ke dalam rumah ku. Dia langsung terpaku di tempat, saat melihat aku dan bang Agus yang sedang duduk di atas sofa, dengan jarak yang sangat dekat.
Bahkan lengan kami berdua sampai berdempetan saking dekat nya. Aku dan bang Agus pun sangat terkejut luar biasa, dan kami pun langsung reflek berpindah duduk menjadi berjauhan.
Bang Agus mulai salah tingkah dan gelisah, terlihat dari cara duduk nya yang mulai tidak tenang, begitu juga dengan ku.
Hingga akhir nya, aku pun beranjak dari duduk dan berjalan mendekati mbak Rita yang masih terpaku di tempatnya berdiri.
"Sini, masuk dulu, mbak!" seru ku.
Aku mengajak nya untuk duduk dan bergabung bersama kami berdua.
"Mbak Rita, tolong jangan bilang siapa-siapa ya, apa yang udah mbak lihat tadi!" pinta bang Agus.
Mbak Rita masih tetap diam, dia sama sekali tidak menjawab ucapan bang Agus.Wajah nya nampak kebingungan sambil menatap wajah kami berdua secara bergantian.
"Tolong rahasia kan semua ini ya, mbak!" pinta ku menimpali ucapan bang Agus.
"Emang nya kalian berdua gak takut kalo sampe ketahuan sama si Darma?" tanya Mbak Rita sembari terus menatap kami berdua.
"Kalo ketahuan ya aku akan menikahi Ayu!" jawab bang Agus mantap.
Aku hanya tertunduk mendengar ucapan bang Agus. Berhubung usia mbak Rita sekitar lima puluh tahunan, jadi aku agak segan dengan nya. Malu campur takut lebih tepatnya.
"Aku sih gak masalah kalo kalian ada hubungan. Tapi kalo boleh aku kasi saran, lebih baik akhiri lah hubungan kalian. Resiko nya sangat fatal, kalo sampe si Darma tau tentang kalian berdua!" ujar mbak Rita.
"Pasti ada baku hantam nanti nya antara kau dan Darma, Gus. Apa kau gak memikirkan itu, Gus?" tanya mbak Rita sambil menatap ke arah bang Agus.
"Ya aku tau, mbak. Tapi mau gimana lagi, aku sangat mencintai Ayu." jawab bang Agus.
"Aku juga ingin menikahi nya, karena aku sudah terlanjur menyayangi nya. Aku gak bisa memutuskan hubungan ini, mbak. Biar lah aku akan tanggung apa pun resiko nya nanti." tegas bang Agus.
"Kalo kau bagaimana, Yu? Apa kau udah siap jika terjadi sesuatu hal yang tidak diingin kan nanti nya? Apa kau sanggup menanggung resiko nya, kalo sampe si Darma tau semua ini?" tanya Mbak Rita pada ku.
"Ya, mbak. Insya Allah, aku siap lahir dan batin. Aku akan terima apa pun yang akan terjadi nanti. Aku udah berani berbuat, berarti aku juga harus berani bertanggung jawab!" jawab ku.
Bang Agus yang duduk di sebelah ku pun langsung memeluk tubuh ku dari samping. Bang Agus mengecup kening ku di depan mbak Rita.
"Apa an sih, bang. Ada mbak Rita tu, malu tau gak!" omel ku.
Aku mendorong badan bang Agus agar menjaga jarak dari tempat duduk ku.
"Lololoh, Gus. Kok main sosor gitu?Apa kau gak lihat, kalo aku masih duduk di sini?"
Protes mbak Rita sambil membulat kan mata nya, menatap tajam pada bang Agus.
"Hehehehe, maaf ya, mbak. Habis nya aku seneng banget mendengar jawaban Ayu tadi." jawab bang Agus.
Bang Agus salah tingkah sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya udah, yang penting kalian hati-hati aja. Jangan terlalu di nampak kan kali kalo di depan orang lain!" ujar mbak Rita.
"Ingat pesan ku tadi, Gus. Kau jangan bertindak sembarangan lagi kayak tadi. Dia itu masih istri orang lain, ingat itu!" tambah mbak Rita.
"Ya udah kalo gitu, aku pulang dulu ya, Yu. Ingat pesan ku tadi, kalian harus berhati-hati. Masalah kalian ini bukan masalah yang sepele."
"Ini masalah berat, jadi jangan sembrono dan jangan sembarangan!" lanjut mbak Rita sembari melangkah kan kaki nya keluar dari rumah ku.
"Iya, mbak. Makasih ya udah mau mengingatkan ku." balas ku.
Setelah kepergian mbak Rita, aku langsung menyuruh bang Agus untuk segera pulang ke rumah nya.
"Pulang sana, bang! Udah dari tadi di suruh pulang pun, masih aja tetap ngeyel." omel ku kesal.
"Coba tadi abang mau menuruti kata-kata ku, pasti gak bakalan kayak gini jadi nya. Pasti gak akan ketahuan sama mbak Rita!" lanjut ku lagi.
"Emosi juga lama-lama aku, di buat si botak tuyul satu ini." gerutu ku dalam hati.
"Santai aja, say. Mbak Rita gak bakalan bocorin rahasia kita kok!" jawab bang Agus dengan enteng nya.
"Gimana bisa santai, kalo hubungan kita udah ketahuan orang lain?" balas ku ketus.
"Oke, abang akan pulang sekarang. Jangan marah lagi ya, sayang ku!"
"Cup,"
Bang Agus mengecup kilat bibir ku dan langsung lari kocar-kacir ke keluar dari rumah ku.
"Emang dasar semprul. Bisa-bisa nya dia mengambil kesempatan di saat aku lagi emosi tingkat dewa kayak gini." gerutu ku dengan emosi yang udah naik sampe ke ubun-ubun.
"Ini semua gara-gara si botak gila itu, bikin pusing aja kerjaan nya. Ada aja tingkah nya yang bikin aku pening, huh."
Aku terus saja menggerutu sembari membuang nafas kasar, akibat ulah selingkuhan lima langkah ku itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments